Trubus.id–Setiap Rukun warga (RW) 01, Kelurahan Jatisari, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung, mendapatkan seperangkat alat pengolah sampah organik. Pengolahan sampah organik itu menggunakan sistem magotisasi. Artinya pengolahan sampah organik menggunakan bantuan larva berupa magot.
Kandang plasma magotisasi itu dikelola oleh semua anggota di setempat. Kelompok RW 01, Kelurahan Jatisari, memperoleh 2 set kandang plasma.
Setiap set kandang plasma terdiri dari 1 rak susun dan 1 rak sangkar berjaring. Rak susun digunakan untuk menyimpan books plastik tempat budi daya magot. Setiap rak susun terdiri dari 3 tingkat. Dalam setiap tingkat terdapat 4 boks plastik. Berarti dalam setiap kandang plasma terdiri dari 12 boks plastik tempat budi daya magot.
Sementara rak sangkar jaring berfungsi untuk penetasan. “Tidak semua magot dipanen,” ujar Warga di Kota Bandung, Amin Muhaimin.
Ada beberapa magot yang dibiarkan hingga menjadi pupa atau yang sering disebut black soldier fly (BSF). Setiap lalat tentara hitam—sebutan lain BSF—itu nanti akan menghasilkan telur BSF. Telur itu dimanfaatkan untuk budi daya magot pada siklus berikutnya.
Amin dan kelompok RW 01 memulai budi daya magot sejak Oktober 2023. Menurut Amin sejak saat itu ia dan kelompok RW 01 lainnya tidak membuang sampah organik di TPA Sarimukti lagi.
Hanya beberapa sampah residu saja yang di buang di TPA Sarimukti. Sekretaris kelompok RW 01 itu mengatur jadwal supaya operasional pengolahan sampah di kandang plasma magot berjalan dengan lancar.
Ia mengajarkan kepada warga untuk memilah-milah sampah terlebih dahulu. Selanjutnya warga mulai terlatih memilah sampah sesuai dengan unsurnya.
Pengambilan sampah digilir setiap hari menggunakan jadwal jaga yang telah disepakati. Selanjutnya pengolahan sampah organik menggunakan magot dilakukan oleh tim magotisasi.
Pengolahan sampah organik itu dimulai dengan cara mencacah. Tim magotisasi memasukkan sampah organik itu ke dalam mesin pencacah.
Selanjutnya sampah organik yang sudah berukuran mikro itu dimasukkan ke dalam setiap boks plastik tempat budi daya magot. Pencacahan bertujuan supaya mempermudah magot memakan sampah organik.
Total jenderal terdapat 24 boks plastik tempat budi daya magot. Dari jumlah itu Amin dan tim menuai 30 kg magot segar setiap 14 hari. Modal dari budi daya itu hanya sampah organik yang berasal dari 231 rumah yang ada di kelompok RW 01
Rata-rata hasil panen magot digunakan sebagai pakan aneka ternak milik warga RW 01 seperti ayam, kalkun, angsa, dan ikan lele. Hanya beberapa yang dijual. Itu pun jika ada pemesanan.
Biasanya Amin dan tim menjual ke salah satu toko pakan ternak di Kota Bandung. Ia menjual dengan harga Rp3.600—Rp6.000 per kg magot segar.
Amin dan tim belum memiliki alat yang memadai untuk pengolahan magot. Dari pihak toko pakan biasanya mengolah magot dengan cara mengeringkan dan menggiling menjadi tepung magot.