Mudah dan praktis membuat hay sendiri.
Trubus — Misbah Zainal Mustofa memelihara 90 kelinci hias. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, pria asal Desa Sumanding, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, itu memerlukan 270 kg pelet setiap bulan. Ia juga memberikan pakan tambahan berupa hay sebanyak 27 kg per bulan. Hay atau rumput kering merupakan sumber serat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kelinci, terutama untuk pertumbuhan bulu pada jenis bulu panjang.
Menurut dokter hewan dan praktikus kelinci di Kulonprogo, Yogyakarta, drh. Rinto Ariwibowo, kelinci membutuhkan 16—17% serat kasar dari porsi total makanan. Serat kasar dicerna usus bersama mikrob saprofit. Mikrob itu membantu pencernaan atau digesti. Makhluk liliput itu mengubah serat kasar menjadi berbagai jenis asam lemak volatil, antara lain asetat, propionat, dan butirat. Kombinasi asam amino volatil dan esensial mendukung pertumbuhan dan produksi susu ketika menyusui.
Serat kasar
Drh. Rinto menjelaskan, hijauan dari rumput atau dedaunan lebih efektif diberikan dalam kondisi yang sudah dilayukan karena kadar air berkurang, tapi kandungan vitamin relatif utuh. Pengalaman Misbah, pemberian pakan hijauan segar atau basah berisiko menyebabkan mencret. Selama ini para peternak kelinci biasanya membeli hay impor yang beredar di pasaran. Namun, Misbah kesulitan memperoleh hay impor karena pasokannya terbatas. Harap mafhum, kediaman Misbah terletak di utara Gunung Muria yang berjarak 1,5 jam perjalanan dari kota Jepara. “Di Jepara kadang tidak ada, jadi saya harus mencarinya ke Semarang,” katanya.
Lantaran menjadi salah satu kebutuhan vital kelinci, Misbah berinovasi membuat hay sendiri. Ia mencari rumput di sekitar rumah, kemudian menjemurnya di permukaan tanah beralaskan karung plastik. Berdasarkan kajian literatur di dunia maya, jenis rumput yang Misbah gunakan, yaitu rumput grinting Cynodon dactylon, carulang/belulang Eleusine indica, dan legetan Synedrella nodiflora. Ketiganya mengandung minimal 18% serat kasar. Sayang, percobaan pertamanya itu gagal. Rumput yang dijemur malah berwarna cokelat kering, sedangkan hay di pasaran berwarna hijau pucat.
Alumnus Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muria, Kudus itu lantas memindahkan lokasi penjemuran di atap rumah berbahan genting dan asbes. Ia juga membalik rumput itu setiap hari. Percobaan keduanya berhasil. Rumput yang dijemurnya kering tapi warnanya hijau pucat seperti hay di pasar. Menurut Misbah genting dan asbes menyerap panas matahari, lalu memantulkannya kembali sehingga menyebabkan rumput kering sempurna menyerupai hay. Yang menggembirakan, kelinci koleksinya pun lahap menyantap hay kreasi sulung dari 2 bersaudara itu.
Bungkus plastik
Drh. Rinto, pehobi yang memelihara 100 ekor kelinci, juga membuat hay sendiri menggunakan ilalang yang banyak tumbuh di sekitar tempat tinggalnya. Ia memilih rumput yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua agar kandungan nutrisinya masih tinggi. Rumput yang mulai berbunga ia jemur 1—2 hari di bawah panas terik. Rinto menuturkan sebaiknya penjemuran jangan terlalu lama agar warna hijau rumput tidak berubah. “Kondisi rumput yang masih hijau membuat palatibilitas atau kesukaan pakan oleh kelinci masih tinggi,” kata drh Rinto.
Rinto memasukkan rumput yang sudah kering ke dalam plastik agar tetap kering selama penyimpanan. Misbah juga melakukan hal serupa. Ia menyimpan hay buatannya ke dalam plastik bekas kemasan pelet, lalu memasukkannya ke dalam karung plastik yang juga bekas pelet pakan. Agar tetap kering dan bebas cendawan, Misbah menjemur hay sepekan sekali. Walaupun dengan cara itu hay tahan sampai sebulan, Misbah tetap mencari rumput baru seminggu sekali agar kelinci memperoleh serat yang relatif masih segar.
Pehobi kelinci asal Tangerang, Akbar Wahyu Fabrika, menyatakan asupan hay penting bagi kelinci karena mengandung fiber atau serat kasar sebagai nutrisi dan kesehatan saluran pencernaan. Menurut Akbar, hay yang baik berwarna hijau rumput, masih ada aroma rumput, dan teksturnya renyah. Akbar belum pernah membuat hay sendiri. Ia biasanya memberikan hay impor yang banyak beredar di pasaran. Akbar menjelaskan, hay dari rumput timothy mengandung serat cukup tinggi. Adapun serat dari alfalfa mengandung serat lebih rendah, tapi lebih kaya protein. (Muhammad Awaluddin)