Riset ilmiah membuktikan pupia berfaedah menurunkan tekanan darah tinggi.

Jayanti, bukan nama sebenarnya, kerap sakit kepala berat dan pusing. Keadaan itu memaksa warga Bogor, Jawa Barat, itu menghentikan aktivitas rumah tangga seperti memasak dan mencuci. “Biasanya itu tanda tekanan darah saya tinggi,” kata perempuan berumur 50 tahun itu. Jayanti pernah memeriksakan gejala itu ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di dekat rumah.
Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah Jayanti tinggi. Sayang ia lupa angka persis tekanan darah saat itu. Menurut ahli penyakit dalam dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Rumahsakit Cipto Mangunkusumo, Prof Rully MA Roesli MD PhD FINASIM, hipertensi terjadi bila tekanan darah di atas 140/85 mmHg. Tekanan darah ideal berkisar 120/70 mmHg.
Tanaman baru
Menurut Rully MA Roesli setiap kenaikan tekanan darah 20 mmHg/10 mmHg meningkatkan risiko komplikasi serangan jantung dan stroke 2 kali lebih tinggi. Rully menuturkan pemicu terjadinya hipertensi beragam, antara lain kegemukan, kurang olahraga, stres, alkohol, dan garam dalam penganan. Konsumsi garam masyarakat Indonesia terbilang tinggi, yakni 15 gram per hari.
Padahal, konsumsi garam yang dianjurkan 6 gram atau 1 sendok teh per hari. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan 24,5% penduduk Indonesia di atas 10 tahun mengonsumsi satu kali atau lebih penganan asin saban hari. Data itu juga menyebutkan perempuan lebih banyak menderita hipertensi ketimbang pria. Menurut dokter ahli penyakit dalam dari Surakarta, Jawa Tengah, dr Nafi’uddin Mahfudz SpPD MKes, makanan yang mengandung lemak jenuh seperti jeroan pun memicu hipertensi.
Penganan mengandung lemak jenuh menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah dan menurunkan kelenturan dinding pembuluh darah sehingga terjadi hipertensi. “Jumlah kolesterol dalam darah sebaiknya tidak lebih dari 200 mg per 100 ml darah,” kata Nafi’uddin. Jika gejala hipertensi menyerang, Jayanti merebahkan diri di tempat tidur. Sebelum itu ia menenggak obat penurun hipertensi.

Sejatinya hipertensi bukan masalah kesehatan masa kini. Menurut peneliti hipertensi dari Unit Riset Hipertensi, Department of Veterans Affairs Medical Center, Washington, Amerika Serikat, Edward D Freis, masyarakat Tiongkok pada 2600 sebelum masehi (SM) mengidap hipertensi. Buktinya dalam buku pengobatan Tiongkok kuno, Yellow Emperor’s Classic of Internal Medicine, tercatat penjelasan terkait tekanan darah tinggi.
Bahkan dalam buku kesehatan kuno lainnya, Pulse Classic of Wang yang terbit pada 280 M, terangkum panduan prognosis hipertensi. Selain obat dari dokter, beberapa tanaman seperti bawang putih, seledri, dan temumangga berpotensi meredakan hipertensi. Kini hadir tanaman introduksi dari Thailand yang berkhasiat antihipertensi. Masyarakat Negeri Gajah Putih menyebut tanaman itu fak-khao.
Antihipertensi
Di tanah air buah bernama ilmiah Momordica cochinchinensis disebut pupia atau tepurang. Sosoknya seperti bola karet mainan anak-anak dengan duri kecil dan lunak di sekujur kulit buah. Ketika buah dibelah tampak selaput merah terang yang menutupi biji. Selaput biji itulah yang berpotensi sebagai penurun hipertensi sebagaimana hasil riset dari Gulladawan Jan-on dan Upa Kukongviriyapan serta rekan.

Para periset dari Fakultas Kedokteran, Khon Kaen University, Thailand, itu mengungkapkan pupia antihipertensi. Gulladawan dan rekan memanfaatkan pupia matang dari Distrik Ban Phai, Khon Kaen, Thailand. Mereka lalu memisahkan dan mengekstrak membran biji atau aril dengan pelarut etanol 95%. Peneliti menggunakan alat rotary vacuum evaporator untuk memisahkan pelarut dengan ekstrak aril atau selaput biji.
Ekstrak aril itulah yang digunakan untuk menguji khasiat antihipertensi pupia. Selanjutnya para ilmuwan itu menggunakan 24 tikus jantan dewasa berbobot 200—230 g sebagai hewan uji. Tikus itu terbagi ke dalam 4 kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor.

Kelompok I sebagai kontrol hanya diberi air deionisasi. Tikus kelompok II—IV mendapat asupan 50 mg L-nitro arginine methyl ester (L-NAME) per kg bobot tubuh setiap hari. L-NAME pemicu hipertensi. Peneliti hanya memberikan air deionisasi pada kelompok II. Sementara kelompok III dan IV masing-masing memperoleh 100 mg dan 500 mg ekstrak pupia per kg bobot setiap hari. Pemberian perlakuan itu selama 3 pekan.
Antioksidan
Periset mengukur tekanan darah hewan uji sebelum, selama, dan selesai penelitian. Hasil penelitian menunjukkan L-NAME meningkatkan produksi superoksida (O2-)—radikal bebas alami—pada kelompok II. Artinya tikus di kelompok II mengidap hipertensi dan mengalami stres oksidatif. Indikatornya peningkatan malondialdehyde (MDA) pada plasma, ginjal, dan jantung.
Antioksidan juga berkurang pada tikus terkena hipertensi. Buktinya glutathione (GSH) dan rasio GSH/glutathione disulfide (GSSG) berkurang dibanding normal. Anjloknya bioaktivitas antioksidan meningkatkan stres oksidatif. Dampaknya terjadi kerusakan oksidatif kardiovaskular yang berhubungan dengan hipertensi. Sementara status antioksidan kelompok III dan kelompok IV lebih tinggi daripada kelompok II.
Menurut Gulladawan berkurangnya stres oksidatif dan pulihnya status antioksidan berkaitan dengan menurunnya tekanan darah tinggi pada tikus hipertensi yang diberi ekstrak aril pupia. Tekanan darah sistolik kelompok III dan IV masing-masing 174, 3 mmHg dan 155,9 mmHg, sedangkan pada kelompok II 194, 4 mmHg. Sementara tekanan darah diastolik pada kelompok III dan IV masing-masing 119,6 mmHg dan 96 mmHg.
Tikus pada kelompok II bertekanan darah diastol 134,2 mmHg. Bagaimana duduk perkara ekstrak aril biji pupia menurunkan tekanan darah tinggi? Dalam Srinagarind Medical Journal, Gulladawan dan Upa serta rekan menduga kandungan antioksidan aril biji pupia mengurangi stres oksidatif dan dan mencegah hipertensi. Tingginya aktivitas antioksidan pada selaput biji pupia sejalan riset Miran Jang dan Gun Hee Kim dari Duksung Women’s University, Korea Selatan.
Dalam Journal of International Scientific Publications: Agriculture and Food peneliti menyatakan ekstrak biji pupia memiliki aktivitas antioksidan kuat karena mengandung likopen dan alfa tokoferol. Penelitian Richard A Beswick dan rekan dari Medical College of Georgia, Augusta University, Amerika Serikat, memperkuat riset Gulladawan. Richard dan tim menyimpulkan pemberian antioksidan menurunkan tekanan darah sistolik pada tikus terkena hipertensi. (Riefza Vebriansyah)