Buah mahkota dewa meredakan nyeri glaukoma.
Rutinitas harian Irene Sulistyorini tidak jauh dari layar laptop dan telepon seluler pintar. Profesi sebagai penyiar di sebuah radio swasta di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, mengharuskan ia menggunakan komputer jinjing untuk membuat rancangan acara. Di tengah acara, ia juga harus membacakan pesan pendek dari pendengar yang masuk ke telepon. Untuk itu, ia sangat bergantung kepada mata.
Masalah pada indera penglihatan itu membuat pekerjaannya terganggu. Itu terjadi pada 2005. Tanpa penyebab jelas, tiba-tiba pandangannya kabur. Mata kirinya sangat sensitif terhadap cahaya. Selain itu, muncul rasa nyeri di mata bila kelopak mata kiri tersentuh. Ibu 1 anak itu juga merasakan pusing luar biasa hingga mual. Keruan saja pekerjaannya terganggu.
Picu kebutaan
Irene Sulistyorini kemudian memeriksakan diri ke dokter mata. Dokter mendiagnosis Irene menderita glaukoma dan harus segera dioperasi. Namun, untuk meredakan nyeri pada mata, dokter memberikan obat tetes yang harus diteteskan setiap 1 jam. Untuk memastikan kondisinya sekaligus mencari pertimbangan lain (second opinion), Irene memeriksakan diri ke rumahsakit khusus mata di Yogyakarta.
Hasilnya cukup melegakan, ternyata ia tidak perlu menjalani operasi. Meski demikian, dokter mewajibkan Irene menjalani perawatan intensif. Ia harus meneteskan obat tetes khusus setiap jam. Untuk menjaga kondisinya, Irene rutin berkonsultasi setiap 6 bulan. Setelah 5 kali melakukan kontrol rutin, ibu satu anak itu menghentikannya karena merasa keluhan sakitnya telah sirna.
Secara medis, gangguan mata yang dialami Irene disebut glaukoma. Pendiri Jakarta Eye Center, Cikini, Jakarta Pusat, Prof Dr dr Salamun Sastra SpM, menyatakan glaukoma muncul lantaran tekanan cairan dalam bola mata atau vitreous humor menjadi terlalu tinggi. Itu akibat sumbatan di saluran buang di bola mata. Padahal, mata selalu memproduksi cairan mata sehingga tekanan dalam organ penglihatan itu semakin meningkat.
Menurut dr Salamun glaukoma dibedakan menjadi 2 jenis yaitu primer dan sekunder. Glaukoma primer terjadi lantaran faktor genetik atau keturunan. Adapun glaukoma sekunder terjadi karena adanya trauma pada mata misalnya kecelakaan, terbentur, atau terpukul di bagian mata. Meningkatnya tekanan menyebabkan rasa nyeri di bagian mata seperti yang dialami Irene.
“Tekanan normal dalam bola mata adalah 14—17 mmHg,” kata dr Salamun. Pada puncak penderitaannya, tekanan cairan dalam bola mata Irene mencapai 24 mmHg. Salamun menyatakan bahwa glaukoma tidak bisa dianggap remeh. Tanpa penanganan segera, serat lembut saraf optik yang membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak rusak dan bidang pandang menyempit. Kerusakan itu tidak dapat disembuhkan dan dapat menyebabkan kebutaan.
Pulih
Sejak 2015 Irene pindah tugas ke kota Kabupaten Kebumen. Kesibukannya yang tinggi membuat penyakitnya kumat lagi. Pada November 2015 ia kembali merasakan nyeri di bola mata sebelah kiri. Bila bangun tidur, kelopak matanya tanpa sengaja tersentuh akan memyebabkan sakit yang luar biasa, pusing, dan mual. “Selain sakit, mata juga memerah,” kata Irene. Ia kembali memeriksakan ke dokter.
Kali ini, obat tetes tidak lagi mempan menawarkan deritanya. Ia hampir putus asa dan berniat mengundurkan diri dari pekerjaan. Pada Februari 2016, seorang teman memperkenalkan Irene dengan Ning Harmanto. Herbalis di Koja, Jakarta Utara, itu meresepkan buah mahkota dewa Phaleria macrocarpa. Ia juga menambahkan meniran Phyllanthus niruri, daun ashitaba Angelica keiskei, tapak liman Elephantopus scaber, dan pegagan Centella asiatica.
Irene rutin mengonsumsi kapsul-kapsul beragam herbal itu 1 kali sehari sebelum makan. Selain itu ia juga harus memantang makanan yang digoreng, minum teh, dan kopi. Setelah 5 hari konsumsi, Irene merasakan perubahan berarti. Rasa sakitnya berkurang, perempuan 51 tahun itu kini juga sudah dapat membaca pesan singkat di telepon genggamnya dengan baik.
Terlebih ia kini tidak merasakan nyeri di kedua matanya karena terpapar sinar matahari. Menurut Ning Harmanto mahkota dewa kaya antioksidan sehingga dapat mengatasi radikal bebas dan penyakit degeneratif. Adapun daun ashitaba, meniran, tapak liman, dan pegagan memperkuat daya tahan tubuh sekaligus mengandung antioksidan yang sangat bermanfaat untuk mengatasi radikal bebas.
Menurut dr Salamun sampai kini glukoma belum bisa disembuhkan, hanya dapat diatasi. Caranya bisa dengan operasi untuk memperbaiki saluran buang untuk cairan mata atau menggunakan obat tetes. Obat tetes mata bertujuan untuk menurunkan produksi cairan bola mata, bila tidak diberi obat tetes maka tekanan akan meninggi. “kalau saluran pembuangannya tidak diperbaiki maka tekanan akan tetap tinggi,” kata dr Salamun. Menurut dr Salamun di Belanda pemeriksaan rutin wajib dilakukan kepada penderita glaukoma dan keturunannya karena merupakan penyakit yang diturunkan. Bila tidak diatasi glaukoma akan mencuri penglihatan orang, yang terjadi adalah bidang penglihatan semakin mengecil seperti melihat dalam teropong. (Muhammad Awaluddin)