Friday, January 17, 2025

Pasar Memburu Kapulaga

Rekomendasi
- Advertisement -

Harga ajek tinggi, penanaman dan perawatan mudah. Sayang, sedikit petani melirik kapulaga.

Petani di Blitar, Nur Ali, memandang kapulaga sekadar sambilan. Itu sebabnya pada Februari 2018 ia hanya membudidayakan 100 tanaman di sela vanili yang merambati pohon gamal Gliricidia sepium. Dari luas total lahan 5.000 m², ia hanya menggunakan sekitar 700 m² untuk menanam Amomum compactum itu Sebagian lain ia tanami rambutan, sengon, dan padi ladang. Tanaman sambilan yang belum genap berumur 9 bulan itu ternyata memberikan kejutan manis.

Pada September 2018, ia memetik buah kapol—nama lain kapulaga—segar. Sayang, ia tidak menimbang bobotnya. Setelah menjemur 3 hari, Nur memperoleh 15 kg kapol kering. Lantaran sedikit, jumlah itu hanya mengisi setengah karung, Nur Ali membawa sendiri kapulaga hasil panen itu kepada pembeli. Tidak sampai 1 jam perjalanan pergi-pulang, kapulaga itu laku Rp80.000 per kg. Pria 43 tahun itu mengantungi Rp1,2 juta.

Kurang pasokan

Kapulaga yang Nur tanam adalah jenis lokal Amomum cardamomum. Tanaman itu tumbuh turun-temurun di kebunnya sejak sang nenek membawa dari Jawa Tengah. Sebelumnya, orangtua Nur Ali pun menanam kapulaga. Keluarga Nur Ali pionir penanaman kapulaga di kediaman mereka, Desa Siraman, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Sekarang ada 10 petani mengikuti jejak Nur. Ketika mulai menanam pada Februari 2018, Nur mengajak petani lain.

Sayang, petani kurang antusias menyambut. Padahal, “Kapulaga tanaman santai,” kata wirausahawan industri logam itu. Tanaman santai maksud Nur Ali adalah relatif bebas organisme pengganggu tanaman (OPT) dan adaptif di bawah naungan. Pada Agustus 2018, pekebun di Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Iskandar, menikmati panen dari 3.000 rumpun kapulaga varietas malabar.

Kapulaga cocok ditumpangsarikan dengan kayu cepat tumbuh.

Ia menanam kapulaga itu pada 2012. Iskandar langsung menjual 6 ton kapulaga segar itu seharga Rp18.000 per kg. Ditambah hasil panen petani di sekitarnya, ia mengirim total 20 ton kapulaga segar kepada pembeli di Jakarta. Omzet ayah 3 anak itu Rp108 juta dari hasil kebun sendiri. Minus biaya bibit, transportasi, dan panen maksimal Rp40 juta, labanya Rp68 juta. “Harga sekarang lebih tinggi daripada tahun sebelumnya, yang hanya Rp12.000 per kg segar,” kata Iskandar.

Pemicu utamanya, banyak petani yang produksinya merosot bahkan gagal panen akibat kemarau. Pegiat kapulaga di Cikunir, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Samsuludin menyatakan, tanpa masalah kemarau saja permintaan kapulaga sangat tinggi. Permintaan salah satu eksportir di Jakarta 16 ton per bulan saja tidak terlayani. Belum lagi hampir setiap hari ia mendapat telepon dari calon pembeli yang meminta kiriman.

Ia menaksir permintaan yang masuk mencapai 25 ton per bulan atau 300 ton per tahun. Samsuludin hanya mampu memproduksi maksimal 20 ton per tahun. Itu belum termasuk permintaan yang masuk ke orang lain. Pengusaha hasil bumi di Surakarta, Jawa Tengah, Deni Mohtar mengungkapan, kekurangan pasokan memicu kenaikan harga. Gambarannya, Deni biasanya cukup menghubungi 1—2 orang untuk meminta kiriman 2—5 ton kapulaga kering per 1—2 bulan.

Deni mengirimkan kapol itu ke pedagang di pasar tradisional dan beberapa produsen jamu rumahan di Surakarta dan sekitarnya. Namun, sejak 2017, pasokan langganannya merosot. “Ketika saya minta kiriman mereka tidak sanggup karena tidak punya stok,” katanya. Ia terpaksa membayar 2 kali lipat harga biasa untuk memperoleh kiriman.

Petani mengganti tanaman

Apa pemicu minimnya stok kapulaga? Menurut Samsuludin, kemarau menjadi masalah utama. Kapulaga rentan kekurangan air saat kemarau. Akibatnya sejak 2015 banyak petani patah arang. Mereka yang semula terpincut mengikuti jejak Iskandar menanam kapulaga beralih kepada komoditas lain seperti kopi. Padahal, baru setahun sebelumnya mereka tergiur laba tanaman anggota famili Zingiberaceae itu.

Pekebun kapulaga di Blitar, Nur Ali.

Iskandar pun menghadapi masalah serupa. Apalagi ia menanam kapulaga sebagai penutup lantai hutan produksi milik PT Perhutani. Jarak kediaman Iskandar ke kebun itu hanya 5 km, tapi aksesnya hanya jalan tanah yang sempit dan berkelok naik turun. Akibatnya ia sulit merawat. Padahal, Samsuludin menyatakan, cara mengatasi kekurangan air saat kemarau adalah dengan penyiraman.

“Bisa menggunakan gembor maupun sprinkler,” kata pria 32 tahun itu. Masalahnya, pekebun telanjur terbuai oleh predikat kapulaga sebagai tanaman sampingan. Akibatnya mereka tidak merawat, memupuk, atau menyiangi rumpun. Efeknya banyak daerah yang semula sentra kapulaga hilang gaungnya karena petani beralih ke tanaman lain. Lazimnya tanaman budidaya, kapulaga pun memerlukan perawatan agar produksi optimal.

Pemupukan vital kalau kerabat lengkuas itu ditanam di sela kayu cepat tumbuh seperti sengon, jabon, atau jati genjah. “Akar kapulaga serabut dan dangkal, kalah kalau berebut hara dengan pohon besar,” kata Samsuludin. Pupuk tambahan meningkatkan keberhasilan pembungaan serta pembentukan dan pengisian buah (baca Tanaman Terawat Produksi Hebat hal.  Konsekuensinya, biaya penanaman pasti meningkat.

Dengan harga menggiurkan, hasilnya sepadan. Nur Ali menyatakan, kapulaga adalah komoditas yang harganya ajek tinggi. Itu sebabnya penanamannya menjanjikan laba memikat. Menurut Samsuludin, skala ekonomis pengusahaan kapulaga minimal 1 ha dengan populasi minimal 3.000 tanaman. Budidayanya pun harus intensif agar produksi optimal sehingga petani mendapat laba maksimal. (Argohartono Arie R)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

BPS Ungkap Data Perdagangan Durian Indonesia Sepanjang 2024

Trubus.id–Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan data terkait ekspor dan impor durian Indonesia pada ...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img