Friday, September 22, 2023

Yang Ditunggu: Adenium Kuning

Rekomendasi
- Advertisement -

Ihwal mawar gurun berbunga kuning, sudah lama santer terdengar di tanahair. Setahun lalu, Handhi menunjukkan foto adenium berbunga kuning kepada Rosy Nur Apriyanti, wartawan Trubus. Namun, warna kuning tidak solid: separuh petal kuning, separuh lagi masih putih. ‘Dapatnya tidak sengaja. Semula saya beli karena daunnya variegata,’ kata pemilik nurseri Rumah Pohon di Tangerang itu. Corak serupa Evy Syariefa lihat di Thailand. Nurseri Godong Ijo di Sawangan, Depok, sejak 2004 mengumpulkan 10 jenis berbunga kuning. Setelah diamati, koleksi-koleksi awal kuningnya hanya separuh petal seperti milik Handhi dan nurseri di Thailand. Yang didapat berikut, warna kuning cuma di corong lalu melebar ke petal. Yang lain putih gurat hijau muda yang lama-lama memudar menjadi kuning.

Si kuning milik Lin berwarna solid. Warna kuning membalut seluruh petal hingga ke dalam corong dan bagian belakang bunga. Warna itu terlihat sejak bunga masih kuncup. Warna kuning optimal ketika bunga mekar dua hari, seperti daging durian monthong yang matang sempurna.

Genetis

Para pemain adenium yang Trubus hubungi yakin, kehadiran bunga kuning bakal mendorong bisnis mawar gurun kian laju. ‘Warna kuning, warna fantastis. Kalau benar ada bisa mengalahkan pamor bunga yang lain,’ tutur Aris Budiman, pemilik nurseri Watu Putih, di Yogyakarta. Musababnya, secara alami tak ada shabi star berwarna seperti itu. ‘Warna kuning sulit didapat karena secara genetis tidak ada warna kuning di adenium,’ kata Fransiskus Kusdianto Wiratmahusada, pemain tanaman hias kawakan di Semarang. Kalaupun ada, warnanya tak akan sekuning mentega. Bila ada yang benar-benar solid, itu yang paling dicari-cari para hobiis.

Pantas Abeng, penggemar di Tangerang, rela mengantre selama 3 bulan untuk mendapatkan entres si kuning. Untuk itu, ia mesti merogoh kocek ratusan ribu rupiah. Maklum hingga kini tercatat baru 5 orang yang punya si kuning. Nurseri Godong Ijo mendapatkan 5 pot asal sambungan dari Taiwan setengah tahun silam.

Pada waktu yang hampir bersamaan Tangg Hom Liu di Tangerang juga mendapatkan sepot dari Pulau Formosa. Batang bawah berdiameter 10 cm dengan 5 cabang disambung dengan si kuning. Masih di Tangerang, ada Ricky Mandagi yang baru 2 bulan silam mendatangkan 5 pot. Jumlah yang sama didapatkan nurseri Dewi Tara di Jakarta Barat. Di Lumajang, Jawa Timur, seorang kolektor mendapatkan sejak akhir tahun silam. Si kuning ditunjukkan pada kalangan terbatas di arena kontes adenium di Surabaya pada November 2006.

Silangan?

Asal-muasal munculnya warna kuning masih kontroversi. Dari sosok fisik, Ir Slamet Budiarto dari nurseri Godong Ijo mengatakan, si kuning punya darah the peach. ‘Daunnya sama-sama sempit dan lancip memanjang,’ tutur alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Bunga yang cenderung membintang muncul di ketiak cabang, tidak hanya di ujung. Itu tanda choun-chom itu rajin berbunga.

Sepintas penampilan si kuning dari Taiwan memang mirip the peach. Hanya saja yang disebut terakhir, corongnya kemerahan. Godong Ijo pernah mengoleksi mutasi the peach. Warnanya agak kuning tapi di tengah petal ke arah ujung ada garis merah. Lin menyebutkan, si kuning asal Taiwan memang diseleksi dari biji the peach.

Aris menduga warna kuning punya campuran darah crispum. Beberapa hibrida crispum memang mempunyai corong berwarna kuning yang melebar ke petal. Jika dipakai untuk persilangan akan melahirkan warna kuning makin dominan. Sementara Handhi yang melihat si kuning di Surabaya menduga itu akibat mutasi. Menurut Gregori Garnadi Hambali, pakar botani di Bogor, mutasi terjadi karena kelainan genetis yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Peluang mutasi bisa ditingkatkan dengan proses rekayasa seperti penyinaran.

‘Bunga kuning bisa direkayasa dengan menembakkan sinar gamma pada bunga berwarna merah muda, merah, putih, dan merah jingga,’ kata Ita Dwimahyanti, kepala Kelompok Pemuliaan Tanaman, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), sembari menunjuk sebuah diagram warna. Diagram itu bersumber dari International Atomic Energy Agency (IAEA) di Amerika Serikat yang dikombinasikan dengan hasil percobaan BATAN.

