Komunitas pencinta dan pegiat kefir di Indonesia.
Orang-orang yang merasakan faedah kefir itu berkumpul. Mereka merasakan pengalaman yang sama sehingga menimbulkan ikatan persaudaraan. Pengalaman itu merasakan khasiat kefir. Penderita penyakit berat—seperti diabetes mellitus, jantung koroner, lever, hingga sakit paru-paru—yang merasakan khasiat kefir kemudian berkumpul. “Awalnya berupa rasa persaudaraan antara para sahabat, saudara dan konsumen Rumah Kefir Bandung,” kata Andang Kasriadi.
Andang pionir pengolah kefir di Bandung, Jawa Barat, sejak 1986. Mereka menyebut kelompok itu Keluarga Kefir Bandung. Andang sebetulnya mengarahkan anggota Keluarga Kefir Bandung untuk membuat kefir sendiri. Namun, tetap saja banyak anggota hanya ingin membeli saja karena merasa repot untuk membuat sendiri. Itulah sebabnya mereka tetap membeli kefir di tempat Andang.
Menjadi komunitas
Ketika media sosial tren, mereka membentuk grup komunikasi sosial di Facebook, yaitu Komunitas Kefir Indonesia (Indonesian Kefir Community) pada Juli 2009. Pada 14 September 2011 mereka mendeklarasikan Komunitas Kefir Indonesia dan Asosiasi Kefir Susu Indonesia (AKSI) di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. KKI merupakan grup yang bersifat umum dan terbuka, siapa saja bisa menjadi anggotanya, baik pegiat kefir, dan pencinta kefir.
Bahkan orang yang sekadar ingin mengenal kefir lebih dalam pun boleh menjadi anggota. Adapun AKSI khusus bagi pegiat kefir, bukan sekadar produsen kefir, tapi juga termasuk menjual kefir kepada orang yang membutuhkan. Dua organisasi, yakni KKI dan AKSI masih bergabung, karena jumlah pegiat kefir masih terbatas. Pada saat deklarasi, anggota KKI berkisar 1.600 orang di berbagai kota.
Kini setidaknya terdapat 3 grup di media sosial yang dikelola KKI. Secara umum ketiga grup itu memberikan berbagai informasi mengenai kefir. Hingga kini banyak yang merasakan faedah mengonsumsi kefir. Kini olahan kefir tidak terbatas pada makanan. Anggota komunitas di Bandung, Kemal Faisal Ferik, mengolah kefir menjadi beragam kosmetik. “Kini masyarakat Indonesia sudah peduli dengan penampilan, bahkan sudah menyisihkan anggaran agar bisa tampil rupawan,” kata pria yang juga pengurus KKI itu.
Pegiat kefir lain, Didin Muhidin, mengenal KKI sejak 2011. Pria yang juga peternak kambing perah itu mendapat edukasi mengenai kefir dari pelanggan susu kambing yang juga pegiat kefir. Menurut Didin setelah bergabung dengan KKI faedah yang dirasakan ialah bertambah ilmu, saudara dan berkah. Menurut pria asal Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, itu misi pemberdayaan peternak dan manfaat bagi umat bisa tercapai dengan menyebarluaskan faedah kefir.
Andang mengatakan salah satu yang menjadi kendala dalam perkembangan kefir yakni tersedianya susu segar berkualitas. Idealnya memang bahan berasal dari susu murni yang disterilkan tanpa pemanasan. Pada suhu di atas 38℃ ragam enzim pada susu bisa rusak. Salah satu teknologi yang bisa diaplikasikan yakni sterilisasi menggunakan listrik. Bakteri mati tanpa merusak enzim. Namun, Andang tidak mengharamkan membuat susu dari produk susu olahan.
Dengan fermentasi menggunakan bibit kefir nutrisi susu yang hilang karena pengolahan bisa diperbaiki oleh bibit kefir. Pengalaman Andang sejak tahun 1986 pun kerap menggunakan susu olahan untuk fermentasi kefir. Harapan pria yang akrab disapa Aki itu, membuat tren kefir seperti nasi goreng. Yakni bisa dibuat sendiri di rumah dan boleh membeli kefir dari produsen. Musababnya membuat kefir cukup mudah. Hanya merendam bibit pada susu selama 24 jam kemudian menyaring. Namun, berbeda koki, tentu memiliki cita rasa yang berbeda pula. (Muhamad Fajar Ramadhan)