Racikan herba menstabilkan kadar gula darah.
Trubus — Sudah lama Heribertus Sunaryo masygul karena sebagai keturunan pengidap diabetes melitus.Potensi serangan lanjutan berupa stroke pun meningkat. Pada Maret 2016, seperti pencuri yang diam-diam menyelinap, tiba-tiba saja strok menyerang pria kelahiran 17 Juli 1949 itu. Tubuh bagian kiri Sunaryo terasa kebas dan sulit untuk digerakkan. Ia harus menyeret kaki kirinya untuk berjalan.
Beruntung, Amita Prabandani—menantu Sunaryo—membawa pria yang kini berusia 70 tahun itu ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama. Obat-obat yang diresepkan dokter pun bertambah. Amita khawatir obat-obat itu malah memberikan efek samping bagi ayah mertuanya. Itulah sebabnya, ia berusaha mencari alternatif berupa ramuan tanaman obat untuk mengatasi gangguan kesehatan itu.
Kapsul ramuan
Amita membawa mertunya ke klinik Hortus Medicus di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dokter di klinik Hortus Medicus, dr. Danang Ardiyanto, menyebutkan, diabetes merupakan kondisi kadar glukosa darah meningkat melampaui batas normal, yakni 140 mg/dl—2 jam setelah makan.
Hal itu lantaran terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat kekurangan insulin. Hormon alami yang diproduksi oleh pankreas itu bertugas mengubah asupan glukosa yang masuk ke dalam tubuh ketika makan atau minum menjadi energi.Klinik Hortus Medicus menyediakan ramuan herba untuk berbagai penyakit. Salah satunya jamu diabetes. Jamu penurun gula darah itu terdiri dari gabungan beberapa herba.
Danang memanfaatakan antara lain sambiloto Andrographis paniculata, brotowali Tinospora crispa, dan daun salam Syzygium polyanthum membentuk kombinasi yang sinergis. Agar praktis, dokter alumnus Universitas Gadjah Mada itu mengolah herba dalam bentuk kapsul. Beragam ekstrak tanaman obat itu bercampur mejadi satu di dalam kapsul. Sunaryo mengonsumsi kapsul itu dua kali sehari sebelum makan sejak 2016.
Ramuan itu terbukti mujarab. Gula darah Sunaryo selama dua tahun terakhir selalu di bawah 200 mg/dl. Padahal, sebelum mengonsumsi ramuan herba kadar glukosa darah melejit hingga 400 mg/dl. Tekanan darah ayah dari empat orang anak itu juga stabil di tingkat normal, 120/80 mmHg. Kini meski stabil, Sunaryo tetap mengonsumsi ramuan tanaman obat untuk menjaga kesehatan.
Bagaimana duduk perkara sambiloto mengontrol gula darah? Senyawa pahit andrographolid dalam sambiloto dan ekstrak etanol daun salam berperan penting dalam menurunkan glukosa darah. Kunyit Curcuma longa mengandung senyawa kurkumin dan minyak esensial lain seperti sinamil tiglat, eukalipton, metilol pinen, dan bicylosebagai pereda nyeri. Meniran Phyllanthus niruri juga ikut andil dalam memodulasi sistem kekebalan tubuh.
Gaya hidup sehat
Herbalis asal Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Valentina Indrajati pun kerap meresepkan ke-6 herba itu untuk penderita diabetes. Namun, “Dosisnya berbeda untuk setiap diabetesi (penderita diabetes, red). Saya menyarankan untuk konsumsi 15 gram jahe, 15 gram sambiloto, 5 gram daun salam, dan 10 gram meniran,” kata Valentina yang kerap menjadi guru meditasi di mancanegara.
Herbalis berusia 54 tahun itu menyarankan diabetesi rutin berolah raga pagi dan mengurangi konsumsi karbohidrat. Buah bergetah dan musiman juga baiknya dihindari para penderita hiperglikemia. Menurut Valentina buah-buah itu tergolong buah dengan indeks glikemik tinggi yang dapat memicu kadar gula darah makin meningkat.
Nyatanya cukup mudah untuk mengantisipasi tubuh agar tidak terserang diabetes. Menjaga porsi makanan dan gizi seimbang adalah hal yang utama. Menjaga tubuh agar tetap bugar dengan olahraga dan istirahat yang cukup dapat menjadi langkah awal untuk membentengi diri dari penyakit yang dijuluki sulit untuk menyembuhkannya itu. (Hanna Tri Puspa Borneo Hutagaol)