Menurut Ita, dengan proses penyilangan konvensional, warna kuning sangat sulit didapat. Pengalaman Slamet, penyilangan adenium selalu menghasilkan banyak varian. Dua induk yang sama dikawinkan pada waktu berbeda, hasilnya berbeda pula. Sebagian kembali ke warna ‘asli’ kamboja jepang: merah muda gelap. Warna-warna resesif-seperti kuning-jarang muncul. Bila the peach benar jadi induk, tak semua perkawinan berhasil.

‘Polen the peach sedikit, hanya 1/8-1/10 harry potter. Makanya ada yang bilang the peach steril,’ katanya. Pantas sejak dirilis pada awal 2004, hingga sekarang nyaris tak ada varian the peach. Toh, apa pun prosesnya terbukti adenium kuning stabil, rajin berbunga meski pada musim hujan.

Naga merah

Saat Taiwan menggebrak dengan bunga kuning, Thailand-‘gudang’ adenium lain-muncul dengan magic red dragon. Adenium berdaun kecil-kecil, lancip, berwarna merah itu punya banyak cabang yang rimbun dengan sosok pendek. Menurut si empunya, Suttikarn Jiamrattanaprateep di Pathumthani, adenium kontet itu didapat dari hasil radiasi red dragon-jenis somalense crispum pada 2004. Radiasi dilakukan di pusat radiasi Kasetsart University, Bangkok, bekerja sama dengan Dr Arunee. (baca: Sihir sang Naga Merah, halaman 16)

Yang istimewa, kekontetan magic red dragon ‘menular’ bila disambung ke batang bawah. Batang bawah yang semula berdaun besar, menjadi mini. Bila magic red dragon dicabut dari sambungan, kekerdilan batang bawah tetap. Dengan daun kecil, ‘Sosok tanaman jadi mirip tanaman tua dengan komposisi ideal,’ papar Aris Budiman, juri kontes.

Di ajang lomba si tua tapi muda, sanggup mempesona para juri. Terbukti 2 pohon berdaun kecil-yang ini warna daunnya hijau, tapi ciri khas lain mirip magic red dragon-jadi jawara di kontes Surabaya pada November 2006. Para pemain seperti Anwar di Jakarta, Drs Ambri dan Budi Satri, SH di Tangerang mengenalnya sebagai petit green.

Menurut Handhi, jika Taiwan punya bunga-bunga bagus, Thailand memang sumber jenis-jenis unik. Pria yang bolak-balik mengimpor tanaman gurun itu punya bunga ungu dari Pulau Formosa. Dari Thailand, ada obesum berdaun plastik, obesum berdaun variegata dengan bonggol kuning, somalense berbatang hitam, dan arabicum ra chi ne pan dok berbonggol kuning. (baca: Bunga di Formosa, Unik dari Siam, halaman 18)

Toh, bukan berarti tak ada bunga bagus dari Thailand. Pada awal 2007, penggemar adenium dikejutkan oleh kehadiran bunga tumpuk. Dancing lady-begitu namanya-berwarna merah cerah dengan petal kedua muncul dari corong petal pertama. Pasar adenium bunga yang sempat loyo lantaran banyak hobiis tergila-gila pada bonggol indah, langsung terdongkrak. Slamet Budiarto ingat, stok dokxon-nama lain bunga tumpuk-untuk 3-6 bulan ludes dalam waktu 4-5 hari. Hingga kini pembeli masih antre menginden.

Suan Luang 2007

Pantas para pekebun di Thailand getol memperbanyak double fl ower. Charthri Saiprasertsri menyetok 500 pot. Sompop Malisuwen memajang dancing lady di arena ekshibisi Kasetsart University, Bangkok. Pada hari ke-3 pameran, Trubus melihat tinggal 1 pot bunga tumpuk tersisa di stannya. Di halaman depan nurseri Suttikarn ada sepot adenium setinggi 1,5 m yang disambung dengan bunga tumpuk. Di halaman belakang berderet 300 pot berdiameter 20 cm.

Mawar gurun asal Vietnam itu melecut para penyilang untuk mendapatkan bunga tumpuk baru. Di Pathumthani, Anant Kulchaiwatna mengawinkan double flower dengan harry potter. Harry potter menjadi pejantan, dokxon betina. Hasilnya, dari penyilangan 30-40 bunga didapat 20-30 tanduk. Suttikarn menyilangkan dokxon dengan bunga berwarna merah splash merah. Si merah dengan splash merah dipilih karena punya banyak polen sebagai pejantan. Sama seperti harapan Anant, pada pameran di Suan Luang 2007, bunga dobel baru didapat.

Di tanahair, para pekebun mulai menjajal untuk merilis bunga tumpuk koleksi sendiri. Sebut saja Anwar, pemilik nurseri Mutia Flora. Mantan penjual pakaian itu sudah 4 tahun mengoleksi 3 pot berbunga tumpuk. Tanaman didapat dari semaian biji asal Thailand. Namun, bunga ganda berwarna merah muda itu belum stabil. Dari setiap tangkai, hanya separuh yang mahkotanya berlapis.

