Trubus.id–Penurunan luas lahan, produksi, dan produktivitas kelapa di Indonesia menjadi perhatian utama dalam sektor perkebunan. Berdasarkan data Statistik Perkebunan 2022-2024 dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, luas areal kelapa yang semula 3.493.231 hektare pada tahun 2017 menyusut menjadi 3.336.183 hektare pada 2024, mengalami pengurangan sebesar 147.048 hektare.
Menurut Peneliti Ahli Utama di Pusat Tanaman Perkebunan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ismail Maskromo, salah satu solusi untuk mengatasi penurunan ini adalah melalui program peremajaan tanaman. Dengan luas lahan saat ini, setidaknya 15% atau sekitar 500.427 hektare perlu diremajakan setiap tahunnya. Untuk mendukung upaya itu, diperlukan sekitar 75 juta benih kelapa per tahun, karena benih menjadi faktor utama dalam pengembangan komoditas ini.
Ismail mengungkap hingga tahun 2024, hasil penelitian pemuliaan kelapa telah menghasilkan 60 varietas unggul yang terbagi dalam beberapa kategori: empat varietas Genjah Unggul Nasional, 14 varietas Genjah Unggul Lokal, 11 varietas Dalam Unggul Nasional, 21 varietas Dalam Unggul Lokal, serta 10 varietas Hibrida. Setiap varietas memiliki karakteristik unik yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi, seperti kelapa untuk minyak, santan, atau air kelapa.
Produksi benih saat ini masih jauh dari kebutuhan. Dari total kebutuhan 75 juta benih per tahun, produksi yang tersedia hanya sekitar 2,4 juta benih atau sekitar 3% dari kebutuhan nasional. Jumlah itu terdiri dari 51.360 benih untuk Genjah Unggul Nasional, 1.069.296 benih Genjah Unggul Lokal, 139.144 benih Dalam Unggul Nasional, 1.146.940 benih Dalam Unggul Lokal, dan 45.000 benih untuk kelapa hibrida.
Kelapa Genjah sebagai Alternatif Unggul
Kelapa Dalam Lokal dikenal memiliki pertumbuhan tinggi yang cepat namun lambat berbuah. Sebaliknya, beberapa varietas kelapa Genjah menunjukkan pertumbuhan yang lebih efisien. Sebagai contoh, Genjah Hijau Labuhan Batu dapat berbuah dalam waktu 1,5 tahun, sedangkan Genjah Entok Kebumen mulai berbuah dalam tiga tahun.
“Kelapa Genjah Hijau Labuhan Batu ini sangat menarik untuk dibudidayakan karena selain cepat berbuah, pertumbuhan tingginya juga lambat, hanya sekitar 30 cm per tahun. Pada usia 10 tahun, tinggi pohonnya hanya sekitar 2,5 hingga 3 meter. Sayangnya, ketersediaan benihnya masih terbatas,” jelas Ismail melansir pada laman BRIN.
Strategi Pengembangan Kelapa ke Depan
Untuk menjamin ketersediaan benih berkualitas, diperlukan strategi perbanyakan benih melalui metode somatic embryogenesis dan pengembangan tunas aksiler. “Kami berharap metode ini dapat meningkatkan jumlah bibit yang tersedia, dari satu menjadi banyak,” tambahnya.
Selain itu, langkah-langkah strategis lainnya mencakup identifikasi dan evaluasi varietas unggul lokal, serta pendaftaran dan pelepasan varietas baru. Pemerintah dan pihak swasta diharapkan dapat berperan dalam pembangunan Kebun Induk Benih Sebar dan Kebun Induk Benih Penjenis, yang akan didampingi oleh pemulia tanaman.
“Ke depan, kita juga perlu fokus pada perakitan varietas unggul berbasis plasma nutfah lokal serta pengembangan kelapa hibrida. Selain itu, perbanyakan massal kelapa unggul dan eksotik seperti kelapa kopyor dan pandan wangi juga harus menjadi prioritas,” pungkas Ismail.