Buah lengkeng beraroma khas sehingga mengundang hama dan penyakit. Perlu pencegahan agar hama tidak “mencuri” laba petani.
Trubus — “Serangan kelelawar bisa menyebabkan kerugian 100%,” kata pekebun sekaligus pembibit lengkeng di Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Eddy Soesanto. Serangan terjadi saat Eddy alpa membungkus buah anggota famili Sapindaceae itu.
Menurut Eddy serangan menggila terutama saat lengkeng berbuah di luar musim. Kelelawar mengincar lengkeng karena ketersediaan pakan terbatas. Eddy mengatakan, saat musim berbuah berbarengan dengan tanaman lain pun tidak berarti aman. Lengkeng buah utama incaran kelelawar. Musababnya sejak pentil buah kerabat leci itu beraroma khas, sehingga menarik satwa keluarga Pteropodidae itu untuk memakannya.
Penciuman tajam
Menurut Supervisor Program Yayasan Obor Tani, Indra Setyo Pambudi, hama lengkeng seperti kelelawar, tikus, kepik menyerang ketika tanaman mulai berbuah. Menurut ahli kelelawar dari Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ir. Sigit Wiantoro M.S., kelelawar mengetahui adanya buah matang karena memiliki indra penglihatan dan indra pendengaran tajam.
Kelemahan kelelawar tidak tahan dengan bunyi bising, cahaya terang, dan asap. Menurut Sigit buah yang letaknya rendah bisa bebas dari serangan kelelawar. Musababnya kelelawar yang bergantung di dahan perlu turun saat akan berpindah, agar ruang geraknya cukup lega untuk bisa terbang kembali.
Beberapa pilihan mengatasi serangan kelelawar antara lain menggunakan alat elektromagnetik. Kiat lain membungkus buah dengan karung bawang, brongsong, melindungi tanaman dengan jaring ikan dan jaring peneduh. Menurut Eddy pembungkusan dilakukan sejak pembentukan daging buah. Kira-kira saat buah sebesar kelingking. Masing-masing cara perlindungan memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. (Lihat Trubus edisi Maret 2015 “Plus Minus Bungkus” halaman 58—59)
Menurut Eddy cara lainnya dengan pengasapan. Pengasapan lazimnya dilakukan berbarengan dengan sanitasi kebun. Caranya membakar daun dan ranting kering pada bagian bawah, kemudian daun basah pada bagian atas. Tujuannya menghasilkan asap tanpa api. Cara itu cukup efektif melindungi lengkeng. Namun, buah atau tanaman yang tidak terkena asap masih berpotensi terserang kelelawar.
“Cara pengasapan kurang cocok untuk kebun di dekat pemukiman. Sebab, asap bisa mengganggu lingkungan,” kata pria yang juga kolektor tanaman buah itu. Hama lain yang menyerang buah lengkeng yakni pengisap buah. Menurut Eddy ada serangga yang melubangi buah. Lazimnya hama itu menyerang sejak pembentukan daging buah. Jika terserang buah tidak akan berkembang.
Solusinya menyemprotkan pestisida pada buah untuk pencegahan. Namun, banyak pekebun yang enggan menerapkan solusi itu. Mereka khawatir residu pestisida masuk ke buah sehingga justru berdampak buruk bagi kesehatan. Alasan lainnya serangan hama pengisap buah tidak terlalu tinggi.
Penggerek dan cendawan
Menurut Eddy kebun yang memiliki sanitasi buruk berpotensi terkena serangan penggerek batang. Cirinya ditemukan kotoran seperti serbuk gergaji di sekitar tanaman. Itu akibat penggerek batang. Lazimnya bagian batang hingga atas tanaman mati jika terserang penggerek. Kondisi parah jika serangan penggerek masuk pada bagian bawah tanaman. Solusinya menyemprotkan pestisida.
Caranya mengoleskan pestisida pada kapas, kemudian memasang kapas pada tusuk gigi atau lidi. Barulah tusuk gigi berbalut kapas yang sudah diolesi pestisida itu digunakan untuk menyumpal lubang masuk penggerek batang. Aplikasi pestisida bisa juga pada sekitar akar. Musababnya telur penggerak batang berasal pada sekitar perkaran tanaman lengkeng yang kotor. Sebagai pencegahan sanitasi kebun rutin lebih disarankan.
Menurut Eddy gangguan lain pada lengkeng berupa cendawan yang lazim menyerang akar dan daun. Ciri serangan cendawan terdapat bercak putih atau cokelat pada daun. Cendawan lazim menyerang saat kondisi lingkungan lembap. Pengalaman Eddy, meskipun tanaman terserang parah tidak menyebabkan kematian. Solusinya menyemprotkan fungisida pada tanaman.
Agar lebih optimal tambahkan perekat. Eddy kerap menambahkan detergen pencuci piring sebagai perekat. Dosisnya 1 sendok teh perekat per 2 liter fungisida. Cendawan lainnya menyerang akar, terutama saat pembibitan. “Jarang ditemukan pada tanaman dewasa,” kata Eddy. Cirinya daun tanaman menguning. Cendawan menyerang lewat media tanam karena penambahan pupuk organik belum matang.
Penggantian media dan membuang bagian yang terserang cendawan hanya bisa mempertahankan harapan hidup lengkeng 50%. Solusinya dengan pencegahan memberikan pupuk organik yang sudah betul-betul matang. (Muhamad Fajar Ramadhan/Peliput: Sinta Herian Pawestri)