Sosok jeruk merah amat elok berkulit jingga dan rasa pun paduan manis masam yang pas. Selain itu jeruk merah pun kaya khasiat. Keistimewaan jeruk merah itu membuka peluang pasar.

Trubus — Segelas jus itu tersaji di atas meja. Warnanya merah pekat menyerupai darah. Ir. Arry Supriyanto, M.S. yang menghadiri acara di sebuah kota di Italia itu semula ragu untuk meminum jus merah itu. Karena penasaran, master Fisiologi Tanaman alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu akhirnya meraih segelas jus merah itu dan meneguknya. “Cita rasa jus itu gabungan manis dan masam, tapi menyegarkan,” kata periset di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) itu.
Jus berkelir merah itu bukan berasal dari buah delima, tapi dari buah jeruk darah. Dalam perdagangan internasional buah Citrus sinensis memang sohor dengan sebutan blood orange alias jeruk darah. Sebutan darah karena daging buah berwarna jingga kemerahan hingga merah pekat. Itulah sebabnya sekilas warnanya mirip darah. Bahkan kulit jeruk darah jenis tertentu juga berwarna jingga kemerahan hingga merah.
Jeruk istimewa
PT Diamond Cold Storage di Indonesia menyebut jeruk darah itu sebagai red orange diamond atau jeruk merah mengacu pada warnanya. Selanjutnya Trubus juga menggunakan istilah jeruk merah. Menurut Elisa Granucci dari nurseri jeruk Oscar Tintori Vivae di Kota Pistoia, Italia, jeruk merah paling banyak dijual dan dibudidayakan di negara itu. Elisa menuturkan cita rasa jeruk merah cukup manis. Selama bertahun-tahun jeruk itu menjadi buah Natal sehingga disebut ratu musim dingin lantaran tersedia pada bulan terdingin.

Ahli Botani alumnus University of Birmingham, Inggris, Gregori Garnadi Hambali, menyatakan, “Jeruk merah itu menarik warnanya, lain dari biasanya. Cita rasa enak seperi sunkis,” ujar Gregori Hambali yang mencicipi jeruk merah ketika menempuh pendidikan pascasarjana di Inggris. Trubus juga mencicipi jeruk merah pada 2013 saat berkunjung ke Bologna, Italia. Peneliti jeruk merah di Badan Penelitian dan Analisis Ekonomi Pertanian Italia, Concetta Licciardello, PhD, mengatakan, jeruk merah sangat berbeda dengan jeruk manis lainnya.
Sebab, warna, aroma, serta rasio cita rasa manis dan masam pada buah itu seimbang. Pigmen merah pada jeruk merah berasal dari antosianin. Senyawa antosianin (dalam bahasa Latin berarti api biru) antara lain berkhasiat untuk sumber antioksidan untuk membangun kekebalan tubuh dan antikanker.
Sementara warna kemerahan pada grapefruit dan jeruk caracara karena pengaruh likopen, bukan antosianin. Jeruk merah itu istimewa karena juga mengandung antosianin, vitamin C, dan karotenoid. Menurut Prof.ssa R. Marchelli dari University of Parma, Italia, dalam 100 ml jus jeruk merah berisi 60 mg vitamin C. Vitamin C itu memiliki aktivitas total antioksidan setara 310 mg vitamin E.
Bandingkan dengan kandungan vitamin C jeruk biasa yang hanya 40 mg dan aktivitas total antioksidan sama dengan 112 mg vitamin E. Singkat kata, baik penampilan maupun cita rasa jeruk merah itu amat istimewa. Itulah sebabnya Majalah Trubus terbang ke Italia pada musim panas atau pertengahan Juni 2017 untuk melacak jeruk merah. Negeri Pizza itu produsen terbesar jeruk kedua di Eropa setelah Spanyol.
Luas penanaman jeruk Italia pada 2016 mencapai 86.842 hektare dengan produksi 1,2 juta ton pada 2016. Sentra terbesar penanaman di Sicilia (59%) dan Calabria (22%). Jerman, Swis, dan Austria negara tujuan ekspor jeruk Italia. Pelacakan jeruk merah ke negeri seluas 301.338 km² itu juga sekaligus mengunjungi ekshibisi tanaman hias bertajuk Vestire il Paesaggio 2017 di Kota Pistoia, Italia. Ibarat sekali merengkuh dayung, maka dua tiga pulau pun terlampaui.
Budidaya luas

