Saturday, April 20, 2024

Cara Bikin Briket Bermutu

Rekomendasi
- Advertisement -
Briket arang tempurung berbentuk kubus untuk barbekyu. (Dok. Trubus)

Menghasilkan briket tempurung berkualitas dengan parameter tepat.

Trubus — Asep Jembar Mulyana, mengisahkan pengalaman menghadapi pembeli yang meminta briket dengan spesifikasi yang tidak masuk akal. Beberapa pembeli menginginkan briket sekeras mungkin yang tetap utuh meski dibanting. “Briket arang bukan batu. Kalau dibanting keras pasti pecah,” kata produsen briket arang tempurung di Tajurhalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu. Menghadapi pembeli yang meminta briket seperti itu, Asep justru memberikan pencerahan.

Arang tempurung bahan baku briket. (Dok. Trubus)

Parameter umum briket adalah warna asap, abu, dan aroma. Menurut Asep asap tidak berwarna dan sisa abunya harus putih. Aromanya pun harus bebas bau selain bau khas tempurung. Sementara itu parameter khusus terdiri dari kadar karbon terikat (fixed carbon content, FCC), energi (jumlah kalori), dan kadar abu (ash content). FCC menggambarkan kemudahan suatu bahan terbakar. Makin kecil FCC, makin cepat bahan itu habis terbakar.

Rutin uji mutu

Briket dengan FCC besar melepaskan energi lebih banyak dan menyisakan sedikit abu. Produk terbagi menjadi dua peruntukan, barbekyu dan shisha. Pembedanya parameter kualitas. Briket untuk shisha menyala lebih lama dengan FCC lebih dari 82%, melepaskan lebih banyak energi (8.000 kalori) dan minim abu dengan kadar abu kurang dari 2%. Sementara itu briket barbekyu memiliki FCC kurang dari 80% (biasanya 75—76%), melepaskan 6.000 kalori, dan menyisakan abu putih maksimal 10%.

Semua briket itu memenuhi parameter umum yaitu tidak berbau selain aroma arang dan menghasilkan asap putih. Asep menyatakan bahwa komposisi bahan baku kebanyakan produsen briket arang sama, 95% arang sisanya kanji untuk perekat. Namun, hasilnya bisa berbeda antarprodusen karena perbedaan cara memproses.

Arang tempurung bahan baku briket. (Dok. Trubus)

Satu hal yang pasti, briket hasil olahan itu wajib memenuhi parameter baku sesuai peruntukannya. Proses pengarangan tempurung harus menggunakan teknik pembakaran minim udara—lazim disebut pirolisis—untuk membuat briket berkualitas. Produsen briket di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Muhamad Aziz, menerapkan teknik itu sejak menerjuni pembuatan briket pada 2018. Aziz (36) mendapatkan pasokan tempurung dari pekebun kelapa di pantai selatan Jawa Barat.

Ia juga bekerja sama dengan beberapa industri kecil di Kabupaten Bogor yang menyetorkan arang tempurung. Masalahnya, ketika permintaan banyak, mereka kerap menambahkan tempurung kelapa muda untuk mengejar target. Keruan saja kadar abunya meningkat sementara bobot lebih rendah.

Gambarannya, 3–4 kg arang tempurung kelapa tua menghasilkan sekilogram briket. Penambahan tempurung kelapa muda meningkatkan kebutuhan arang hingga lebih dari lima kg untuk mendapatkan sekilogram briket. Oleh karena itu, setiap kali sampel datang, ia menguji mutunya sebelum membayar.

“Pasti saya bayar, tapi harganya bervariasi tergantung kadar abu, warna asap, dan aromanya,” ujar Aziz. Dengan demikian produsen arang tidak terpacu memproduksi asal-asalan untuk memenuhi target. Konsekuensinya, Aziz tidak bisa mengandalkan pasokan mitra. Ia harus menggenjot produksi arangnya sendiri. Cara serupa juga dilakukan produsen di Kabupaten Bekasi, Sandilla Tristiany. Selain membuat arang sendiri, Sandilla juga menerima pasokan dari industri kecil produsen arang.

Kempa bermesin

Kanji sebagai perekat briket tempurung. (Dok. Trubus)

Pembuatan arang tempurung sangat sederhana, tidak heran banyak industri kecil yang menekuninya. Pekerja di pabrik milik Aziz memasukkan tempurung ke dalam tungku sampai mengisi 30–50% volume. Ia menyalakan tempurung itu sampai membara sembari menambahkan sedikit-sedikit. Setelah hampir penuh, pekerja menutup tungku dan membiarkan bara padam sendiri. Pekerja menghindari penambahan bahan bakar minyak ketika proses penyalaan pertama agar menghasilkan kualitas terbaik.

Produsen melumat arang tempurung menjadi serbuk 60–80 mesh lalu menambahkan tapioka 5% dari bobot total briket yang akan dihasilkan. Artinya untuk menghasilkan satu ton briket, produsen hanya menambahkan 50 kg tepung kanji ke dalam 950 kg serbuk briket yang berputar dalam mesin disc mill agar campuran merata.

Selanjutnya pekerja di tempat Aziz memasukkan campuran itu ke dalam mesin kempa. Ia menggunakan kempa ulir (screw press) berpenggerak mesin kecil berbahan bakar bensin agar pengempaan merata. Awalnya alumnus Jurusan Ekonomi Manajemen sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Depok, Jawa Barat, itu menggunakan alat ulir tangan.

Namun, dua bulan berjalan ia mengganti dengan alat berpenggerak mesin. Pekerja lantas mencetak keluaran alat kempa itu menjadi kubus bersisi 25 mm. Setelah dipanaskan dalam oven, kubus-kubus itu menjadi briket siap kemas. Detail teknik pembakaran arang, kekuatan kempa, dan suhu serta waktu pemanasan menjadi rahasia dapur tiap produsen, termasuk Aziz. Yang penting, pembeli bisa menerima kualitas briket tanpa mengajukan keluhan. (Argohartono Arie Raharjo)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Berkat Trubus POC Petani di Berastagi Panen Horenso 56% Lebih Tinggi

Trubus.id— Manfaat Trubus pupuk organik cair kian dirasakan sejumlah petani. Petani di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img