Trubus.id — Banyak cara untuk meningkatkan produksi cabai. Salah satunya dengan pemakaian mulsa saat budidaya. Itu seperti yang dilakukan oleh Budi Nurkhoiri, petani cabai di Dusun Kopen, Desa Kradenan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Budi menggunakan mulsa untuk meningkatkan produksi cabai. Terbukti, hasil panen bisa meningkat minimal 50 persen. Ia menanam cabai di lahan 1 hektare berpopulasi 20.000 tanaman.
“Jika tidak pakai mulsa, potensi panen paling banter hanya 0,2 kg per tanaman,” katanya.
Sementara itu, hasil panen setelah menggunakan mulsa potensinya bisa 1 kg per tanaman. Artinya, potensi menggunakan mulsa bisa panen hingga 20 ton per hektare. Menurut Budi, penanaman cabai skala luas target minimal panen 0,8 kg per tanaman, jika panen 1 kg bagus sekali.
Budi menyebut kebutuhan mulsa di lahan 1 hektare mencapai 125–150 kg. Namun, tebal dan tipis mulsa amat berpengaruh terhadap bobot. Jika harga mulsa Rp50.000 per kg, biaya investasi untuk mulsa Rp6.250.000– Rp7.500.000 per hektare. Investasi itu terbilang ekonomis karena lazimnya mulsa bisa digunakan minimal untuk 2 musim atau 2 kali periode tanam.
Sama halnya dengan yang dirasakan oleh Sariyono, petani di Desa Tlogorejo, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang mengalami peningkatan produksi setelah menerapkan mulsa.
Sebelum menggunakan mulsa, hasil panen cabai di kebunnya paling banter hanya 0,5 kg per tanaman. Setelah menggunakan mulsa, hasil panen meningkat hingga 1 kg per tanaman.
Sariyono mengatakan, menggunakan mulsa juga membuat tanaman lebih genjah. Sebelum menggunakan mulsa, cabai di kebunnya magori atau panen perdana pada 55–60 hari setelah tanam. Setelah menggunakan mulsa panen perdana pada 40 hari setelah tanam.
Peningkatan produksi karena mulsa sesuai dengan penelitian Ahmad Suriadi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Penggunaan mulsa signifikan meningkatkan produktivitas cabai dibanding tanpa mulsa.
Hasil penelitian Ahmad menunjukkan, hasil panen cabai menggunakan mulsa hitam perak dan jerami masing-masing mencapai 12,3 ton per hektare dan 11,9 ton per hektare. Hasil panen itu lebih tinggi dibanding perlakuan tanpa mulsa yang hanya 9,1–9,7 ton per hektare.
Adanya mulsa menjadikan kelembapan tanah terjaga selama pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang cukup lembap akan memperlancar penyerapan hara dari pupuk dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga efisiensi pemupukan menjadi lebih tinggi.
Perlakuan tanpa mulsa menyebabkan penguapan lebih tinggi sehingga kelembapan tanah berkurang. Kondisi itu menyebabkan pertumbuhan dan hasil panen menjadi kurang optimal.