![Patrick Kalona, mantan bankir bank multinasional yang kini mengelola perusahaan herbal.](http://www.trubus-online.co.id/tru/wp-content/uploads/2015/10/550_-86-2.jpg)
Setelah enam tahun menjadi bankir di London, Inggris, Patrick Kalona menjadi nakhoda perusahaan herbal. Ia membuka pasar herbal mancanegara kian luas.
Bertahun-tahun ritme hidup Patrick Kalona amat teratur: pukul 07.00 bersiap berangkat ke kantor dengan menunggu sebuah bus kota tiba di halte di dekat huniannya di London, Inggris. Bus itu mengantarkannya hingga ke kantor untuk bekerja hingga sore atau malam. Pada pengujung bulan, Patrick memperoleh penghasilan besar. Pria kelahiran Jakarta 9 Mei 1982 itu bekerja sebagai manajer analisis risiko di sebuah bank multinasional yang didirikan pada 1870.
Begitulah irama hidup Patrick dalam 5 tahun terakhir. Di tengah kenyamanan hidup itulah Patrick Kalona mendapat tawaran untuk mengelola PT Phytochemindo Reksa, produsen ekstraksi herbal. An Kalona yang menawarkan posisi itu merupakan generasi kedua pengelola perusahaaan. Generasi pertama adalah pendiri, yakni Wim Kalona dan Prof Oei Ban Liang. Mereka mendirikan perusahaan pada 1985.
![Aktivitas ekstraksi herbal di PT Phytochemindo Reksa.](http://www.trubus-online.co.id/tru/wp-content/uploads/2015/10/550_-87-2-300x277.jpg)
Apresiasi besar
Sebelum menyanggupi permintaan itu Patrick mengambil cuti khusus untuk magang di PT Phytochemindo Reksa selama sebulan. Ketika magang ia membuat beragam peraturan. Sekadar contoh peraturan yang amat simpel seperti frekuensi pembersihan atau dokumentasi produksi menjadi sekali per jam. Meski pada awalnya terjadi penolakan, pada akhirnya karyawan pun berterima kasih. “Hal–hal kecil itu terus saya ingat. Kalau kita bekerja di organisasi yang berhasil hidup di atas 100 tahun dan sistemnya mapan, tingkat apresiasi atas masukan kita akan bermakna,” kata Patrick. Artinya sesimpel apa pun masukan Patrick sangat bermanfaat bagi perusahaan. Itulah sebabnya usai magang, Patrick Kalona memutuskan menerima tawaran An Kalona meski gajinya jauh lebih kecil.
Sebagai gambaran, kini setelah empat tahun menangani PT Phytochemindo Reksa pendapatan Patrick jauh lebih kecil dibandingkan ketika menjadi pegawai bank di London. Selain itu bank yang membuka kantor cabang di 70 negara di lima benua itu juga menawarkan posisi bagus, yakni perwakilan di Hongkong. Atas tawaran itu Patrick Kalona tak tergiur. Pria 33 tahun itu kukuh pada pendiriannya untuk membesarkan perusahaan yang kini berumur 25 tahun itu dan menggarap potensi tanaman Indonesia.
![Ekstrak rimpang temulawak, jahe merah, dan adas produksi PT Phytochemindo Reksa.](http://www.trubus-online.co.id/tru/wp-content/uploads/2015/10/550_-87-3-300x216.jpg)
Maka sejak April 2011 ia mengundurkan diri dari bank internasional yang telah berumur 136 tahun itu. Patrick resmi menjadi direktur PT Phytochemindo Reksa. Mengapa ia mau melepas kemapanan itu? “Bekerja di industri keuangan memang menggiurkan, tetapi nilai sosial dan kontribusi tidak sebesar dan mengakar seperti di industri herbal. Industri herbal kegiatannya membantu banyak orang,” kata Patrick.
Menurut Patrick pada industri keuangan seperti perpindahan angka. Yang dimaksud kontribusi oleh Patrick adalah dampak industri herbal yang sangat besar bagi masyarakat. Petani yang mengebunkan bahan baku, pedagang yang memasarkan herbal, hingga orang sakit yang mengonsumsi herbal dan kondisinya terus membaik wujud kontribusi itu. “Saya sering mendengar testimoni, saya minum herbal ini dan akhirnya sembuh,” kata Patrick.
80 herbal
Bagi Patrick hal-hal semacam itu makin menguatkan untuk berkiprah di industri herbal. “Dasar manusia itu kesehatan. Jika sehat kita bisa melakukan apa pun,” ujar ayah seorang anak itu. Menurut sarjana Akuntansi dan Keuangan alumnus London School of Economic and Political Science itu, jika kita mampu memproduksi produk yang aman, berkhasiat, dan berkualitas mampu menjadi solusi yang belum bisa ditawarkan produk lain. Keamanan khasiat dan kualitas bukan tugas perorangan atau perusahaan, tetapi tugas industri masyarakat dan pemerintah.
