Monday, September 9, 2024

Bisnis Kopyor 1 0 0 %

Rekomendasi
- Advertisement -

Tak sampai tengah hari terkumpul 600 butir dari 200-an pohon berumur 5 tahun. “Kopyor!” Teriakan itu terdengar saat beberapa buah yang dipilih acak dari manggar berbeda dibelah sebagai contoh. Itu untuk meyakinkan, 600 butir kelapa itu seluruhnya100% kopyor!

Hasil serupa diperoleh pada panen berikutnya pada September. Berjanjang-janjang kelapa kembali diturunkan. Dari 300 buah yang dituai, semua berdaging abnormal: berbentuk seperti bongkah-bongkahan yang terpisah dari tempurung. Itu tanda kopyor. Tahun depan produksi diprediksi meningkat saat seluruh populasi sebanyak 412 pohon berbuah.

Kebun kelapa penghasil kopyor pun Trubus temukan di Ciomas, Bogor. Di sana 80 pohon ditanam rapi berjarak 9 m x 9 m. Dari pohon berumur di atas 10 tahun, setiap 2 minggu dipetik 150 buah. Panen rutin itu sudah berlangsung sejak 2 tahun silam. Produksi kopyor di Kota Hujan “hanya” 95%. Diduga keberadaan beberapa pohon kelapa nonkopyor di sekitar kebun mempengaruhi persentase kekopyoran.

Kultur embrio

Hasil panen dari kedua kebun itu terbilang spektakuler. Maklum, “Biasanya potensi menghasilkan kopyor secara alami hanya 3%,” kata Ir Sumaryono, MSc, kepala Komersialisasi Biotek Perkebunan Bogor. Persentase sangat kecil lantaran kopyor merupakan sifat resesif. Akibatnya, produksi kelapa abnormal itu sangat terbatas. Misalnya, luas penanaman kelapa kopyor di Pati pada 2004 mencapai 378,09 ha setara 47.261 pohon dengan produksi 298.279 butir. Bandingkan dengan luas penanaman kelapa biasa yang 6.453 ha dengan hasil panen 21.257.092 butir pada tahun yang sama.

Padahal, Pati salah satu sentra penanaman kopyor terbesar di tanahair. Di sana 7 kecamatan tercatat sebagai daerah penanaman, yaitu Dukuhseti, Margoyoso, Tayu, Wedarijaksa, Trangkil, Gunungwungkal, dan Cluwak. Seluruhnya berada di Pati Utara yang dipisahkan oleh Sungai Juana dengan Pati Selatan. Penanaman terbesar di Dukuhseti, Margoyoso, dan Tayu masing-masing seluas 132,60 ha; 131,55 ha; dan 69,50 ha.

Kalau kini pekebun bisa menuai kopyor 100%, itu lantaran bibit yang ditanam berasal dari kultur embrio. Embrio dari buah abnormal dikecambahkan dan ditumbuhkan dalam kultur in vitro. Dari 1 embrio dihasilkan 1 bibit kelapa. Dengan cara itu, bibit yang ditanam pasti menghasilkan kopyor 100%. (baca: Gandos Kopyor: Tua-tua Keladi halaman 16)

Upaya untuk meningkatkan persentase kekopyoran bukan tidak pernah dilakukan. Beberapa pekebun di sentra Pati, Lampung, dan Sumenep secara tradisional sudah mencoba. Caranya dengan melakukan seleksi bibit. Bibit dipilih dari manggar dengan persentase kopyor tinggi, minimal 40%. Jadi, bila 1 manggar terdiri dari 10 kelapa, yang kopyor minimal 4 buah. Sisa buah yang tidak kopyor dituakan untuk dijadikan bibit. Itulah yang dilakukan Agus Susetyo Purwono di Tayu, Mulyono di Gunungwungkal, Pati, dan H Hasan Mataraja di Kalianda, Lampung Selatan.