Menurut periset di Pusat Penelitian Jeruk Italia, Marco Caruso, budidaya jeruk merah meluas di kawasan Mediterania, termasuk Italia. Marco menduga nenek moyang jeruk darah berasal dari Asia Tenggara. Literatur pertama tentang arancio dolce—sebutan jeruk di Italia—berpigmen terdapat dalam Hesperides karya Ferrari pada 1646. Greg Hambali menyatakan, memungkinkan saja jeruk itu berasal dari Asia Tenggara yang beriklim tropis.
Kemudian jeruk itu dikembangkan di daerah subtropis seperti di Italia. Di negara empat musim, ada musim dingin dan gugur yang mampu mengontrol organisme pengganggu tanaman sehingga jeruk itu mampu berkembang di “negara baru”. Menurut Greg Hambali kemungkinan lain juga terjadi mutasi sehingga warnanya menjadi merah. “Jika ditelusuri memungkinkan leluhur jeruk merah itu jeruk biasa yang berwarna kuning. Karena mutasi bisa terjadi di mana saja,”katanya,
Data Global Agricultural Information Network (GAIN) kelolaan Foreign Agricultural Service (FAS) United States Department of Agriculture (USDA) 2016 mengungkapkan jeruk darah komoditas utama jeruk di Italia yang dikonsumsi segar. Tarocco, moro, dan sanguinello, adalah jeruk merah populer di Negeri Pisa (baca Merah Merona Jeruk Darah halaman 16—17). Sementara ovale dan valencia untuk konsumsi segar atau bahan olahan jus.
Salah satu perusahaan produsen jeruk merah di Sisilia adalah Oranfrizer. Perseroan yang membudidayakan jeruk merah sejak 1962 itu bekerja sama dengan pekebun lokal dengan total luas lahan garapan 12.000 hektare. Mayoritas lahan berada di wilayah Piana di Catania dekat gunung berapi aktif, Etna. “Kami tertarik mengembangkan jeruk merah karena buahnya unik, kaya rasa, dan bernutrisi tinggi,” kata Social, Web and Marketing Communication, Oranfrizer, Egle Zapparrata.
Perusahaan yang memperkerjakan lebih dari 400 karyawan itu menanam tiga varietas utama jeruk merah yaitu tarocco, moro, dan sanguinello. Aktivitas berkebun jeruk merah dimulai pada Maret setiap tahun. Saat itu para pekerja memupuk dan memangkas tanaman setelah panen terakhir. Pemangkasan sangat penting karena membantu tanaman menyalurkan nutrisi secara efektif serta agar semua daun terpapar sinar matahari dan udara.
Jus jeruk merah

3.500 commune di Kota Batu,
Jawa Timur.
Tanaman jeruk darah berdaun hijau gelap sepanjang tahun dan tingginya 3 meter. Setiap batang utama memiliki 4—6 dahan. Pekerja melindungi tanaman dari semut dan parasit sangat kecil sepert aphid dan kutu saat bunga mekar. Terdapat sekitar 3.500 bunga mekar berwarna putih dan wangi pada setiap tanaman. Dari jumlah itu hanya 300 bunga yang menjadi jeruk merah. Demi menghasilkan buah berkualitas premium perusahaan menerapkan manajemen hama terpadu.
“Tanpa pemakaian bahan kimia,” kata Egle meyakinkan. Buah kecil berwarna hijau muncul pada Juni. Itu tandanya pekerja mengairi dan memantau pertumbuhan tanaman. Pada September—November buah yang semula hijau berubah menjadi jingga. Akhirnya pada Desember jeruk merah berkelir merah. Lebih lanjut Egle menuturkan pekerja memanen jeruk merah pada Desember—Mei. Harap mafhum waktu panen berbeda karena buah matang pohon secara alami.
Pekerja menuai jeruk merah satu per satu menggunakan gunting khusus. Mereka bekerja sangat hati-hati agar tidak merusak buah dan melindungi cabang. Setiap jeruk merah adalah hasil bekerja setahun. Petugas khusus mengawasi setiap fase produksi agar mendapatkan produk terbaik. Masih ada kegiatan lain setelah panen yaitu pengemasan, distribusi, promosi, ekspor, dan pemasaran. Oranfrizer memproduksi 13.000—14.000 ton jeruk darah per tahun.