Phytochemindo mengandalkan pasokan dari para petani binaan. Perusahaan itu sejatinya mengelola sebuah kebun herbal 3 ha di Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Namun, kebun itu lebih berfungsi sebagai lahan riset dan koleksi, bukan kebun produksi. Untuk memperoleh herbal bermutu, perusahaan itu memetakan produksi.
Misalnya rimpang temulawak terbaik hasil budidaya para petani di Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Adapun Bogor dan Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, menghasilkan katuk berkualitas tinggi. Patrick mengatakan mengambil herbal di luar sentra cenderung mutunya tidak konsisten sehingga tidak ekonomis. Sebab, rendemen bakal rendah sehingga memerlukan lebih banyak bahan baku.
![Sarana ekstraksi PT Phytochemindo Reksa di Gunung Putri, Kabupaten Bogor.](http://www.trubus-online.co.id/tru/wp-content/uploads/2015/10/550_-88-1-300x207.jpg)
Kini PT Phytochemindo Reksa mengolah lebih dari 80 jenis herbal untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Lima spesies yang permintaan amat besar adalah ekstrak rimpang temulawak Curcuma xanthorriza, kunyit Curcuma longa, jahe merah Zingiber officinale, katuk Sauropus androgynus, dan kulit manggis Garcinia mangostana. Perusahaan itu mengekstrak beragam herbal bukan untuk dirinya.
Harap maklum, PT Phytochemindo Reksa menjalankan strategi pemasaran maklon. Jasa maklon adalah jasa untuk menghasilkan barang tertentu karena pesanan atau permintaan dari perusahaan lain. Bahkan, kerap kali perusahaan pemilik merek menyerahkan sepenuhnya ramuan atau racikan kepada PT Phytochemindo Reksa. Atau sebaliknya PT Phytochemindo Reksa menawarkan ramuan baru kepada produsen herbal.
![Kejibeling salah satu herbal andalan untuk memenuhi pasar Rusia.](http://www.trubus-online.co.id/tru/wp-content/uploads/2015/10/550_-89-2-300x243.jpg)
Sistem maklon
Di ruang tamu perusahaan itu tampak beragam produk atau merek sohor yang kini beredar di pasaran. Aneka produk berbahan herbal itu berjajar di sebuah lemari kaca. Sebuah lampu menyorot beragam produk itu sehingga tampak mencolok. Patrick mengatakan bahwa formula itu diracik oleh PT Phytochemindo Reksa. Patrick ketat menjaga kualitas produk sejak bahan baku hingga siap pasar.
Ia menerapkan strategi maklon karena ingin menjadi solusi, bukan ancaman bagi perusahaan lain. “Dengan menerapkan independensi itu kami tak punya conflict of interest. Kami bisa duduk bersama dengan mitra untuk membicarakan ramuan, perizinan, hingga strategi pasar. Kalau hanya menjual ekstrak, seperti jualan garam, kami memasarkan solusi,” kata ketua Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia itu.
Kelebihan sistem maklon antara lain praktis. Perusahaan mitra kadang tak memiliki izin untuk mengeluarkan produk herbal. Perusahaan farmasi, misalnya, tidak boleh memproduksi produk herbal. Dengan merangkul PT Phytochemindo, maka perusahaan farmasi itu bisa “memproduksi” herbal. Menurut Patrick perbandingan antara permintaan produk jadi dan penjualan herbal baru 70 : 30 dari total produksi.
Peraih gelar profesi Akuntansi alumnus Institute of Chartered Accountants of England and Wales (ICAEW) itu menyadari benar keberlangsungan hidup perusahaannya juga bergantung kepada perusahaan pemesan ekstrak herbal. Dengan menjaga kualitas, permintaan ekstrak herbal pun terus tumbuh dan sebaliknya. Menurut Patrick pertumbuhan permintaan ekstrak herbal mencapai dua digit per tahun.
![Patrick Kalona](http://www.trubus-online.co.id/tru/wp-content/uploads/2015/10/550_-87-1-195x300.jpg)
Ekspor herbal
Di bawah kepemimpinan Patrick, PT Phytochemindo Reksa terus tumbuh dan berkembang. Patrick memperluas pasar ke mancanegara yang semula belum terjamah seperti Amerika Serikat, Hongaria, Kanada, Swiss, Irlandia, Perancis, dan Vietnam. Hanya dalam empat tahun masa kepemimpinannya pasar luar negeri meluas menjadi 14 negara. Sebelum 2011 selama 20 tahun berdiri PT Phytochemindo Reksa mengekspor ekstrak herbal hanya keempat negara.