Menurut Ir Muljono, Kasubdin Produksi dan Peredaran Hasil, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pati, dengan cara seperti itu 80—90% dari populasi bibit bakal menghasilkan buah kopyor. “Persentase buah kopyor per janjang bisa lebih rendah daripada induknya, bisa juga lebih tinggi,” tutur Muljono. Namun, minimal 1 butir per janjang sudah di tangan.

10 kali lipat

Bukan tanpa alasan bila para pekebun berupaya meningkatkan produksi. Memiliki pohon kopyor ibarat lumbung padi yang sarat isi. Sebut saja misalnya Sunarlan. Guru sekolah dasar itu menanam 34 pohon kelapa kopyor di belakang rumah di Desa Sindarejo, Kecamatan Tayu. Dari pohon-pohon berumur 10 tahun, ayah 1 anak itu mengantongi tambahan pendapatan Rp250.000 per bulan.

Itulah hasil penjualan 50 kopyor dengan harga Rp5.000 per butir. Menjelang Ramadhan, Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru harga melonjak mencapai Rp15.000—Rp25.000 per butir. Artinya, rupiah yang didapat bakal menebal. Toh, dengan harga kopyor minimal pun Sunarlan tetap bisa tersenyum. “Kalau dibandingkan dengan kelapa biasa yang harganya hanya Rp400—Rp500 per butir, menjual kelapa kopyor sudah untung 10 kali lipat,” tutur Sholikati, sang istri. Mereka tak sulit memasarkan lantaran buah langsung ditampung bakul.

Nun di Batangbatang, Sumenep, Madura, setiap bulan H Sinawar menuai minimal 40 kopyor dari 40 pohon yang dimiliki. Di Pulau Garam itu, Sinawar menikmati harga Rp11.000 per butir. Artinya, Rp440.000 masuk pundi-pundi ayah 3 anak itu. Harga mahal memang jadi pertimbangan u t ama s a a t k e l a h i r a n Batangbatang 52 tahun silam itu memutuskan menyelipkan kopyor di antara tanaman kelapa biasa.

Kisah serupa dialami H Ahmad Fadlan Asyari, pemilik 60 pohon di Desa Sambiroto, Tayu, dan Ir Ruslan dengan 100 pohon di Desa Banyutowo, Dukuhseti, Pati. Dari panen 200 butir per 2 minggu dan harga diterima Rp8.000 per butir, Rp1,6-juta menambah pundipundi Fadlan. Nominal yang terbilang besar bila dibandingkan gajinya sebagai guru Madrasah Ibtidaiyah—setingkat SD. Pantas bila pria 48 tahun itu kini memperluas penanaman hingga 1 ha setara 100 pohon. Ayah 3 anak itu pun tak pernah menyesal mengganti kebun singkong dan mangga dengan anggota famili Palmae itu.

Rp44-juta/tahun

Padahal, yang mereka tanam kelapa kopyor konvensional hasil seleksi bibit dengan potensi hasil 40%. Laba bakal berlipat jika yang ditanam ialah bibit kopyor hasil kultur embrio. Hitung-hitungan di atas kertas, dengan luas pengusahaan 1 ha terdiri dari 143 pohon diperoleh keuntungan Rp44-juta per tahun. Investasi awal Rp61-juta—antara lain untuk pembelian bibit Rp280.000 per tanaman—dan biaya produksi sekitar Rp14-juta per tahun tertutup pada tahun ke-6. Itu dengan asumsi potensi kopyor setiap pohon 95%. Produksi rata-rata 80 butir per pohon per tahun. Panen perdana pada umur 4 tahun setelah tanam hanya 30% dari total populasi dan harga jual Rp5.000 per butir.

