Saturday, September 14, 2024

Dari Kebun ke Kafe

Rekomendasi
- Advertisement -

Enam segmen berbisnis kopi yang menguntungkan.

Trubus — Tren menyeruput secangkir kopi menjadi gaya hidup sebagian kawula muda. Kafe yang menyediakan beragam varian menu kopi tumbuh di berbagai kota. Penikmat kopi bahkan rela merogoh kocek hingga Rp50.000 untuk menenggak secangkir kopi. Keadaan itu membuka peluang pasar kopi di berbagai segmen sejak di kebun hingga menyajikan kopi di kafe. Di kebun, para petani memetik buah kopi ranum atau ceri.

Bagian pemasaran Malabar Mountain Coffee, Asep Syam Arif. (Dok. Trubus)

Menurut bagian pemasaran Malabar Mountain Coffe, Asep Syam Arif, peluang di bagian hulu pun menjanjikan. Pada umur tanaman 5 tahun minimal menghasilkan 2 kg per pohon. “Jika dikali harga terendah ceri Rp6.000 per kg, petani mendapat Rp24 juta per musim atau rata-rata Rp2 juta per bulan dari satu hektare,” katanya. Total populasi 2.000 tanaman per hektare. Pendapatan itu meningkat jika petani menjual setidaknya dalam bentuk kopi beras.

Banyak segmen
Segmen ketiga kopi beras atau biji kopi yang sudah bersih tanpa kulit ari (lihat ilustrasi Hulu Hilir Pasar Kopi). Menurut barista di D’Mc Coffe, Bandarlampung, Provinsi Lampung, Muhammad Harun, peluang itu antara lain penyangrai kopi. Harun yang berprofesi sebagai roaster atau penyangrai memilih biji kopi terbaik. “Kopi beras atau green beans yang dipilih harus benar-benar kita ketahui asal dan kualitasnya,” katanya.

Harun membeli kopi beras robusta dari petani Rp50.000 per kg. Setelah menyangrai, ia mampu menjual Rp170.000—Rp200.000 per kg tergantung kualitas. Menurut Harun 1 kg kopi beras menghasilkan 800 gram kopi sangrai atau rendemen 80%. Kemampuan penyangrai pun harus mumpuni. Harun mengatakan, mengoptimalkan rasa kopi dengan menyangrai kopi tidak sampai gosong hinga warnanya rata-rata cokelat terang hingga cokelat tua.

Sortir kopi beras meningkatkan kualitas dan harga. (Dok. Trubus)

“Semua tergantung pesanan, jika konsumen menghendaki rasa dominan pahit maka kopi disangrai hingga cokelat kehitaman,” paparnya. Pemilik kedai Klinik Kopi di Yogyakarta, Pepeng Firmansyah, selain menyajikan kopi arabika spesialti di cangkir juga melayani permintaan kopi pascasangrai. Pria kelahiran Kabupaten Sleman, Yogyakarta, 38 tahun silam itu membeli kopi beras dari petani mitra seharga Rp80.000 per kilogram.

Kemudian menjual biji pascasangrai pada kemasan 250 gram seharga Rp120.000. Pepeng mengatakan harga produk sesuai dengan kualitas. Terbukti tempatnya terpilih menjadi salah satu lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) karena menjadi salah satu kedai sohor karena kelezatan kopinya di Yogyakarta. Cita rasa memang yang utama. Barista di kedai Two Handl Full, Jonathan Horison, mengatakan, pascasangrai kualitas kopi hal yang utama.

“Kita selalu ambil dari kebun yang berkualitas. Nilai cupping score pun selalu di atas 80,” kata Jonathan. Menurut pemilik kiwari kopi, di Bandung Jawa Barat, Irfan Rahadian Sudiyana S.P., M.Si., margin indsutri kopi memang lebih besar pada bagian hilir. Oleh karena itu, alumnus University of Gottingen, Jerman, itu hanya menjual kopi dalam bentuk kopi beras pascasangrai, kopi bubuk, hingga secangkir kopi.

Asal varietas
Menurut Irfan, “Industri kopi kini sudah mulai ke generasi konsumen yang lebih detail mengenai kopi. Konsumen paham mengenai kopi single origin, single variety.” Pekebun kopi di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Ir. Wildan Mustofa, mengatakan, industri kopi di bagian hilir sangat bergantung pada industri kopi di hulu. “Pada tingkat petani bisa dioptimalkan dari segi budidaya dan pascapanen hingga bentuk kopi beras,” kata Wildan.

Pengemasan tepat menjaga mutu produk sampai di konsumen akhir. (Dok. Trubus)

Pemilik Frinsa Agrolestari itu mengatakan, kualitas kopi juga dipengaruhi banyak faktor, mulai dari bibit, iklim, budidaya, pemrosesan, hingga mengolah di secangkir kopi. “Kopi berkualitas bagus indikatornya nilai cupping bagus hingga di konsumen akhir,” katanya. Tren penjualan berdasarkan pengklasifikasian asal varietas dan asal kebun juga menjadi hal yang diperhatikan.

“Untuk yang single origin contohnya kopi varietas tertentu ditanam di Jawa Barat,” kata Wildan. Wildan menjual kopi beras single origin Rp70.000, single etstate Rp80.000, single variety Rp90.000, dan single variety single process Rp120.000—semua per 1 kg. Kapasitas produksi rata-rata sekitar 50 ton per musim di lahan seluas 60 hektare. (Muhamad Fajar Ramadhan/Peliput: Muhammad Awaluddin)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Belantara Foundation Gelar Webinar Internasional Bertajuk Ekowisata Satwa Liar Berkelanjutan

Trubus.id–Belantara Foundation bekerja sama dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Prodi Biologi FMIPA, Prodi Pendidikan Biologi FKIP, dan Lembaga...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img