Perusahaan yang memperkerjakan 370 karyawan itu mengekspor jeruk merah ke negara-negara Eropa seperti Inggris dan Norwegia. Selain jeruk segar, Oranfrizer juga mengolah jeruk merah menjadi jus. Untuk menghasilkan 946 ml jus memerlukan 3 kilogram jeruk. Perusahaan beromzet sekitar €43-juta setara Rp674,5 miliar setiap tahun itu mengekspor jus jeruk merah ke Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Indonesia.
Menurut Egle ekspor jus jeruk ke Indonesia bermula pada 2016 berkat kerja sama dengan PT Diamond Cold Storage. Sebutan jeruk darah di Indonesia yaitu Red Orange Diamond sesuai dengan lisensi yang dikeluarkan pihak berwenang. Kini masyarakat Indonesia dapat merasakan cita rasa asli jeruk merah asli Italia di toko swalayan.
Perusahaan yang didirikan oleh Giuseppe Alba itu tidak menjual buah segar tanaman kerabat kawista Limonia acidissima itu karena ekspor jeruk merah menghabiskan biaya tambahan untuk ongkos pesawat terbang. Masyarakat Indonesia belum banyak mengenal jeruk merah. Harap mafhum, komoditas itu terbilang baru.
Koleksi pehobi

Asisten Manajer Operasional PT Laris Manis Utama, Vendi Tri Suseno, mengatakan belum mengetahui tentang buah Citrus sinensis berpigmen itu. Peneliti di Balitjestro, Ir Emi Budiyati, juga belum mengenalnya. Kolektor tanaman buah di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa, Timur, Rudy Harianto, mendatangkan jeruk merah ruby dari Australia pada 2012.
“Saya tertarik membeli karena buahnya unik,” kata pemilik Bunder Hortikultura di Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu. Pada 2016 jeruk merah itu menghasilkan 5 buah. Sayangnya, warna jeruk tidak merah seperti pada label. Menurut Rudy untuk mendapatkan kelir merah tanaman menghendaki daerah subtropis yang memiliki suhu 0°C. Sementara daerah Malang berketinggian 501 meter di atas permukaan laut tidak memiliki suhu dingin.
Menurut Egle jeruk merah menghendaki perbedaan suhu ekstrem antara siang dan malam yang berkisar 10—15°C agar pigmen merah keluar. Concetta menuturkan, bisa jadi jeruk yang dibeli Rudy termasuk varietas jeruk biasa yang berwarna jingga. Musababnya jika memang ada gen jeruk merah, mestinya vesikula atau salah satu bagian daging buah berwarna merah.

Sebetulnya ada cara meningkatkan pigmen pada jeruk merah yakni menyimpannya di suhu 4°C selama 30 hari. Syaratnya jeruk mesti memiliki genotip berpigmen. “Namun, itu tergantung genotip karena intensitas dan kelimpahan antosianin pada jeruk merah berbeda-beda,” kata doktor Biologi Molekuler alumnus Università di Napoli Federico II, Italia, itu. Nun di Yogayakarta, Bonaventura Ardi Nugroho, pun kesengsem jeruk merah.
Ardi memperoleh tanaman kerabat jeruk keprok Citrus reticulata itu pada 2015 dari seorang kawan kolektor buah. “Saya ingin jeruk itu karena belum punya,” kata Ardi yang mengoleksi aneka buah di kebun seluas 4.500 m².
Prospek di Indonesia
Bagaimana prospek jeruk merah di Indonesia? Menurut Gregori Hambali jeruk merah tetap berpeluang untuk dikebunkan di Indonesia. Pemasok buah di Bandung, Jawa Barat, Agus Rona Riswanto, menuturkan dari segi penampilan jeruk itu menarik. Jika cita rasa jeruk itu disukai dan berkhasiat kesehatan, pasar jeruk darah menjanjikan.
Menurut pemasok buah di Jakarta, Tatang Halim, konsumen di Indonesia menyukai jeruk bercita rasa dominan manis dan sedikit masam. “Jeruk berwarna bagus belum tentu jaminan diminati konsumen,” kata pria yang kerap menjadi juri kontes buah nasional itu. Vendi mengatakan mesti ada edukasi kepada masyarakat untuk mengenalkan jeruk merah. Harap mafhum mayoritas masyarakat menganggap warna merah berarti jeruk memar.

