Trubus.id—Serangan busuk akar atau pangkal batang pada menjadi momok petani kedelai. Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Aneka Kacang BSIP Aneka Kacang Dr.Yusmani Prayogo S.P. M.Si., budenopi alias budidaya kedelai nonpestisida kimia dapat menjadi solusi.
Menurut Yusmani serangan busuk akar pada Glycine max akibat cendawan Sclerotium rolfsii dan Rhizoctonia solani. Penyakit itu banyak menyerang tanaman kedelai di lahan sawah ketika musim kemarau 1 atau MK1.
Menurut Yusmani ketika MK1, tanah sawah bekas pertanaman padi masih lembap sehingga cendawan masih banyak. Ketika benih tidak kuat, maka akan mudah terserang penyakit itu. Serangan pada tanaman kedelai umur 1—2 pekan.
Sementara untuk mengatasi penyakit karat daun, ia menggunakan minyak cengkih 1—2% per liter air. Penyemprotan ketika terjadi serangan penyakit. Untuk pencegahan berikan tiga kali pada tanaman kedelai umur 35 hari, 42 hari, dan 49 hari.
Minyak cengkih mengandung senyawa eugenol. Pestisida nabati itu mampu menekan penyakit karat daun pada kedelai hingga 50%. Selain karat daun, senyawa eugenol juga mampu mengendalikan penyakit yang terbawa benih maupun busuk polong hingga 78%.
Beragam pestisida alami itu untuk membantu petani kedelai mengendalikan hama dan penyakit yang ramah lingkungan. Strategi itu sekaligus meningkatkan kualitas polong kedelai. Pantas jika harga jual pun melonjak signifikan, hingga Rp3.000 per kg lebih mahal.
Cara lain untuk mengendalikan penyakit busuk akar atau pangkal batang, peneliti memberikan Trichoderma harzianum dalam bentuk tepung pada benih. Ia cukup memberikan 50 gram tepung per 10 kg benih
Petani yang membudidayakan kedelai untuk tujuan konsumsi dapat menerapkan teknologi budenopi. “Hasilnya bagus, terutama harga kedelainya jadi tinggi karena tanpa pestisida kimia. Selain itu teknologi budenopi ramah lingkungan, sehingga layak untuk dikembangkan oleh petani kedelai,” ujarnya.