Trubus.id–Aris Risma Sunarmas secara rutin mengekspor bawang goreng ke Australia sebanyak empat hingga lima kali dalam setahun.
“Jumlahnya bervariasi, dengan pengiriman terbesar mencapai 1 ton dan yang terkecil sekitar 300 kg,” ujar produsen bawang merah asal Desa Babakanreuma, Kecamatan Sindangagung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat itu.
Australia menjadi negara pertama tujuan ekspor bawang goreng produksi Aris sejak 2019. Pada Juli 2023, Aris berhasil mengekspor satu kontainer berukuran 20 kaki berisi 5,7 ton bawang goreng ke Belanda.
Menurutnya, pesanan dari Belanda terwujud karena saat itu harga bawang merah segar sedang rendah. Namun, jika harga bawang merah naik, pembeli dari Belanda tidak memesan dari Aris, mengingat ia bukan satu-satunya pemasok bawang goreng di sana.
Konsumen di Belanda juga mendapatkan pasokan bawang goreng dari Tiongkok dan Polandia ketika harga bawang merah di Indonesia tinggi. “Kami menawarkan saat harga bawang merah murah. Jika ada permintaan, kami segera memprosesnya,” ujar pemilik CV Monita Food tersebut.
Sebelumnya, Aris juga pernah mengirim 100–200 kg bawang goreng ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), pada 2016. Sayangnya, penjualan ke Abu Dhabi terhenti sejak tahun yang sama karena mitranya kurang fokus mengelola pesanan tersebut.
Selain Aris, Dini Windu Asih juga sukses mengekspor bawang goreng ke Australia dan Swiss setiap tiga bulan sekali, dengan total empat kali pengiriman dalam setahun. Setiap pengiriman berkisar antara 54 kg hingga 90 kg, setara dengan 30–50 karton, di mana setiap karton berisi 24 kemasan berukuran 75 gram.
“Kami mulai mengekspor ke Australia sejak 2022, sementara ke Swiss sejak 2023,” kata Dini, produsen bawang goreng asal Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat. Saat ini, ia tengah berupaya memperluas pasarnya ke Arab Saudi.
Keberhasilan Aris, Dini, dan produsen lainnya menunjukkan bahwa bawang goreng buatan Indonesia memiliki daya saing di pasar internasional.
Salah satu produsen lain yang turut merambah pasar ekspor adalah PT Permata Indah Rubaru (PT PIR). Perusahaan ini melakukan ekspor perdana bawang merah goreng pada November 2023.
Korporasi petani di Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, itu bekerja sama dengan Ben Helen Trading di Belanda untuk ekspor bawang merah selama lima tahun (2023–2028).
Nilai kerja sama tersebut mencapai US$400.000 atau setara dengan Rp6,4 miliar (kurs US$1 = Rp16.185). Informasi ini tercantum dalam situs web Pemerintah Kabupaten Sumenep.
Di sentra bawang lainnya, seperti Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Dienda Lora Buana dan timnya yang tergabung dalam PT Sinergi Brebes Inovatif (SBI) juga sukses mengekspor 1.000 kemasan bawang goreng dengan berat masing-masing 100 gram. Dengan harga per kemasan Rp22.000, Dienda berhasil meraup pendapatan sebesar Rp22 juta dari ekspor tersebut.
Prospek Cerah Pasar Bawang Goreng
Menurut Nurul, jika kapasitas produksinya meningkat dua kali lipat, pasar mancanegara masih dapat menyerap bawang gorengnya. Sementara itu, Aris optimistis kapasitas produksinya masih bisa ditingkatkan tiga hingga empat kali lipat dari saat ini.
Ia terus memasarkan bawang gorengnya kepada konsumen yang membutuhkan. Dini pun berpendapat bahwa prospek pasar bawang goreng ke depan masih sangat bagus karena permintaan yang terus meningkat.
Apalagi, situs web Taste Atlas menobatkan bawang goreng Indonesia sebagai bumbu terbaik di dunia pada 2024. Situs yang sama sebelumnya juga menetapkan rendang sebagai makanan terenak di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Dengan pengakuan tersebut, bawang goreng Indonesia semakin dikenal di kancah internasional.
Untuk memperluas pasar, para produsen bawang goreng Indonesia terus berpartisipasi dalam pameran di dalam dan luar negeri serta memanfaatkan pemasaran digital guna menarik lebih banyak pembeli dari mancanegara.
Foto: Dok. Trubus