Kelebihan ikan mas punten berdaging banyak hingga 40%, plus cepat besar. Namun, genetika ikan itu bercampur dengan ikan mas lain. Periset kembali memurnikan.
Sosok ikan mas punten bertubuh buntak, kepala kecil, punggung tinggi tanpa punuk, dan berwarna hijau kelam. “Pertumbuhannya lebih cepat plus proporsi dagingnya lebih banyak dibanding dengan ikan mas lainnya,” ujar Iwan Susanto SPi, periset Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT), Punten, Dinas Perikanan dan Kelautan. Saat dewasa, bobot daging ikan mas punten mencapai 365 g dari bobot total rata-rata 1,1 kg.
Artinya, proporsi daging ikan itu tanpa kepala, sisik, usus, dan tulang mencapai 40,1%. Bandingkan dengan ikan mas lainnya yang rata-rata memiliki proporsi daging sebanyak 35%. Dengan jumlah daging yang lebih banyak, maka ikan mas punten sangat cocok sebagai ikan konsumsi. “Persentase daging yang banyak pada ikan mas punten tak lepas dari sosoknya yang gempal,” ujarnya.
Cepat
Nilai gizi ikan mas punten juga tinggi. Hasil uji proksimat atau pengujian untuk mengetahui seberapa besar kandungan nutrisi dalam daging Cyprinus carpio menunjukkan hasil yang baik. “Dari hasil uji proksimat menunjukkan bahwa setiap 100 gam daging ikan mas punten mengandung protein 16,881 %, lemak 9,214%, abu 0,979%, air 72,582%, dan karbohidrat 0,341%,” ujar Iwan Susanto. Selain itu ikan mas baru itu juga memiliki kelebihan lain, yakni percepatan tumbuh juga luar biasa.
Menurut Iwan Susanto pada umur 5 bulan bobot ikan mas punten mencapai 500 g atau sekilogram terdiri atas dua ekor. Sementara ikan mas lainnya baru berbobot sekitar 350 g atau per kilogram isi 3 pada umur yang sama. “Ikan mas punten lebih cepat besar jika diletakkan di daerah bersuhu panas,” ujarnya. Pada perairan bersuhu 250C lebih, pada umur 5 bulan bobot ikan mas punten sudah mencapai 1 kg.
Namun, Iwan Susanto belum mengetahui rasio konversi pakan (Feed Convertion Ratio, FCR) ikan mas punten. Hasil riset Farid Mudlofar, Erlinda Yurisinthae, Agus Santoso dari Universitas Tanjungpura menyebutkan FCR ikan mas 2. Beberapa peternak mampu menekan FCR hingga 1,2—1,5. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging menghabiskan 1,2 kg pakan selama periode budidaya.
Pengalaman Muhammad Badrudin di Gresik, Jawa Timur, ikan mas itu bahkan mencapai 1 kg pada umur 4 bulan. Suhu udara di Gresik yang rata-rata 26—310C, cocok untuk budidaya ikan mas punten. Namun, keunggulan secara genetik dibandingkan dengan ikan mas lain juga berpengaruh. “Sebelumnya saya membudidayakan ikan mas lain, tetapi bobotnya tak sampai 1 kg meski umurnya sudah 4 bulan. Yang ini (ikan mas punten, red.) lebih cepat besar dan dagingnya banyak,” ujarnya.
Sayang, saat panen, pembudidaya mina padi itu tak menimbang bobot daging ikan itu lantaran hanya untuk konsumsi pribadi. Ikan mas punten sejatinya bukan asli Punten, Kotamadya Batu, Jawa Timur. IBAT mendatangkan ikan mas punten dari Desa Kalima, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, sejak 1950. “Saat itu kami mendatangkan sebanyak 26 induk mas jantan dan 31 induk mas betina ukuran 20—30 cm,” ujar Iwan.
Pakan
Berawal dari pengadaan induk itu, kegiatan produksi ikan mas punten di IBAT Punten mulai beroperasi kembali hingga memiliki induk-induk ikan mas berjumlah ratusan pasang. Hasil pengujian daya adaptasi ikan mas punten menunjukkan ikan itu masih mampu bertahan hidup pada suhu 9oC dengan angka kematian 53,33 %. Namun, pada suhu itu, ikan mas tidak banyak melakukan pergerakan. Hasil uji itu juga menunjukkan bahwa ikan mas punten masih bisa hidup pada suhu tinggi.
Namun, tidak disarankan budidaya ikan mas punten pada suhu di atas 38oC. “Dari segi pH, ikan mas punten bisa bertahan hidup minimal pada pH 5 (53,33%) dan maksimal pada pH 9 (56,67 %),” ujar Iwan Susanto. Ikan mas punten aktif makan pada sore hari dengan kisaran suhu air berkisar antara 22-24oC (suhu di Punten). Ikan mas punten secara alami mencari makan pada tengah dan dasar kolam yang berlumpur.
“Ikan mas Punten memiliki mulut relatif besar dan dapat disembulkan sehingga memungkinkan ikan menggali lumpur di dasar perairan untuk mencari pakan,” ujar petugas IBAT sejak 15 tahun lalu itu. Pakan alami seperti azola juga digemari ikan mas punten. Sementara pada stadia larva, ikan itu mengonsumsi fitoplankton seperti Closterium sp, Nitzschia sp, Polycystia sp, dan Stentor sp dan beberapa jenis zooplankton antara lain Daphnia sp, Trigonophyxs sp, dan Chaetoceros sp.
Pada ukuran fingerling atau 5—8 cm pakan alami mulai bervariasi dan ukurannya juga beragam. Jenis pakan alami pada stadia ini antara lain jenis fitoplankton, zooplankton, dan bahan-bahan organik. Pada ukuran fingerling atau 8—12 cm pakan alami mulai bervariasi dan ukurannya juga beragam. Jenis pakan alami pada stadia ini antara lain jenis fitoplankton, zooplankton, dan bahan-bahan organik. Proporsinya zooplankton (44.44 %) dan fitoplankton (55.56 %).
Namun, kini ikan mas punten banyak tercampur dengan jenis ikan mas lain secara genetika, sehingga sulit mendapatkan ikan mas punten asli. Oleh karena itu, IBAT mendomestikasi plus memperbanyak ikan anggota famili Cyprinidae itu. IBAT mengoleksi kembali induk-induk ikan mas punten dari berbagai daerah seperti Blitar, Kepanjen, Kediri, Sragen, dan Punten sebanyak 60 ekor induk jantan dan 77 ekor induk betina.
Dari induk asal itu kemudian para periset memijahkan untuk pembentukan populasi generasi 0 (G0) hingga generasi 3 (G3). “Saat ini proses itu sedang berlangsung,” ujar Iwan Susanto. Dengan domestikasi itu para periset “melahirkan” kembali ikan mas punten bergalur murni. Ikan mas punten sebetulnya komoditas lama. Pada 1920-an para peternak sudah membudidayankannya. Kini para periset kembali memurnikan ikan mas punten. (Bondan Setyawan)