Mengaktifkan pompa penyiraman kebun lengkeng dari mana saja.
Trubus — Hari sudah gelap ketika mobil yang Isto Suwarno kendarai meninggalkan Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Ia baru saja menghadiri acara keluarga besar dan bersiap kembali ke kediamannya di Sleman, Yogyakarta. Sebelum beranjak, Isto membuka ponsel pintarnya lalu membuka salah satu aplikasi. Menekan dan memeriksa beberapa pilihan, ponsel ia simpan kembali lalu melajukan mobil menembus malam.
Selang 3 hari, ia memeriksa kebun miliknya seluas 1.500 m² berisi 30 pohon lengkeng kateki—Isto menyebutnya itoh super—di Prambanan, Klaten. Meski 4 hari tidak ia sambangi, tidak satu pun bunga maupun buah rontok. Tajuk pun hijau segar meski pada Agustus kemarau mencapai puncak. Ayah 3 anak itu mempercayakan penyiraman kepada peranti. Peranti itulah yang mengaktifkan pompa penyiram ketika Isto beramah-tamah dengan kerabat dan famili.
Dari Hongkong
Isto memeriksa kinerja peranti itu melalui ponsel pintar pada malam sebelumnya. Melalui layar ponsel, pembibit lengkeng sejak 2005 itu memastikan bahwa peranti di kebun berfungsi dengan baik. Peranti itu memungkinkan Isto mengaktifkan pompa penyiram kapan pun mau, di mana pun ia berada. Ponsel terhubung ke peranti di kebun melalui sambungan 3G. Peranti itu mengaktifkan pompa setelah Isto memberikan perintah.
Isto baru menggunakan peranti buatan Hongkong itu sekitar 1,5 tahun. Idenya muncul dari putra kedua Isto, Faizal Wahyu Pranata. Sempat bergabung dengan salah satu stasiun televisi di ibu kota, Faizal yang jenuh dengan gerlap metropolitan memilih pulang ke Klaten untuk menekuni bisnis pembibitan tanaman mengikuti jejak Isto. Beberapa bulan membiasakan diri dengan rutinitas kebun, Faizal tergelitik menerapkan otomasi penyiraman. Ia pernah melihat sistem iitu bersama sang ayah ketika berkunjung ke Thailand.
Faizal lantas mencari rekan yang kompeten untuk mewujudkan gagasan itu. Seorang rekan yang berkuliah di teknik elektronika salah satu kampus di Yogyakarta bisa membuat otomasi jarak jauh untuk lampu. Sistem hasil rekaan sang rekan bisa digunakan di kebun lengkeng. Meski demikian, Faizal kurang puas. “Perintahnya menggunakan pesan pendek (SMS, red) yang kadang pengirimannya tertunda,” ungkap anak kedua dari 3 bersaudara itu.
Kelemahan lain, perintah berbasis SMS tidak memberikan umpan balik sehingga Faizal tidak bisa memantau keberhasilannya. Suatu saat, ketika berselancar di situs belanja mancanegara di dunia maya, ia menemukan peranti yang ia inginkan. Alumnus Jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia itu langsung membeli dari salah satu gerai dunia maya asal Hongkong. Begitu tiba, ia tidak langsung bisa mengaplikasikan di kebun lantaran buku panduan maupun aplikasinya berbahasa Kanton.
Faizal berselancar berhari-hari di berbagai forum dunia maya. Perlu hampir 3 minggu sampai akhirnya ia memahami cara menggunakan aplikasi pengendali yang bisa dipasang di ponsel pintar berbasis Android maupun iOS itu. Setelah paham, “Proses penyambungan ponsel dan pengendali pompa tidak sampai 1 jam,” ungkap lelaki berusia 31 tahun itu. Peranti itu sekadar menghidup-matikan pompa air sehingga pipa dan nozel penyiram mesti terpasang sebelumnya.
Minimal 3G
Peranti pengendali penyiraman itu hanya terdiri dari 2 perangkat, yaitu modem dan relai. Prinsipnya, pemilik melalui aplikasi di ponselnya pemilik memberikan perintah ke kebun melalui modem. “Modem meneruskan perintah ke relai yang lantas menghidupkan atau mematikan pompa penyiram,” kata Faizal. Saat ini peranti itu baru bisa digunakan menyalakan pompa. Ia belum menemukan cara menerapkannya di instalasi penyiram yang menggunakan toren penampung air.
Selain menghidup-matikan secara langsung, pemilik juga bisa memprogram aplikasi untuk memberikan perintah secara otomatis. Pemilik tinggal mengatur waktu dan durasi penyiraman di aplikasi, ketika tiba waktu yang ditentukan alat aktif tanpa perlu kendali langsung dari pemilik. Menurut Faizal peranti itu cukup andal. Selama 1,5 tahun penggunaan ia tidak menemui kendala. “Awet asal terlindung dari air hujan maupun terpaan matahari langsung,” katanya.
Berdasarkan penelusuran Faizal, setahun terakhir banyak produsen menawarkan alat sejenis. Penerapannya pun lebih mudah karena panduan dan aplikasinya menggunakan bahasa Inggris. Semua kebun yang tersedia aliran listrik dan terjangkau sinyal internet, minimal 3G, bisa menggunakan peranti serupa. Biayanya pun lebih terjangkau. Syaratnya, jaringan pipa dan nozel sudah tersedia. (Argohartono Arie Raharjo)