Trubus.id-Pebisnis olahan moringa di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Lucky Nurramadhan Putra Kisnadi, kebanjiran pesanan kukis daun moringa. “Hampir setiap pekan kami memproduksi 2.000 keping kukis moringa,” ujar Lucky. Co-Founder dapur kelor itu membuat kreasi olahan berupa kukis berbahan dasar serbuk moringa.
Lucky membuat inovasi itu dengan tujuan diversifikasi produk baru dengan nilai jual yang lebih tinggi. Siasat yang dilakukan oleh Lucky terbukti berhasil. Ia berhasil menjalin kerja sama dengan program pemerintan makan bergizi geratis (MBG) pada 2024. Total jenderal terdapat 24.000 keping kukis yang dipesan dalam satu program.
Moringa merupakan bahan pangan fungsional yang memiliki kandungan gizi tinggi. Namun, lazimnya masyarakat hanya mengonsumsi dalam bentuk sayur bening saja. Beberapa anak-anak kurang menyukainya karena tidak ada sensasi rasa yang menyenangkan.
Lucky mencampurkan serbuk moringa ke dalam adonan kukis. Setiap keping kukis yang dihasilkan mengandung 20% kelor. Setiap kemasan terdiri dari 12 keping kukis. Lucky menjual ke konsumen langsung dengan harga Rp30.000 per kemasan. Ia membedakan harga jual untuk pemesanan partai besar.
Untuk program khusus dengan sistem kerjasama biasanya Lucky memberikan harga sedikit lebih murah. Olahan kukis moringa kreasi Lucky digemari oleh anak-anak. Lucky membantu proses pendistribusian kukis moringa ke berbagai kecamatan yang ada di Provinsi NTT.
Itu hanya olahan kukis moringa saja. Lucky juga mengolah kelor menjadi produk turunan lain. Misalnya produk minuman berupa smoothies kelor. Ada juga minuman herbal seperti teh kelor dan jahe kelor. Total jenderal pendapatan yang diperoleh dari penjualan olahan daun kelor sebesar Rp20 juta—Rp28 juta per bulan.
