Derita bertahun-tahun akibat diabetes mellitus pun sirna setelah Sujarwoko rutin mengonsumsi jamur maitake.
Trubus — Kopral Kepala (TNI) Sujarwoko terbiasa melewatkan tidur malam. Maklum, anggota TNI Angkatan Darat sejak 1992 itu bertugas memberantas milisi pengacau keamanan yang merongrong kewibawaan negara. Setiap hari selama hampir setahun, ia hanya bisa terlelap sejenak di sela waktu jaga. “Tidur malam menjadi barang mahal,” kata tamtama Batalion Kavaleri itu. Untuk membantunya terjaga, Sujarwoko rutin mengonsumsi minuman energi.
Sepulang dari Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, pada 2005, Sujarwoko merasakan bobot tubuhnya anjlok. Semula ia bertubuh bugar dengan bobot 75 kg, tapi tiba-tiba anjlok hingga 63 kg. Ia kerap merasa lapar padahal belum genap 1 jam makan nasi. Anak ke-3 dari 5 bersaudara itu sering merasa haus sehingga kerap minum dan menjadi sering berkemih. Anehnya, pada malam hari ia terbangun 3—5 kali untuk berkemih.
Bobot anjlok
Dari sekian banyak gangguan kesehatan, yang paling mengganggu Sujarwoko adalah rasa lemas dan letih. Itulah sebabnya ia terpaksa sering istirahat sejenak saat beraktivitas. Melihat kondisi itu, atasannya menyarankan Sujarwoko memeriksakan diri ke rumah sakit. Dokter yang memeriksa mendiagnosis Sujarwoko mengidap diabetes dengan kadar gula darah sewaktu 348 mg/dl. Lazimnya angka itu di bawah 200 mg/dl.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit dr. Sardjito, Yogyakarta, Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, Sp.PD., diabetes mellitus akibat gangguan produksi insulin di pankreas. “Sel-sel pankreas yang memproduksi insulin rusak sehingga kinerjanya terganggu,” kata Nyoman. Hormon insulin mengendalikan kadar gula dalam darah dan mengubah gula menjadi energi. Gangguan insulin menyebabkan gula tidak dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga sel-sel tubuh kelaparan.
Sebagai kompensasi, cadangan lemak dipecah menjadi energi, menyebabkan bobot tubuh anjlok sebagaimana pengalaman Sujarwoko. Untuk meredam kenaikan kadar gula darah yang tak terkendali, dokter meresepkan 2 macam obat generik yang umum dikonsumsi pengidap diabetes mellitus. Setelah rutin mengonsumsi kedua jenis obat itu, rasa lapar Sujarwoko memang agak terkendali.
Namun, ia tetap haus, mudah letih, dan sering berkemih. “Saya susah tidur nyenyak karena dalam badan terasa panas. Tenggorokan juga sering sakit,” kata Sujarwoko. Menurut dr. Rony Wijaya di Meruya, Jakarta Barat, obat diabetes generik dapat menimbulkan efek samping asidosis laktat—penumpukan asam laktat—dalam darah. Akibatnya darah menjadi lebih asam dan menimbulkan gejala lemah, mudah lelah, nyeri otot, pusing, atau rasa mual.

Untuk mengantisipasi rasa lapar, pria kelahiran Surabaya 45 tahun lalu itu kerap mengantungi pisang rebus dalam saku seragam lapangannya ketika mengikuti apel pagi. Rekan-rekan dan atasannya maklum dan menoleransi kondisi itu. Ia lantas memperoleh jabatan Tamtama Bantuan Pemeliharaan Markas sehingga jarang turun dalam misi tempur. Sayang, kondisinya terus menurun sampai akhirnya pada 2013 ia diharuskan menjalani penyuntikan rutin insulin.
Maitake
Sujarwoko terpikir mencari kesembuhan alternatif. Pada 2015, istri Sujarwoko, Misti, menyarankan untuk mengonsumsi suplemen jamur maitake (Grifola frondosa) asal Jepang setiap malam menjelang tidur. Misti mendapatkan produk tersebut dari perusahaan di Meruya, Jakarta Barat yang secara eksklusif mengimpor, mengemas, dan mendistribusikan produk suplemen ekstrak jamur maitake itu.
Sebulan rutin mengonsumsi, Misti melihat kondisi sang suami banyak menunjukkan perbaikan. Sujarwoko bisa tidur nyenyak semalaman tanpa terbangun untuk berkemih. Selain itu ia mampu bekerja membereskan taman, mengecat gedung, atau memperbaiki pagar batalion. Ia mampu beraktivitas dari pagi sampai siang dan tanpa merasa lelah. Saking bugarnya, kadang ia baru berhenti selewat tengah hari karena merasa tanggung untuk berhenti. “Seperti orang normal yang tidak sakit gula saja,” tutur Sujarwoko. Bagi Misti, kondisi sang suami suatu keajaiban mengingat Sujarwoko bertahan dengan sakit gula hampir 10 tahun.

tubuh mendadak susut dengan cepat.
Maitake mengandung fraksi β-glucan yang terbukti dapat memperbaiki kerja insulin dan membantu menormalkan kadar gula darah. Penelitian lain menyebutkan bahwa Grifola frondosa (maitake) menurunkan tingkat kenaikan gula darah 2 jam post-prandial dan produksi interferon gamma oleh sel imun (sel T dan monosit) serta secara signifikan memperbaiki produksi TNF alfa sel makrofag. Mekanisme itu menyebabkan perbaikan kadar gula darah dan meningkatkan imunitas pada penderita diabetes.
Raja jamur
Selain itu, produksi insulin menjadi stabil sehingga tubuh tidak lagi kekurangan energi. Sampai sekarang Sujarwoko tetap rutin mengonsumsi maitake meskipun merasakan tubuhnya jauh lebih baik. Saat ini kadar gula darahnya stabil di kisaran 200 mg/dl. Masyarakat Jepang menjuluki maitake sebagai raja jamur (King of Mushroom) karena ukurannya yang besar. Menurut manajer pemasaran produsen maitake, PT Multicare Mitra Sejahtera, Gunawan, pada masa kerajaan, rakyat yang menemukan maitake di hutan membawa jamur itu ke istana untuk memperoleh perak murni sebanyak bobot maitake temuannya.
Itu sebabnya jamur itu juga dijuluki jamur menari karena orang yang menemukannya menari kegirangan lantaran bisa mendapat perak dari istana. Resep utama diabetesi—penderita diabetes—untuk memperbaiki kualitas hidup sejatinya adalah pengendalian pola makan, olahraga rutin, hindari stres dan istirahat yang cukup. (Argohartono Arie Raharjo)