Dengan iming-iming keuntungan sebesar itu, pantas bila kopyor super—sebutan untuk bibit kopyor hasil kultur embrio—mulai dikembangkan di daerah lain. Sebut saja Ir Insyaf Malik, mantan direktur sebuah perusahaan perkebunan negara, yang mengebunkan seluas 2 ha di Jambi. Bibit diperoleh dari Biotek Perkebunan Bogor—satu-satunya institusi yang kini menyediakan bibit kopyor super. Dua ratus tanaman kini berumur tahun. Dua tahun mendatang ketua Asosiasi Teh se-Indonesia itu berharap mulai menuai buah.

Penanaman bibit konvensional dari hasil seleksi pun meluas. Di Pati H Adji Sudarmadji, SH, anggota dewan legeslatif setempat, berencana menambah populasi kopyor di kebun. Ketua Komisi B Bidang Pertanian itu saat ini memiliki 11 pohon di pekarangan rumah. Sejak ditanam pada 1996, sudah 3 kali Sudarmadji menikmati panen. Selain dinikmati sendiri, hasilnya dibeli oleh bakul yang datang memetik ke kebun. “Sekarang saya sedang mencari lahan dulu untuk penanaman baru,” kata pria berpenampilan necis itu.

Selain secara swadaya, perluasan penanaman kopyor pun gencar dilakukan melalui program pemerintah. Pemda Kabupaten Pati memberikan bantuan bibit kepada para pekebun. Pada 2004 Desa Banyuwoto dan Desa Puncel—keduanya di Kecamatan Dukuhseti, mendapatkan masing-masing 1.500 bibit yang dibagikan merata pada warga. Program terus dilakukan hingga total penanaman mencapai 500 ha.

Ke daerah lain

Penyebaran menular ke daerah di luar sentra. Menurut catatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pati, permintaan bibit datang dari Jepara, Rembang, dan Wonosobo. Fadlan misalnya tengah mempersiapkan 4.000 bibit untuk memenuhi permintaan Dinas Perkebunan Jepara. Di Gunungwungkal, setiap tahun Mulyono menyediakan 500 bibit dari 10 pohon induk di sekeliling rumah. Jumlah itu antara lain untuk memenuhi permintaan ke Solo.

Nun di Demak, Prakoso He r yono, menanam 10 b i b i t . I a t e r t a r i k i k u t mengembangkan setelah melihat langsung geliat kopyor di Pati. Di Bogor, Mubin Usman menanam 40 bibit. Bibit dari Biotek Perkebunan Bogor pun ditanam di Riau dan Ka l imant an T imur. Produksi 150 bibit per bulan hingga 2006 sudah dipesan calon investor.

Hampir semua daerah potensial untuk pengembangan kelapa kopyor. “Idealnya pada ketinggian 0—300 m dpl. Tapi yang paling bagus memang daerah tepi pantai dengan kondisi tanah subur, gembur, dan air tanahnya dangkal. Di dataran tinggi umur panen lebih lamban dan produksi menurun,” tutur Muljono. Tiga sentra utama kopyor di Pati—Dukuhseti, Margoyoso, dan Talu—serta sentra utama di Madura—Batangbatang, Gapura, dan Dungke—memenuhi syarat itu. Daerah lain yang setipe ialah Jepara dan Rembang. Sementara di pantai selatan, Purworejo dan Cilacap bisa jadi pilihan.

Terisolir

Saat bibit sudah di tangan, bukan berarti pekebun bisa ongkangongkang kaki menanti hasil. “Untuk memperoleh hasil maksimal 100% penanaman bibit kopyor super sebaiknya terisolir dari kelapa biasa. Minimal radius 500 m harus bebas dari kelapa biasa,” tutur Sumaryono. Harga mencapai Rp280.000 per bibit menjadi sandungan untuk sebagian calon investor. Harga mahal lantaran tingkat keberhasilan sarat kultur embrio hanya 50%. Pantas bila Balai Penelitian Kelapa Manado serta Laboratorium Kultur Embrio Kelapa Kopyor Mojoagung, Jombang bekerja sama dengan Dinas Perkebunan provinsi Jawa Timur ikut mengembangkan.