Double flower berwarna merah muda tapi lebih pekat juga dikoleksi Handry Chuhairy di Tangerang. Yang ini hasil seleksi dari biji asal Taiwan 3 tahun silam. Setelah 3 kali berbunga, hasilnya stabil. ‘Sekarang sedang disambung ke tanaman lain. Mei ini baru bisa dilihat bunganya stabil atau tidak,’ kata pemilik Hans Garden itu. Di Kediri, Hartono berencana memasarkan bunga tumpuk jenis arabicum ra chi ne pan dok.

Unik dan baru

Para pemain sepakat, kehadiran bunga-bunga baru dan bonggol-bonggol cantik membuat pasar bunga dan bonggol sama-sama ramai. ‘Konsumen suka yang unik atau jenis baru,’ kata Budi Satri, SH, pekebun di Karangmulia, Tangerang. Marhendra, pemilik Bandar Nurseri di Kediri, menduga rutinitas kegiatan bursa dan pameran-nyaris setiap minggu di lokasi berbeda-membuat lebih banyak orang mengenal adenium.

Untuk bonggol indah dan unik yang dicari jenis ra chi ne pan dok (rcn), thai socotranum, compacta, batang kuning, daun plastik, petit green, variegata, dan kristata. Penjualan petit green di kebun Ambri lumayan kencang, mencapai 100 pot per minggu. Handry menyebut daun plastik dengan nama maklea. Si daun keriting, tebal, dan mengkilap itu terutama disukai konsumen di Jawa Tengah. Dengan percabangan banyak, ia memang cantik sebagai tanaman pot. Untuk bunga baru, Satri punya santa clause bercorong kuning dengan mahkota merah bertepi perak dan black night-si bunga hitam.

Berdasarkan pengamatan, Frans membagi pasar adenium ke dalam 4 kelas: penyedia batang bawah obesum-ada di paling bawah, pebisnis bunga, penyemai arabicum dan somalense, serta penyedia bahan lomba. Pasar batang bawah paling luas cakupannya. Lawung Sujarko di Kediri ke mana-mana rela membagi kabin Isuzu Panther miliknya dengan kompot berisi seedling berumur 3-4 minggu. Dari sana, ia menuai omzet Rp20-juta-Rp50-juta per bulan. Peluang lain: somalense crispum, swazikum, dan bohemiamun. (baca: Bisnis Adenium, Ketika Musim Biji Bersemi, halaman 30)

Pasar biji

Banjir yang melanda Jakarta pada awal Februari 2007 sempat dikhawatirkan mengurangi pasokan batang bawah. Maklum 2 sentra besar: Gondrong dan Karangtengah, Tangerang, jadi korban. Menurut Drs Ambri, pekebun di Grondrong, nyaris 20% produksi dari sana hancur terendam banjir. Di Karangtengah lebih banyak lagi, 80%. (baca: Trubus edisi Maret, Saat Air Bah Menyapu Tanaman Hias)

Untung para pekebun pantang mundur. Pascabanjir mereka mulai menyemai biji. Apalagi mulai April musim panen biji dari Thailand-yang lazim jadi sumber-dimulai. Penjualan biji pun masih laris-manis. Buktinya, ‘Tahun lalu menjual 30.000 biji arabicum harus pakai iklan, sekarang orang mencari sendiri ke sini,’ kata Hartono. Ketergantungan pada negeri Siam sebetulnya mulai ditekan. Di Solo dan Sragen bermunculan para pekebun khusus biji yang mengelola 1.000-5.000 tanaman induk. Handhi mengawinkan sendiri supaya bisa panen biji.

Berkaca pada pengalaman negara tetangga, tren mawar gurun di tanahair diprediksi bakal bertahan. Choun-chom populer di Thailand 10-20 tahun silam. Sampai sekarang bisnisnya ajek. Di Indonesia tren baru mulai 5-6 tahun lalu. Jadi euforia kamboja jepang terus bertahan.

‘Soalnya orang penasaran terus keluar karakterkarakter baru,’ kata Handhi. Kemarin bunga tumpuk, sekarang bunga kuning, besok apa lagi? Perkara si naga merah Suparno, di Kediri berujar, ‘Unik ya. Tidak perlu ditraining bentuk sudah dwarf alami.’ (Evy Syariefa/Peliput: Andretha Helmina, Argohartono Arie Raharjo, Destika Cahyana, Hermansyah, Lastioro Anmi Tambunan, dan Rosy Nur Apriyanti)

 

- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Menteri Teten Dorong Hilirisasi Bawang Merah Brebes

Trubus.id— Pengembangan produk turunan bawang merah menjadi salah satu solusi mendorong kesejahteraan petani dan usaha kecil menengah (UKM) di...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img