Sejak 1985, misalnya, perusahaan itu ajek mengekspor produk jadi atau siap konsumsi paduan kejibeling Strobilanthes crispus dan kumis kucing Orthosiphon aristatus ke Rusia. Hingga kini permintaan paduan herbal itu terus berlanjut. Di negeri Beruang Merah paduan herbal itu untuk menggempur batu ginjal. Volume ekspor mencapai 500.000 botol per sekali kirim. Menurut Patrick frekuensi ekspor herbal ke ahli waris utama Uni Soviet itu dua kali setahun.
Sementara itu pasar baru mancanegara pada umumnya meminta lima besar herbal seperti rimpang temulawak, kunyit, dan jahe. Bagaimana strategi Patrick membuka pasar mancanegara? “Ini upaya keseluruhan. Sebelum membuka pasar dunia, kita harus yakin dengan apa yang kita tawarkan. Kuncinya kita harus membersihkan dapur kita agar kualitas, keamanan, dan khasiat tetap terjaga,” kata Patrick yang mengonsumsi ekstrak sambiloto ketika merasakan gejala flu.
Dapur yang dimaksud Patrick bukan sekadar produksi, seperti pengadaan mesin atau kebersihan ruang kerja. Namun, juga melebar ke pengembangan sumber daya manusia seperti pelatihan. Menurut Patrick salah satu kunci menjaga pasar mancanegara adalah komunikasi yang baik. Ia mencontohkan saat bekerja sama dengan sebuah produsen herbal dunia yang hendak membuat produk herbal.
Calon perusahaan mitra itu lantas mengaudit PT Phytochemindo Reksa dan memberi masukan agar produk yang dihasilkan kelak sesuai standar obat farmasi yang diinginkan. Salah satu saran perusahaan itu agar pengukuran kandungan mikrobiologi dilakukan setiap jam. Patrick mengomunikasikan bahwa tak mungkin melakukannya. Ia merujuk pada aturan World Health Organization dengan mengukur kandungan mikrobiologi sekali sehari.
Setelah dua tahun penjajakan, kedua perusahaan itu akhirnya bekerja sama. “Jika ada masalah, kita sodorkan solusi. Jangan hanya diam dan bilang tak bisa,” kata Patrick. Ia beberapa kali menerima surat elektronika yang meminta kiriman ekstrak herbal. Namun, Patrick mengabaikannya. Menurut Patrick, “Paling mengerikan jika mendapat email yang meminta agar segera mengirimkan sekian ton herbal. Bekerja sama itu mirip mencari pasangan hidup. Tak mungkin baru kenal langsung kita tembak, kan?”
Itulah sebabnya Patrick yang disiplin mengonsumsi kapsul temulawak setiap hari lebih senang perusahaan mitra datang langsung ke PT Phytochemindo Reksa. Kedatangan mitra bukti keseriusan bekerja sama. Jika kesepakatan itu terjalin, Patrick akan menjaga kualitas, keselamatan, dan khasiat sesuai permintaan mitra. Itulah strategi direktur PT Phytochemindo Reksa (reksa bermakna menjaga) menjaga kualitas herbal. (Sardi Duryatmo)
Filsafat Maraton
![Patrick Kalona melampiaskan hobi berlari untuk mengumpulkan dana amal.](http://www.trubus-online.co.id/tru/wp-content/uploads/2015/10/550_-89-1-300x258.jpg)
Olahraga kegemaran Patrick Kalona berlari. Alasannya, “Modalnya tidak banyak, hanya sepatu lari, bisa dilakukan kapan saja, di mana saja dengan siapa saja,” kata Patrick yang rutin berlari di Senayan, Jakarta Pusat, setiap Ahad pagi. Pria 33 tahun itu menyalurkan hobi berlari ketika berlangsung kegiatan New York Marathon pada November 2012. Ia bergabung dengan komunitas Berlari untuk Berbagi (BuB) dan mengikuti kegiatan itu demi mengumpulkan dana. Pencetus BUB, pengusaha Sandiaga Uno, pernah mengatakan, bahwa setiap rupiah yang diperoleh akan digandakan.
Ketika itu Patrick dan para pelari lainnya mengumpulkan mengumpulkan dana dari para sponsor, kemudian digandakan oleh Sandiaga sampai mendekati 1 miliar. Dana yang terkumpul disumbangkan untuk beberapa yayasan di tanahair. Patrick mengatakan maraton mengajarkan banyak hal. Lari maraton cukup jauh, 42 km, sehingga perlu persiapan yang matang. Patrick menyiapkannya hingga setahun agar dapat berlari dengan nyaman.
“Hidup itu maraton. Ilmu maraton itu kita harus tahu jarak yang akan kita tempuh. Harus tahu kapan berlari cepat, kapan berlari lambat. Kalau kita bergerak teratur bisa mencapai tujuan dengan selamat. Kalau maraton dan kita berlari cepat di awal pada kilometer ke-30 bisa kram, kondisi tak memungkinkan untuk lari,” kata Patrick. Berbisnis atau mengelola perusahaan herbal juga demikian, ada saatnya berlari cepat, kadang berlari lambat. (Sardi Duryatmo)