Di lapang, pekebun mesti siap menghadapi hama kwangwung yang menyerang segala fase tanaman. Serangan Oryctes rhinoceros itu menyebabkan produksi turun 20%. Untuk mengatasinya perlu pengendalian terpadu dengan cara mekanis dan biologis. (baca: Stop Ulah si Cula Satu! halaman 24). Batu sandungan lain ialah maling. Maklum harga kopyor mahal sudah menjadi rahasia umum. Pantas H Sinawar hanya menanam di sekeliling rumah. Sekeliling kebun yang disebut di awal tulisan ini dipagari tembok dan jalinan kawat.

Memanen buah jelas bukan perkara gampang. Lantaran belum mahir mengenali buah layak petik, kopyor dipanen per manggar di kebun di utara Jawa Barat yang disebut di atas. Akibatnya, buah ada yang terlalu muda dan terlalu tua. Buah muda terlalu banyak air dan daging tipis. Sementara buah tua terlalu berminyak. Itu tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan pembeli. Alhasil setengah hasil panen disisihkan pembeli.

Kalau buah dipetik dari pohon yang tidak 100% kopyor, maka dibutuhkan keahlian untuk memilah. Di Pati, itulah tugas tukang totok. Mereka mengenali kelapa kopyor atau tidak hanya dengan menepuk dan menggoncang-goncang buah. “Kalau sudah ahli tingkat kesalahan paling hanya 1%,” kata Mulyono. Untuk menjadi tukan totok andal, Dulgoni di Tayu belajar selama 2 tahun kepada ayah mertuanya.

Celah pasar

Namun, bila pekebun bisa mengatasi kendala, maka peluang pasar terbentang luas. Setiap pekan Muhammad Ridwan mengapalkan 200—300 kopyor dari Sumenep ke Surabaya. Itu untuk melayani permintaan restoran dan pabrik es krim di Kota Pahlawan. Jumlah itu jauh dari kebutuhan pelanggan. “Mereka sebetulnya sanggup menampung berapa saja. Permintaan pernah mencapai 600 butir per minggu,” kata kelahiran Gapura, Madura, 52 tahun silam itu.

Ridwan membeli puan—sebutan kopyor di Madura—Rp9.000—Rp10.000 per buah dari pekebun. Kelapa lantas dilepas Rp11.000 ke tangan pengepul. Tiba di toko buah kopyor dibanderol hingga Rp25.000 per buah. Dengan harga eksklusif, kelapa berdaging abnormal itu memang hanya ditemukan di toko-toko tertentu.

Pusat perkulakan Makro di Surabaya membutuhkan 200—300 butir per minggu, Toko Buah Prima, 200—250 butir minggu. Namun, Husnan Baisuni, pemasoknya, hanya sanggup memenuhi setengahnya. Di Cilacap, permintaan yang masuk kepada Sujadi 2—3 kali kemampuan.

Permintaan melonjak memasuki Ramadhan, Idul Fitri, dan Tahun Baru. Menurut Takim, dari Total Buah Segar di kawasan Slipi, Jakarta Pusat, setiap pekan 50—100 kopyor terjual di gerai itu. Jumlah sama laku di 6 gerai lain yang tersebar di seluruh Jakarta. Begitu bulan puasa penjualan meningkat menjadi 150 kopyor. “Tapi sebenarnya permintaan lebih banyak, bisa 2 kali lipat,” ujarnya.

Sayangnya, saat itu pasokan dari daerah sentra seperti Pati justru seret. Usai hari raya, warga Pati yang pulang kampung kerap membawa oleh-oleh berupa kopyor ketika kembali ke perantauan. Kopyor pun jadi bingkisan lebaran yang digemari u n t u k d i b e r i k a n antarkol e g a . “Untuk memenuhi permintaan lokal saja susah. Kalau sudah seperti itu pengiriman ke Jakarta biasanya distop dulu,” kata Endang Puryanti, pengepul di Tayu.

