Trubus.id—Pekebun di Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, Mukhamat Ngizzudin menerapkan budi daya intensif untuk mencetak melon premium. Ia memilih media tanam kaya bahan organik.
Komposis media tanam itu berupa tanah subur (40%), sekam lapuk (20%), sekam bakar (20%), dan fermentasi kotoran hewan (20%). Media tanam itu dimasukkan ke dalam kantong tanam berukuran 40 cm x 40 cm berisi 1 tanaman melon.
Mukhamat mengatur setiap kantong tanam pada jarak 50 cm x 130 cm. Setiap tanaman mendapatkan nutrisi cukup sehingga tumbuh sehat dan berbuah optimal. Nutrisi tanaman berasal dari pupuk kimia dan organik.
Mukhamat membagi pemupukan menjadi 4 fase. Fase pertama yaitu vegetatif sehingga tanaman mendapatkan pupuk dengan kandungan nitrogen tinggi.
Fase kedua polinasi dan tanaman mendapatkan pupuk dengan kandungan fosfor tinggi. Fase ketiga yaitu kemunculan buah maka tanaman memperoleh pupuk dengan kandungan boron dan kalsium tinggi.
Adapun fase keempat pematangan buah sehingga tanaman mendapatkan pupuk dengan kandungan kalium tinggi. Mukhamat menuturkan, tanaman mendapatkan tambahan asupan pupuk mikro di setiap fase.
“Pemupukan yang tepat mampu menjaga kualitas dan cita rasa buah,” ujar Mukhamat.
Ia mempertahankan kemanisan buah sekitar 15obrix. Oleh sebab itu, ia hanya mempertahankan satu buah per tanaman. Tujuannya supaya tanaman menyerap nutrisi secara optimal sehingga kemanisan buah maksimal.
“Jika satu tanaman berisi 2 buah maka kemanisannya berkurang,” ujar Mukhamat.
Tanaman juga mendapatkan air yang cukup untuk menopang kehidupannya. Sumber air berasal dari 2 sumur bor. Setiap tanaman setidaknya membutuhkan 1 liter air setiap hari.
Kebutuhan air mencapai 9 kubik setiap hari untuk mencukupi 9.000 tanaman. Penyiraman dilakukan saat pagi. Air mengalir melalui selang yang dipasang di setiap kantong tanam.
Mukhamat mengelola kebun bersama dengan 14 tenaga kerja. Mereka melakukan kontrol pada tanaman setiap hari. Kebun mulai beroperasi pukul 07.00—16.00.
Ia mengebunkan melon di dalam 3 rumah tanam. Dua rumah tanam berukuran sama yakni 13 m x 95 m, sedangkan satu rumah tanam berukuran lebih luas yakni 15 m x 100 m. Baca juga Mantap Berkebun Melon, Pemuda di Purworejo Bikin Konsep Agrowisata.
Mukhamat rutin memeriksa kondisi tanaman setiap hari. Kontrol tanaman wajib dilakukan karena posisi kebun dekat area persawahan. Serangan hama dan penyakit seringkali meningkat usai panen padi.
Oleh sebab itu, Mukhamat mengandalkan pestisida kimia untuk menghalau serangan organisme pengganggu tanaman itu.
“Kami menggunakan pestisida kimia dengan dosis sangat rendah,” kata Mukhamat.
Pekerja menyemprotkan insektisida sekali dalam sepekan, begitu pula dengan fungisida. Penyemprotan dilakukan bergantian setiap pekan. Pekerja menyemprotkan pestisida di daun dan menghindari kontak antara pestisida dengan buah.
Penyemprotan pestisida dihentikan saat tanaman memasuki umur 50 hari setelah tanam (HST) atau 10—15 hari menjelang panen. Tujuannya untuk menghindari residu pestisida pada tanaman. Berkat perawatan intensif, Mukhamat memperoleh melon premium yang memuaskan.