Trubus.id — Pelaut Spanyol, Hernan Cortez termenung di sebuah kuil di pedalaman Tenochtitlan, Mexico pada 1591. Ia seolah tak percaya, sekeranjang biji-bijian aneh dipersembahkan pada Dewa Quetzalcoatt—sang pencipta dalam mitologi Indian suku Aztec. Lazimnya persembahan dewa berupa ternak dan bahan pangan.
Pada tahun yang sama (1591) Gubernur Aztec, Moctezuma memperkenalkan minuman coklat panas dalam sebuah cangkir emas pada Cortez. Kelezatan menyergap. Ia langsung memprediksi biji-bijian itu bakal menggemparkan dunia.
Ketika Don Cortez—julukan Hernan Cortez—bertolak kembali ke Spanyol, biji kakao beserta resep minuman dibawanya pulang. Tak lama setelah itu cokelat menjadi makanan dan minuman mewah di negeri Matador itu.
Biji kakao itu pun menyebar ke seluruh daratan Eropa dan Amerika dan kini menyebar ke seluruh dunia. Sebelumnya di suku Indian Maya, biji kakao lebih berharga lagi. Butiran itu dijadikan sebagai alat tukar layaknya mata uang.
Empat butir biji kakao dapat ditukar dengan sebutir labu, sedangkan 10 butir untuk seekor kelinci. Bahkan dengan 100 butir biji kakao dapat membebaskan seorang budak. Warisan nenek moyang Indian itu kini dapat dinikmati dalam berbagai olahan yang tersebar di seluruh penjuru dunia.
Dalam perkembangannya biji kakao diolah untuk dapat dinikmati khalayak. Para chocolaterie—sebutan pembuat cokelat di Prancis bermunculan. Dimulai pertengahan 1700 oleh James Baker. Kemudian disusul Coenraad Van Houten, John Cadbury, Henri Nestle, Rodolphe Lindt, Milton Hershey, dan Jean Tobler.
Dari buah karya mereka kita dapat mengenal berbagai produk cokelat. Itu berupa bahan baku berupa pasta cokelat, mentega cokelat, dan tepung cokelat yang diperoleh dari biji kakao terfermentasi dan diolah. Dari bahan baku itu diperoleh beberapa produk jadi seperti cokelat batangan, permen, dan minuman berbahan cokelat.