Trubus.id—Indonesian Platycerium Society berkolaborasi dengan Kebun Raya Bogor (KRB) menggelar ‘Platycerium di Kebun Raya’. Acara itu berlangsung pada 18—26 Mei 2024. Salah satu rangkaian acara itu talkshow edukatif mengenai tanaman platycerium.
Pengisi talkshow itu Kliwon (tropicalpickers), Anjasmara, dan Yudhistira sebagai moderator. Pada kegiatan itu para pemateri mengenalkan tanaman platycerium, jenis, hingga tip perawatan.
Kliwon dalam paparannya menjelaskan platycerium tanaman epifit dan termasuk tanaman tropis. Berdasarkan penelitian Kreler dan Schneider (2016) menunjukkan platycerium merupakan sepupu taksonomi dari Pyrrosia dan di dalamnya terdapat tiga kelompok spesies di bawah genus, yang mirip dengan apa yang sudah disampaikan Joe Hoshizaki (1972).
Sementara Yudish dalam paparannya menjelaskan mengenai jenis platycerium diantaranya Platycerium grande “Staghorn Fern”, Platycerium wandae “Queen Staghorn”, Platycerium ridleyi, Platycerium coronarium “Disk Staghorn” , dan Platycerium willinckii “Java Staghhorn”.
Sementara mengenai perawatan semua tanaman platycerium membutuhkan kondisi optimal. Misalnya memerlukan sinar matahari yang cukup, perlindungan dari rambut tebal, dan cahaya yang mencukupi untuk produksi spora yang efisien.
Selain cahaya, suhu juga mesti disesuaikan dengan jenis tanaman platycerium. “Perhatian khusus diperlukan saat menyirami tanaman ini,” katanya. Faktor lain kelembapan, misalnya Platycerium madagascariense memerlukan kelembapan tinggi dengan sirkulasi udara yang cukup.
Selama musim panas dan kelembapan menurun, daun platycerium bisa terlihat lebih kecil dari biasanya. Tanaman platycerium berhenti tumbuh saat musim kemarau, hindari penyiraman berlebihan, dan berikan ventilasi baik.
Lebih lanjut ia menuturkan, penyiraman tanaman platycerium sebaiknya dilakukan saat media tanam hampir kering, hindari kelebihan air untuk menghindari kerusakan. Jika daun berwarna kecokelatan, tunggu sebelum menyiram karena tanaman ini tahan kekeringan.
Media tanam dapat berupa sabut kelapa, akar kadaka, dan sphagnum moss. Para pehobi juga mengenal istilah mounting. Menanam platycerium dengan inovasi mounting menciptakan dekorasi rumah yang menarik dengan bingkai kayu, sphagnum moss, akar kadaka, dan benang tali.
“Tren itu berasal dari Jepang atau Taiwan dan memengaruhi penggemar platycerium global, termasuk di Indonesia,” katanya.
Untuk nutrisi pada habitat alaminya, paku tanduk rusa mengumpulkan nutrisi dari bahan organik yang terkumpul di daun penutupnya dan dari daun tua yang membusuk.
Pemupukan secara teratur diperlukan untuk menjaga pertumbuhan yang sehat. Pemupukan itu terdiri dari pupuk slow realese dan pupuk cair.
Untuk budidaya platycerium dapat dilakukan dengan cara kultur jaringan, spora, dan pemisahan anakan. Pada kesempatan yang sama Anjasmara juga berbagi cerita mengenai koleksi platycerium miliknya. Platycerium begitu mempesona tentunya dengan tepat perawatan.