Makapuno

Memenuhi permintaan mancanegara bukan mustahil. Kolega Jukaramsa Njo—pengusaha yang hobi mengoleksi beragam tanaman buah—dari Malaysia selalu meminta ditraktir es kopyor bila sedang berkunjung ke Indonesia. “Malah kalau ada mereka bisa menampung berapa pun untuk dipasarkan di sana,” kata Njo. Kelapa berdaging abnormal memang bukan melulu milik nusantara. Filipina sudah lebih dulu mengembangkan makapuno. Kopyor ala negeri jiran itu juga diperbanyak menggunakan kultur embrio.

Hasilnya antara lain dikebunkan khusus di pulau terpencil di Th ailand. Dari Pulau Makapuno—begitu akhirnya pulau itu disebut—ribuan kaong—sebutan di sana—diekspor ke berbagai negara. (baca: Kaong dan Puan, Serupa Tapi Berbeda halaman 20) Trubus menemukan kopyor asal negeri Siam di Toko Buah Hoki Surabaya. Di tanahair dan di negeri seberang, bisnis kopyor semanis dan segurih rasanya. (Evy Syariefa/Peliput: Dewi Nurlovi, Hanni Sofi a, Laksita Wijayanti, Lastioro Anmi, Rahmansyah Dermawan, dan Rosy Nur Apriyanti)

Untuk Greng

Ramuan madura. Mendengar kosa kata itu sebagian orang pasti langsung teringat pada jamu tradisional khas Pulau Garam yang konon berkhasiat meningkatkan gairah seksual. Banyak kaum Adam yang penasaran untuk mencicipi khasiat ramuan itu.

Ternyata gampang saja untuk meniru pintarnya orang Madura meracik ramuan untuk greng. Cukup punya sebutir kelapa kopyor, sebotol minuman bersoda, dicampur 3 sendok makan susu kental, dan sesendok madu jadilah jamu pembangkit gairah yang tokcer. Bahan-bahan itu diaduk sampai rata, lalu dibagi untuk 2 gelas. “Satu untuk si suami, satu untuk istrinya. Ini diminum 1 jam sebelum melakukan hubungan suami-istri,” kata Husnan Baisuni, pengumpul kelapa kopyor dari Batangbatang, Sumenep, membagi rahasia.

Hasilnya, ereksi (maaf, red) berlangsung lama. Sementara buat pasangannya, ramuan membuat tidak gampang capek. Itulah salah satu resep yang sudah turun-temurun dipraktekkan di Batangbatang.

Hormon testosteron

Menurut Dr dr A Wardihan Sinrang, MS Sp And, dokter di Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar, tidak ada kaitan langsung antara kopyor dan gairah seksual. Dari berbagai sumber, kandungan kopyor hanyalah lemak dan galaktomanan. Yang disebut terakhir merupakan salah satu bentuk glukosa. Fungsinya hanya sebagai pemberi energi. Kalau dikait-kaitan kandungan lemaknya yang mungkin punya pengaruh.

“Lemak itu kan bentuk lain kolesterol. Kolesterol dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan hormon testosteron,” kata Wardihan. Hormon itu pemberi dorongan seksual pada pria. Dari keempat bahan, menurut doktor dari Universitas Hasanuddin itu, justru minuman bersoda yang lebih berperan. Bahan itu merangsang saraf pusat lebih aktif. Padahal saraf itu yang bertanggung jawab memberikan dorongan pada organ erektil—antara lain pembuluh darah vena dan otot polos di penis. Pantas bila si lelaki jadi lebih terangsang. Toh, terlepas dari kemanjurannya, sugesti seseorang bahwa ramuan asal Madura pasti tokcer turut berperan. (Evy Syariefa/Peliput: Rahmansyah Dermawan)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Inovasi Wafer Peningkat Produksi Susu Kambing Perah

Trubus.id–Teknologi pengolahan pakan menjadi wafer dapat meningkatkan nutrisi dan produksi susu ternak kambing perah. Itulah inovasi wafer pakan kambing...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img