Trubus.id—Peternak asal Dusun Kembangsari, Desa Sepayung, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), I Komang Budha memanfaatkan daun lamtoro sebagai pakan sapi pedaging.
Ia menanam lamtoro di lahan 1,5 hektare demi memenuhi pakan sapi bali. Sebelumnya Komang menanam jagung di lahan yang sama. Kini ia tidak perlu lagi mencari rumput di tempat yang jauh. Komang pun bisa mengembangkan bisnis peternakannya.
Semula ia hanya menjual anakan sapi bali. Kini ia menjual sapi hasil penggemukan. Apalagi terjadi peningkatan bobot signifikan untuk sapi yang mendapat daun lamtoro. Dengan adanya pakan lamtoro ia juga berani melakukan usaha penggemukkan sehingga makin banyak sapi yang ia pelihara.
“Saya hanya mampu merawat 4—5 induk sapi sebelumnya. Alasannya untuk pakan harus mencari rumput ke tempat yang jauh,” ujar Komang.
Kini Komang memelihara 18 sapi bali betina untuk menghasilkan anakan. Adapun sapi jantan ia pelihara hanya 6 bulan. Setelah itu Komang menjual sapi jantan dan membeli sapi bakalan untuk penggemukan lagi. Begitu seterusnya.
Ia membeli bakalan seharga Rp5 juta— Rp5,5 juta per ekor. Setelah penggemukan selama 6 bulan, ia menjual sapi seharga sekitar Rp10 juta per ekor.
Selama penggemukan Komang hanya memberikan pakan berupa daun lamtoro saat musim hujan. Ia memberi pakan 2—3 ikat daun lamtoro setiap pagi dan sore. Saat kemarau pemberian lamtoro hanya 60% karena produksi daun tanaman berkurang. Pakan sisa lainnya berupa batang jagung atau jerami.
Komang memberi makan lamtoro untuk sapi sejak 2020. Sebelumnya ia hanya menjual anakan, bukan penggemukan.
Tanaman anggota famili Fabaceae itu merupakan tanaman legum hijauan tropis berumur panjang, pertumbuhan cepat dengan toleransi kekeringan yang tinggi, menghasilkan biomassa tinggi, dan kandungan nutrisi tinggi. Lamtoro dapat membentuk rumpun lebat dan dapat tumbuh maksimal setinggi 25 m.
Dengan potensi itu pantas bila pengembangan lamtoro untuk pakan sapi dikembangkan di tujuh kabupaten di NTB. Ketujuh kabupaten itu yakni Kabupaten Sumbawa, Dompu, Bima, Sumbawa Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan Lombok Timur. Jumlah peternak mencapai lebih dari 3.000 orang dan luasan lebih dari 2.000 hektare.
Meski begitu peternak mesti berhati-hati karena lamtoro mengandung mimosin. Senyawa itu racun yang menyebabkan efek buruk pada ternak ruminansia yang sulit diketahui dan diatasi.
Menurut guru besar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan (Fapet), Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Laconi, M.S., detoksifikasi secara fisik dan kimia mampu menurunkan kandungan mimosin daun lamtoro.
Perendaman daun lamtoro selama 12 jam dalam air pada suhu kamar mereduksi kandungan mimosin lebih dari 50%. Namun kandungan xantofil juga menurun lebih dari 50%.
Oleh sebab itu, pengolahan terbaik untuk menurunkan mimosin daun lamtoro dengan mereduksi kandungan xantofil terendah, yaitu pemanasan lembap bersuhu 70°C selama 15 menit. Cara itu menurunkan kandungan mimosin 36,9% dan reduksi xantofil 36,7%.