Itu lazim terjadi pada ponkam dan baby pacitan yang jika memerah selanjutnya membusuk. Vendi yakin jeruk merah bisa mendapat tempat di pasar tanah air. Apalagi saat ini terdapat kelompok konsumen yang mencari buah berkualitas dan tidak mempermasalahkan harga. “Tinggal promosikan saja,” kata pria kelahiran Yogyakarta itu.
Dosen Agribisnis Universitas Padjadjaran, Dr. Iwan Setiawan, S.P., M.Si., mengatakan jeruk merah memiliki potensi pasar bagus karena berwarna unik. Ditambah lagi konsumen suka dengan hal baru. Apalagi jika jeruk baru itu dikaitkan dengan manfaat kesehatan. Faktanya jeruk merah memang bergizi tinggi dan berfaedah kesehatan. Jika memang jeruk darah tidak bisa berkelir merah, pilihan lain yang hampir serupa yaitu sweet orange.
Diameter buah sweet orange 10—12 cm, berkulit kuning hijau, dan berdaging buah agak merah. Rudy pernah memanen jeruk manis itu. “Buah mengandung banyak air dan bercita rasa manis segar,” kata ayah satu anak itu. Menurut Emi tanaman kerabat jeruk nipis Citrus aurantiifolia itu layak dikembangkan. Balitjestro juga memiliki sweet orange yang didapat pada 2012 dari seorang kolektor buah di Malang, Jawa Timur.
Sayangnya, pehobi harus bersabar jika berhasrat untuk menanam jeruk sweet orange maupun jeruk merah. Di pasaran domestik belum tersedia bibit kedua jeruk itu. Namun, beberapa nurseri di mancanegara seperti di Amerika Serikat melayani pembelian lewat daring.
Permintaan tinggi
Lokasi penanaman sweet orange terbaik di dataran tinggi berelevasi 800—90 meter di atas permukaan laut (m dpl) karena daging buah berkelir merah muda pekat. Sementara budidaya di dataran rendah menyebabkan warna daging buah jeruk merah muda pudar. Selain jeruk darah dan sweet orange, sebetulnya sudah banyak jeruk-jeruk introduksi di tanahair.

Iwan mengatakan sebaiknya periset menguji multilokasi jeruk introduksi untuk mengetahui karakternya. Nantinya akan terkuak jeruk introduksi mana yang cocok dikembangkan di Indonesia. “Terutama disesuaikan dengan lahan dan nilai ekonomi,” kata Iwan. Dekopon dan frimong adalah jeruk introduksi pilihan karena unik dan tergolong jeruk baru di Nusantara. Pekebun jeruk dekopon di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Ino Suwarno, mengebunkan 140 jeruk asal Jepang itu di lahan 3.300 m².
Ia memanen 8 ton dekopon pada Mei—September 2017. Menurut Ino kapasitas produksi itu belum memenuhi semua permintaan. Jeruk introduksi lain yang tinggi permintaan yaitu frimong. Pekebun frimong organik di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Andy Utama, mengatakan permintaan jeruk asal Autralia itu mencapai 1—1,2 ton per pekan. Padahal kapasitas produksi hanya 600 kilogram saban pekan.
Nun di Kota Batu, Jawa Timur, Oto Sugiharto mengembangkan jeruk introduksi lain yaitu commune. Panen terakhir pada Juli—Agustus 2017 ia hanya menuai 80 ton commune dari 3,500 tanaman. Padahal permintaan yang datang mencapai 200 ton. Menurut Oto permintaan melonjak karena regulasi pelarangan impor jeruk. “Dari segi warna jeruk saya oranye penuh sehingga layak sebagai subtitusi impor,” kata Oto. (Riefza Vebriansyah/Peliput: Bondan Setyawan dan Muhamad Fajar Ramadhan)