Wednesday, November 19, 2025

Hidroponik Skala Hobi Hingga Bisnis

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id–Inovasi budi daya sayuran hidroponik terus berkembang mulai dari skala hobi hingga bisnis. Dominique Alexandra mengembangkan kombinasi teknologi indoor vertical farming dan musik klasik.

Tujuannya sederhana yakni memperoleh kualitas sayuran yang optimal. “Frekuensi musik yang pas membuat tanaman tumbuh optimal,” ujar pengelola greenhouse sayuran di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, itu. 

Menurut Dominique teknik budi daya yang diterapkan itu mampu menciptakan sayuran dengan warna kontras. Ketebalan sel yang terbentuk juga jauh lebih bagus. 

Ia terinspirasi ilmuwan asal Jepang yang meneliti sifat air terhadap beragam frekuensi. Selain meningkatkan kualitas budi daya sayuran, hidroponik di dalam ruangan juga meningkatkan kuantitas. Berpotensi menghasilkan panen 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan budi daya konvensional.

Dominique mengebunkan berbagai jenis sayuran seperti bayam, bit, edible flower, dan tanaman herba. Total jenderal terdapat 10—15 komoditas yang dikebunkan menggunakan sistem nutrient film technique (NFT).

Tren bertani sayuran hidroponik memang terbukti menguntungkan. Pekebun sayuran hidroponik di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah, Bustam Mongkoa, merasakan manisnya bisnis sayuran hidroponik.

Ia memilih sistem budi daya hidroponik lantaran eksklusif dan memiliki nilai jual tinggi. Bustam menanam aneka selada dan pakcoi di lahan 20 m x 50 m. 

Ia memasok perusahaan mitra di Morowali. “Perusahaan menghendaki pasokan kontinu,” ujar Bustam. 

Sementara permintaan sayuran hidroponik selalu meningkat. Bustam memutuskan bermitra dengan petani lain untuk menutupi kekurangan permintaan itu. 

Dari hasil perniagaan itu Bustam meraup omzet puluhan juta rupiah saban bulan. Harap mafhum pria 29 tahun itu rela meninggalkan pekerjaan sebelumnya di tambang dengan gaji yang cukup fantastis juga. 

Kali pertama Majalah Trubus menopikkan hidroponik sayuran pada 2014. Saat itu tren berkebun hidroponik sayuran tanpa rumah tanam alias lahan terbuka.

Petani mampu meraup laba lebih besar lantaran biaya produksi minim (baca Trubus edisi November 2014). 

Tren hidroponik tidak hanya di sayuran daun. Petani cabai di Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, Atmaja, juga menanam cabai hidroponik di dalam rumah tanam. 

Budi daya cabai hidroponik menggunakan sistem irigasi tetes. Foto: Dok. Trubus

Atmaja menggunakan sistem irigasi tetes hidroponik. Media tanam yang digunakan berupa 100% serbuk sabut kelapa. Kelebihan sistem irigasi tetes bisa menyalurkan air dengan mudah dibandingkan metode sumbu. 

Nutrisi AB mix yang diberikan mengalir secara otomatis sesuai durasi waktu yang diatur. Tanaman cabai mulai berbuah pada umur 60 hari setelah tanam (hst).

Sementara untuk persemaian menggunakan sistem hidroponik NFT. Ia mengandalkan sumber nutrisi yang mengalir dari 4 tandon. 

Perkembangan teknik hidroponik semakin berkembang pesat. Tidak hanya di dalam negeri. Sebagai contoh budi daya tomat ceri hidroponik.

Budi daya di dalam rumah tanam yang dilengkapi lampu ultraviolet. Tanaman tetap berproduksi menghasilkan buah pada musim dingin di Belanda (baca Trubus edisi Desember 2015). 

Pekebun sayuran hidroponik di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, Dianita Risky, juga merasakan manisnya bisnis sayuran hidroponik. 

Dianita mampu menghasilkan sayuran hidroponik bermutu tinggi dengan perawatan maksimal. Ia mengadopsi sistem hidroponik NFT dan irigasi tetes. Sama seperti Atmaja, alasannya NFT dan irigasi tetes memudahkan suplai air dan nutrisi di perakaran tanaman. 

Dianita membudidayakan berbagai sayuran seperti bayam brasil, kale, selada hijau, dan pakcoi hijau. Ia membangun instalasi hidroponik di dalam 4 rumah tanam. 

Menurut Dianita untuk menghasilkan sayuran bermutu tinggi perlu memerhatikan kebutuhan nutrisi tanaman. Apabila kebutuhan air dan hara terpenuhi maka sayuran bermutu dan seragam.

Ia menggunakan total dissolved solids (TDS) sebesar 800—1.500 ppm. Selain itu perawatan rutin setelah panen juga perlu diperhatikan. 

“Disiplin membersihkan instalasi setelah panen, sterilisasi rumah tanam, penyiangan gulma serta pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan untuk menjaga kualitas sayuran hiodroponik,” ujar alumnus Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, itu.

Tren sayuran hidroponik sebenarnya tidak untuk skala bisnis saja. Banyak masyarakat yang berhidroponik hanya untuk sekadar hobi. Mereka menanam beragam sayuran hidroponik di pekarangan rumah atau di atap rumah. 

Hidroponik sayuran turut mewarnai tren hobi pada saat pandemi Covid-19. Sama seperti yang dilakukan oleh mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) 2009—2014, Ignasius Jonan. 

Ia membudidayakan sayuran hidroponik untuk sekadar hobi. Jonan—sapaan akrab Ignasius Jonan— memanfaatkan dak rumah dan halaman sebagai lokasi budidaya beragam sayuran. 

Menurut Jonan modal berhidroponik skala hobi relatif terjangkau.  Modal yang dikeluarkan meliputi biaya pemasangan instalasi, benih, nutrisi, dan perawatan. 

Jonan menggunakan metode nirtanah untuk menanam beragam sayur seperti kangkung, pakcoi, dan selada. Ia memanfaatkan hasil panen untuk kebutuhan keluarga. 

Jonan juga membagikan hasil berkebunnya kepada tetangga dan kerabat. Menurut Jonan berhidroponik bisa menjadi pilihan kaum urban untuk bercocok tanam.

Kisah berhidroponik ala Jonan pernah diulas secara mendalam di rubrik sayuran (baca Trubus edisi November 2020). (Intan Dwi Novitasari/ Peliput: Muhamad Fajar Ramadhan, Widi Tria Erliana, dan Andari Titisari)

Artikel Terbaru

Kementan Pacu Transformasi Sawit Nasional Menuju 2045

Trubus.id— Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan kembali komitmennya untuk memperkuat kebijakan domestik kelapa sawit melalui peningkatan produktivitas hulu, percepatan hilirisasi,...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img