Wakil Bupati Lebak, Provinsi Banten, beternak kambing perah etawa. Satwa ruminansia itu menjadi sumber pendapatannya.
Trubus — Meski menjadi wakil bupati Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Ade Sumardi tidak canggung beternak kambing. Setidaknya Ade 3 kali sepekan menyambangi kandang kambingnya di Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, Banten. “Bahkan setelah pulang dari Kantor Bupati Lebak pun saya ke tempat itu hingga malam,” kata Ade yang menjabat wakil bupati Lebak 2 periode pada 2013—2018 dan 2018—2023.
Lokasi kandang kambing itu berjarak 30 kilometer dari Kantor Bupati Lebak. Di atas lahan 0,5 hektare ia beternak kambing perah berjenis etawa. Ayah 3 anak itu memelihara sekitar 49 ekor kambing dewasa terdiri atas 40 betina dan 9 jantan. Ia memanen 15—20 liter susu setiap hari. Pemerahan 2 kali setiap hari pada pukul 07.00 dan 17.00. Semua produksi itu terserap pasar.
Keuntungan besar
Ketika memerah susu, Ade menggunakan botol plastik bersih bervolume 600 ml sebagai wadah. Lazimnya peternak lain menggunakan wadah terbuka seperti ember atau baskom. Ade menuturkan, “Dengan botol susu langsung masuk wadah itu tanpa terkena udara luar. Dengan wadah terbuka susu berpotensi terkena bakteri merugikan di udara sehingga susu rentan rusak.”
Setelah itu pekerja membawa semua botol berisi susu segar ke tempat pengolahan di salah satu ruangan berukuran 4 m x 3 m dalam rumah Ade. Kemudian pekerja memanaskan susu hingga suhu 70°C. Mereka menyaring susu, mengemas dalam botol bervolume 200 ml, dan menyimpan dalam lemari pendingin (freezer). Artinya Ade menghasilkan minimal 75—100 botol dari 15—20 liter susu sehari.
Harga satu botol susu etawa Rp9.000 per botol. Setelah dikurangi ongkos produksi sekitar Rp5.000 per botol, maka ia mengantongi untung minimal Rp300.000 per hari atau Rp9 juta per bulan. “Itu baru uang dari penjualan susu. Belum kesehatan yang didapat karena memimum susu etawa, membantu orang menjadi sehat, dan membuat orang bersedekah,” kata pria berumur 46 tahun itu. Total jenderal rekening Ade bertambah lebih Rp10 juta dari penjualan susu, 10 anak etawa setiap bulan, dan etawa berkualitas kontes per 2—3 bulan.
Semula produksi susu hanya untuk konsumsi pribadi. Lama-kelamaan produksi susu makin banyak lantaran populasi satwa kerabat rusa itu bertambah. Pada awalnya Ade pernah membagikan gratis susu etawa ke kerabat dan tetangga. Namun, pada 2016 susu terlampau banyak sehingga ia menjual susu kambing bertubuh besar itu. Bukan urusan gampang memasarkan susu etawa saat itu.
Alasannya masyarakat belum mengetahui susu etawa dan khasiatnya. Lambat laun khasiat susu etawa pun tersebar dan banyak orang mulai mencarinya. Ia menjelaskan khasiat susu kambing kepada masyarakat sehingga mereka terdorong untuk mengonsumsinya. Ade memberikan pakan berupa campuran hijauan, ampas tahu, dan konsentrat. Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari. Pemberian hijauan tidak terbatas hingga kambing berhenti makan karena kenyang.
Ade meramu pakan sendiri. Menurut Ade biaya pakan per ekor mencapai Rp120.000 per bulan. Meski kemarau Ade tidak kesulitan memperoleh pakan. Kini ada 4 pekerja yang membantu mengelola peternakan kambing etawa. Meski demikian, bukan berarti Ade setop berkiprah di kandang. Ia tetap beraktivitas di kandang seperti memeriksa kesehatan, memandikan, memotong kuku, memberikan susu, dan membantu kambing melahirkan.
Sakit pascaoperasi
Ade mengetahui betul kambing yang akan melahirkan beberapa jam kemudian setelah keluarnya cairan dari kemaluan. Kali terakhir Ade membantu kambing beranak pada September 2018. Menurut Ade kambing hasil perkawinan etawa dari India dan kacang asli Indonesia itu memerlukan bantuan ketika dilahirkan. Etawa berbeda dengan anak kambing kacang yang bisa berlari setelah dilahirkan.
Anak etawa hanya tergeletak karena berkaki panjang setelah dilahirkan. Di saat itulah Ade memberikan susu kepada anak etawa itu. Bisa dibilang selain piawai mengurus pemerintahan, Ade pun terampil beternak kambing bertelinga panjang menggantung itu. Padahal, Ade tidak sengaja memelihara kambing bermuka cembung itu. Pada 2012 kondisi kesehatan Ade anjlok pascaoperasi pengangkatan kantong empedu.
