Trubus.id— Semula beternak itik pedaging hanya sampingan bagi Rendi Gilang Gumilar, S.P. Namun seiring berjalannya waktu, beternak itik menjadi sumber penghasilan utama Rendi.
Peternak di Desa Bojong, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, itu tergiur pada usaha itu lantaran Rumah Potong Hewan (RPH) dan rumah makan di Bandung dan sekitarnya banyak meminta pasokan.
Lalu Rendi memutuskan fokus menekuni bisnis itik tersebut. Kini pria berumur 30 tahun itu rutin memanen 950 itik pedaging setiap pekan. Harga itik mencapai Rp52.000 per ekor (Februari 2023) sehingga omzet Rendi Rp49,4 juta per pekan.
Setelah panen, Rendi selalu memasukkan 1.000 day old duck (DOD) ke kandang. Tujuannya menggantikan itik yang baru saja dipanen. Siklus itu dipilih, agar panen bisa berkelanjutan. Penjualan itik per pekan itu setelah pemeliharaan 40 hari. Saat itu bobot itik 2,2 kg.
Bandingkan dengan itik lain hanya berbobot 1,5 kg saat berumur 45—60 hari. Jadi, durasi budidaya itik ala Rendi lebih cepat dan bobot itik lebih berat. Rendi memelihara itik hibrida persilangan peking dan itik lokal.
Semula ia beternak 100—200 itik lokal asal Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, per pekan pada 2019. Omzet saat itu Rp9 juta per bulan. Namun, ia kesulitan memperoleh pasokan DOD lokal.
Pada 2020 ia pun beternak itik hibrida karena pertumbuhan cepat. Selain pakan pabrikan, ia meracik pakan berbentuk pelet untuk fase pertumbuhan dan menjelang panen. Pakan itu terdiri atas campuran roti afkir, tepung ikan, dan polar. Saban bulan kapasitas produksi pakan 15—18 kuintal.
“Menggunakan pakan pabrik biaya lebih tinggi daripada pakan racikan mandiri. Sementara biaya pakan dalam budidaya itik mencapai 70%,” kata Sarjana Pertanian alumnus Universitas Padjadjaran, itu.
Menurut Rendi biaya 1 kg pakan hanya mengeluarkan Rp6.100. Bandingkan dengan pakan pabrikan berharga Rp7.800 per kg. Dalam sebulan setidaknya Rendi menghemat Rp3,06 juta untuk biaya pakan. Pemberian pakan 2 kali sehari.
“Harus selalu tersedia atau adlibitum termasuk pemberian minum,” tutur Rendi.
Kebutuhan protein dalam pakan fase pertumbuhan sekitar 22% dan siap panen 17—18%. Menurut Rendi rasio konversi pakan (Feed Conversion Ratio, FCR) 1,9—2,25. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging membutuhkan pakan 1,9—2,25 kg. Adapun nilai tingkat kelangsungan hidup itik milik Rendi 3—5%.