Volume ekspor sarang walet pada 2018 bakal melonjak hingga 100 ton. Organisasi baru untuk memajukan perdagangan walet Indonesia.
Isu nitrit pada 2010 menyebabkan perdagangan walet dunia termasuk Indonesia anjlok. Harga jualnya pun berada di titik sangat rendah. Saat itu beberapa negara tujuan eskpor sangat berhati-hati dan sedikit yang menerima produk sarang walet asal Indonesia.Ekspor langsung ke Tiongkok mensyaratkan kandungan nitrit tidak melebihi 30 part per million (ppm).
Pasar Tiongkok ibarat lokomotif ekspor. Pengiriman sarang walet ke Vietnam, Hongkong, dan Singapura hanyalah gerbong yang ditarik lokomotif. Melalui proses sekitar 5 tahun, pada Januari 2015, Tiongkok baru membuka ekspor langsung pasokan sarang walet tanah air. Itulah ekspor perdana sarang walet ke Negeri Tirai Bambu setelah adanya pelarangan perdagangan pada 2010 (baca: Pintu Ekspor Terbuka Lagi, Trubus Maret 2015 halaman 84—85)).
Organisasi baru
Sejak saat itu perdagangan sarang walet antara kedua negara cenderung meningkat. Pada 2015 Indonesia mengekspor sarang walet 14,27 ton. Volume ekspor berikutnya terus menanjak, 22,53 ton pada 2016 dan 52,23 ton (2017) karena makin banyak eksportir. Semula pada 2015 cuma terdapat 6 eksportir, pada 2017 mencapai 8 eksportir. “Prediksi saya volume ekspor pada 2018 kembali meningkat, mencapai 100 ton,” kata Dr. Boedi Mranata.
Peran organisasi yang berisi pengusaha sarang walet vital demi membaiknya perniagaan sarang walet Nusantara. Para pengusaha itu bersama pemerintah melobi pihak terkait di Tiongkok untuk membuka kembali keran impor sarang walet ke negeri berpopulasi lebih dari 1 miliar itu. Perkumpulan juga bertugas mengurusi hubungan antara pemerintah dan negera tujuan ekspor agar perdagangan sarang walet selalu lancar sehingga diharapkan terjadi peningkatan devisa negara dari sektor perniagaan sarang walet.
Sebelumnya para pebisnis sarang walet Indonesia bergabung dalam organisasi bernama Asosiasi Perkumpulan Pengusaha Sarang Walet Indonesia (APPSWI). APPSWI berencana menghelat musyawarah nasional di Bali pada Januari 2018. Sayangnya acara itu batal karena ada oknum anggota APPSWI yang menyalahgunakan anggaran. Kejadian itu mengecewakan semua pelaku bisnis walet Indonesia terutama Dr. Boedi Mranata, Loesianto Handoko, Anton Siswanto, Soeharsa, Hendro Martono, Johanes Siegfried, dan Ir. Hendrik Mulyadi.
Oleh karena itu, para tokoh itu sepakat menyumbangkan uang untuk menggantikan dana yang hilang. Mereka juga mendirikan asosiasi baru bernama Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI) atau Indonesian Bird’s Nest Association (IBNA). Tujuan dibentuknya organisasi anyar itu agar perdagangan sarang walet di tanah air tetap lancar. Hampir semua anggota PPSBI adalah mantan anggota APPSWI.
Sebetulnya anggota PPSBI mewakili 90% perusahaan sarang walet di Indonesia, termasuk 7 dari 8 eksportir terdaftar yang bisa mengirim sarang walet ke Tiongkok. Musyawarah nasional perdana PPSBI berlangsung pada 2 Maret 2018. Sebanyak 200 perwakilan perusahaan sarang walet terdiri atas eksportir, pengolah, peternak, dan pedagang menghadiri acara yang berlangsung di Jakarta itu.
Meningkat
Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian, Banun Harpini, membuka kegiatan itu. Peserta musyawarah memilih Dr. Boedi Mranata sebagai Ketua Umum PPSBI periode 2018—2023 secara aklamasi. Misi PPSBI antara lain mengupayakan perdagangan sarang walet lebih dinamis dan efektif, meningkatkan kerja sama dengan pemerintah Indonesia, menjalin hubungan baik dengan asosiasi perdagangan dan institusi di mancanegara, serta meningkatkan kualitas dan keamanan pangan produk sarang walet.
Misi lainnya yaitu mengedepankan etika usaha anggota asosiasi serta memberikan informasi produk sarang walet dan faedahnya untuk konsumen. Kini olahan sarang walet juga bervariasi seperti makanan siap saji, kue, minuman, makanan bayi, dan kosmetik. PPSBI juga berkomitmen meningkatkan jumlah ekspor langsung sarang walet ke Tiongkok menjadi 100 ton pada 2018. Pada 2017 Indonesia mengekspor 1.053 ton sarang walet ke mancanegara.
Hanya 52,23 ton yang berhasil masuk langsung ke negeri asal aktor kenamaan Donnie Yen itu. Artinya penjualan langsung sarang walet ke negeri beribukota Beijing itu hanya sekitar 5% dari total ekspor. Target 100 ton pada 2018 berpeluang besar tercapai lantaran terdapat 10 eksportir yang mendapatkan izin ekspor dari Badan Akreditasi Tiongkok atau Certification and Accreditation Administrationj of The Peoples Republic of China (CNCA). (Muhamad Fajar Ramadhan)