Dokter yang merawat menyarankan Ade mengonsumsi susu kambing, bukan susu sapi. Saat itu Ade tidak mengetahui ada kambing yang memproduksi banyak susu. Musababnya ia hanya mengenal kambing kacang yang berpostur kecil. Demi meraih kesembuhan Ade pun mencari susu etawa hingga ke Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kebetulan saat itu tidak ada penjual susu satwa anggota famili Bovidae itu di Lebak.
Ia terasa mual saat kali pertama mengonsumsi susu etawa. Meski begitu, “Saya tetap mengonsumsi susu etawa agar sembuh,” kata suami Ani Sumardi itu. Sepekan berselang ia merasa lebih baik. Saat itu ia bisa mengonsumsi makanan bersantan lagi. Sebelumnya Ade hanya menyantap makanan yang dikukus. Pelan tapi pasti kesehatan Ade kembali pulih. Sejak awal 2015 itulah hingga sekarang Ade rutin mengonsumsi susu etawa.
Ketiadaan penjual susu etawa di Lebak membuat Ade bolak-balik ke Kabupaten Bogor setiap pekan selama 2 bulan. Perjalanan itu tentu saja melelahkan karena ia mesti menempuh jarak lebih dari 200 kilometer pulang pergi. Setelah itu Ade pun berhasrat memelihara satwa kerabat bison itu di dekat rumahnya di Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Dengan begitu ia dapat mengonsumsi susu tanpa harus pergi jauh. Kambing kacang yang ia pelihara sejak 2013 pun dijual dan 3 etawa menghuni kandang itu.
Ade menyadari betul agar dapat mendapatkan susu berkualitas ia mesti merawat etawa dengan baik. Saat itu ia belum memiliki pengetahuan membudidayakan hewan herbivora itu. Oleh karena itulah setiap pekan ia mendatangi peternak di berbagai daerah seperti Bandung dan Sumedang, keduanya di Jawa Barat. Ia melakoni aktivitas itu selama lebih dari setahun demi menimba ilmu beternak satwa kerabat kerbau itu. “Saya masih awam tentang etawa. Jadi harus bertanya ke praktisi. Tidak terhitung peternak yang saya kunjungi,” kata Ade.
Pada awal memelihara etawa, ia memberikan pakan berupa ampas dan air kurma. Ia mendapatkan kedua bahan itu dari pabrik pengolahan minuman sari kurma di Bogor. Menurut alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Nusantara, Bandung, Jawa Barat, itu susu etawa menjadi lebih manis dan enak ketika diberi pakan ampas dan air kurma. Kini ia tidak lagi menggunakan kedua bahan itu karena biaya produksi terlalu tinggi. Harap mafhum sejak 2016 Ade menjual susu etawa miliknya.
Kesuksesan Ade beternak etawa tidak semudah membalik telapak tangan. Ia rela berkorban waktu, tenaga, dan uang untuk berkunjung ke peternak-peternak demi mendapatkan ilmu beternak satwa kerabat antelop itu. Belasan kambing milik Ade juga pernah mati lantaran meminum air tempe atas saran seorang peternak. “Memelihara kambing itu harus didasari hobi agar langgeng,” kata pemilik peternakan Lebak Etawa Farm Indonesia (LEFI) itu. Ade mampu mengatasi semua aral sehingga kini ia menikmati gurihnya laba beternak etawa.
Pencetus Kelompok
Wakil Bupati Lebak, H Ade Sumardi, S.E tidak mau sendirian menikmati laba beternak etawa. Pintu peternakan milik Ade di Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, Banten, terbuka lebar bagi siapa pun yang ingin belajar budidaya kambing. Ade berharap etawa dapat menyejahterakan peternak karena peluang bisnis susu dan daging etawa serta kambing kualitas kontes cukup tinggi. Buktinya peternakan etawa milik Ade, Lebak Etawa Farm Indonesia (LEFI) kewalahan memenuhi permintaan susu.
Saat ini LEFI memproduksi 75—100 botol susu etawa segar dari 15—20 liter susu saban hari. “Jika kambing kami menghasilkan 100 liter susu setiap hari pun pasti laku,” kata pria kelahiran Lebak itu. Ada permintaan 4.000 botol sebulan dari sebuah pabrik yang belum terpenuhi. Oleh karena itu Ade mengajak peternak lain sebagai plasma. Syaratnya peternak itu mesti mematuhi standar operasional prosedur (SOP) LEFI. Setelah kambing berproduksi, Ade membeli susu dari peternak binaan itu.
Target peternak binaan sebanyak-banyaknya. Minimal 1 peternak setiap kecamatan. Dengan begitu tidak ada lagi istilah beternak itu kucel dan tidak menguntungkan. Oleh sebab itulah pada Agustus 2018 Ade mengumpulkan lebih dari 500 peternak Lebak. Tujuannya memotivasi dan menumbuhkan kepercayaan diri peternak. Dari ajang itu terbentuklah komunitas bernama Saduluran Peternak Lebak (SPL). Para peternak mendaulat Ade sebagai pelindung sekaligus penasihat. (Riefza Vebriansyah)