Trubus.id — Muhamad Ridwan, petani muda asal Kabupaten Garut, sukses kantongi omzet ratusan juta dari mengebunkan cabai. Setidaknya, dari hasil panen per hektare, Ridwan mampu meraup untung Rp300 juta.
Petani muda itu menanam beragam cabai, seperti rawit, cabai merah besar, cabai hijau besar, dan cabai keriting. Ridwan bukan sekadar berkebun cabai. Alumnus SMA Negeri 16 Garut itu juga membentuk kemitraan tani Eptilu—dalam logat Sunda, “ep” berarti bunyi huruf “f”, dan “tilu” berarti tiga. Eptilu singkatan dari Fresh From Farm.
Kini setelah tiga tahun berdiri, anggota Eptilu ada 70 petani dengan rata-rata usia 25–30 tahun. Kepemilikan lahan mereka 0,5–1 hektare. Ridwan menyokong kebutuhan bibit, pupuk, pestisida, dan pemasaran.
Eptilu menerapkan sistem closed loop—pihak terkait seperti produsen benih, pupuk, dan insektisida langsung mendampingi petani. Berkat kemitraan, para petani mudah memasarkan cabai.
Ridwan menampung semua produksi mereka yang bergantian memasok 1 ton per pekan. Selain itu, pemuda 26 tahun itu sejak 2021 juga berinovasi mengolah cabai sebagai penyelamat ketika harga terjun.
Ia memproduksi bubuk cabai, minyak cabai, dan saus. Produksi saat ini sesuai pesanan. Menurut Ridwan, konsumen paling meminati bubuk cabai. Permintaan 500 botol masing-masing bervolume 45 gram per bulan. Harga Rp20.000–Rp25.000 per botol. Pada Desember 2021 ia mengirim 200 botol sampel bubuk cabai ke Korea.
Inovasi itu sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Ridwan mempekerjakan 5 orang untuk mengolah cabai. Menurut Ridwan, prospek cabai masih sangat cerah.
Sumber pendapatan lain Ridwan berasal dari penjualan bibit. Sejak 2022 Ridwan menjual bibit cabai ke berbagai daerah seperti Kabupaten Bandung dan daerah penyangga Jakarta (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi).