Total 13 komunitas pencinta satwa peliharaan berpesta di Indonesia Pet Expo 2018.
Sosok CC Jazzy mencuri perhatian. Kelinci jenis holland lop itu tampil elok. Bulu cokelat mengilap membalut tubuh kelinci jantan berumur 2 tahun. Tubuh CCJazzy juga proporsional, khas holland lop. Juri kontes, Agustina Arie Wardhani, mendaulat CC Jazzy sebagai best in show di kelas holland lop. Menurut Arie penampilan CC Jazzy paling seimbang dan sesuai dengan standar penilaian kesusaian ras holland lop.
“Pemilihan best in show bukan membandingkan antarjenis kelinci peraih best of the best (BOB). Tapi kelinci setiap ras yang menang best of best itu dipilih mana yang paling mendekati standar,” kata Arie. Menurut juri internasional itu, kelinci pemenang BOB ras holland lop paling mendekati standar American Rabbit Breeder Association (ARBA) dan seimbang sehingga layak mendapat best in show.
Kontes rutin
Pemilik CC Jazzy, Sitta Dewi, disiplin merawat kelinci hias itu. Sebelum kontes pehobi di Jakarta Selatan itu memotong kuku, membersihkan kuping, sekitar mata, dan merapikan bulu yang kotor atau kusut. Sitta juga memandikannya sepekan menjelang kontes. “Mandi kalau betul-betul butuh, karena pada dasarnya kelinci hewan bersih dan tak perlu mandi air,” kata Sitta.
Total 256 kelinci mengikuti kontes. Kelinci terbaik seluruh Indonesia berpartisipasi pada kontes yang diselenggarakan Indonesian Rabbit Society (IRS) itu. Menurut panitia kontes, Sugita Yohanes Hermantyo, peserta terjauh datang dari Makassar, Sulawesi Selatan. Panitia mendatangkan 3 juri kelinci internasional berlisensi ARBA, 2 juri asal Amerika Serikat dan 1 juri asal Indonesia.
Ketiga juri masing-masing memiliki penilaian berbeda dalam menentukan kelinci terbaik. Adu elok kelinci itu hanya bagian kecil dari acara di ajang Indonesia Pet Expo 2018, perhelatan tahunan sejak 2015. Penyelenggaran ekshibisi pada 2018 merupakan yang ke-3. Acara itu berlangsung di Indonesia Convention and Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai, Kota Tangerang Selatan, Banten, pada 7—9 September 2018.
Ekshibisi bagai pesta para pehobi satwa. Harap mafhum panitia menyelenggarakan beragam kontes dan pameran, kursus perawatan satwa, dan ragam seminar. Setidaknya ada 8 kontes yang dihelat pada ajang itu. Selain kelinci, panitia menggelar kontes kucing, anjing, berang-berang, burung paruh bengkok, dan reptil. Pada penyelenggaraan kali ini panitia mengadakan kontes tarantula. Penggemar satwa anggota famili Theraposidae itu kian banyak di tanah air (baca: “Tergoda Tarantula” halaman 56—58).
Propaganda kucing
Di ajang itu Indonesian Cat Association (ICA) pun mengadakan Propaganda Cat Show. Menurut panitia kontes kucing, Opoe Amsoel, ada 3 tingkatan kontes di ICA, yakni international cat show, national cat show, dan propaganda cat show. Perbedaannya hasil propaganda cat show tidak akan terakumulasi dengan poin kucing di Federation International Feline (FIFE).
Total 117 kucing berpartisipasi pada kegiatan itu. Mayoritas peserta dari Jakarta dan sekitarnya. Dua juri lokal menilai kucing partisipan. Amsoel yang berdomisili di Bali itu mengatakan kucing lokal atau kampung bisa mengikuti propaganda cat show asalkan terawat. Penilaian tentu tidak dicampur dengan kucing ras. Gelar best of best untuk kucing lokal terpisah dengan kucing ras.
Kucing persia bernama Kanakamaya David Beckham of Tripcats milik pehobi asal Kabupaten Garut, Jawa Barat, Moch Akbar Azzihad Mulyadi, terpilih menjadi best of the best. Menurut juri asal Bandung, Trilukito Priosembadha, “Secara keseluruhan juara di kategori satu lebih unggul dibandingkan dengan juara kategori lainnya. Jika ada akumulasi poin peraih best of best memiliki nilai tertinggi,” kata Trilukito.
Akbar tidak menyangka kucing persia 1,3 tahun miliknya menjadi best of the best. Musababnya waktu persiapan terbatas. Lazimnya Akbar mempersiapkan hingga 2 pekan, kini hanya 3 hari. Pehobi sejak 2015 itu memang intensif merawat kucing ras menjelang kontes. Biasanya 3—4 kali mandi dalam sepekan.
Akbar menggunakan 5—8 sampo di antaranya sampo anticendawan, nutrisi bulu, optimalkan warna, dan sampo untuk melembutkan. Adapun untuk bagian badan dan kepala menggunakan sampo berbeda agar tidak perih di mata. Akbar kerap membiarkan sampo hingga 4—5 menit agar meresap. Untuk pengeringan Akbar menyarankan agar bulu benar benar kering. Kurang kering bulu bisa menjadi gimbal. Jika pengeringan tidak benar bulu bisa menjadi hancur.
Anjing tangkas
Pencinta anjing juga “berpesta” dalam kontes agility atau adu tangkas anjing, freestyle, dan fashion show. Pada kontes ketangkasan total 21 anjing berpatisipasi. Kejuaraan itu special karena mengikutkan kelas pemula. Adapun anjing bukan ras bisa mengikuti kejuaraan. Menurut panitia acara, Andreas Boediman, ketangkasan adalah olahraga anjing yang paling simpel. Oleh karena itu, dibentuknya kelas pemula untuk memasyarakatkannya.
Menurut Andreas peraih best of best kelas profesional mendapat hadiah Rp5 juta dan kelas pemula Rp2.500.000. Penilaian oleh 2 orang juri, masing-masing dari Indonesia dan Malaysia. Peraih best of best jatuh pada anjing ras maltese berumur 3 tahun, bernama Rabbit. Juri menilai best of best dari kecepatan dan ketepatan waktu menyelesaikan lintasan. Menurut handler anjing itu, Supriyono, menangani anjing ras mungil lebih memudahkan.
Dari segi kecepatan tentu menangani anjing kecil lebih bisa mengimbangi. Jadi lebih mudah mengarahkan dari 1 alat ke alat lain. “Sebaliknya anjing besar membutuhkan kecepatan lebih lagi agar kita lebih dahulu saat mengarahkan,” kata Supriyono. Pria asal Bogor, Jawa Barat, itu mengatakan, kunci olahraga ketangkasan adalah bounding atau ikatan antara handler dan anjing.
Kontes parkit kali kedua diselenggarakan Indonesian Budgerigar Association (IBA) pada gelaran Indonesia Pet Expo 2018. Menurut panitia acara, Guteng Tri, kuota terisi penuh, 60 peserta terbagi menjadi 3 kelas, yakni kelas mutasi normal, mutasi dominan pied, dan mutasi spangle. Total ada 3 tahap penjurian, tahap pertama berupa penyaringan atau memeriksa fisik burung meliputi kebersihan, kelengkapan bulu, hingga kuku.
Artinya burung cacat terlarang ikut kontes. Tahap kedua penilaian mutasi untuk mengecek kesesuaian mutasi. Tahap ketiga penialaian best of the best. Juri kontes dari Bekasi dan Bogor—keduanya di Provinsi Jawa Barat, serta Jakarta. Rinciannya 3 juri penyaringan, 3 juri mutasi, dan 1 juri utama.
Peserta berasal dari berbagai kota seperti Jember, Provinsi Jawa Timur serta Jakarta dan sekitarnya. Burung peraih best of the best dari kelas mutasi normal merupakan silangan dari exhibition budgies atau parkit holland dengan wild tipe biasa. Juri kemudian mengadu para peraih juara kesatu di setiap kelas untuk mencari yang terbaik. “Persaingan ketat ada di mutasi spangle dan mutasi normal. Pesaing terdekat kalah karena kurang proposional, bentuk ekor sedikit turun,” kata juri utama, Sulis Hariyanto.
Adapun komunitas pencinta paruh bengkok Indonesian Parrot Lovers ambil bagian menyelenggarakan kontes fly to me atau free flight. Menurut Guteng penilaian free flight makin lama burung terbang makin bagus. Asalkan burung kembali ke pemiliknya. “Tidak boleh sampai hinggap di sembarang tempat,” kata Guteng. Kelas free flight terbagi ke small, medium, dan large parrot.
Guteng mengatakan, kunci dari free flight adalah lulut atau bounding antara burung dengan pemilik. Menurut panitia free flight, Bayu Joe, pada kejuaraan free flight 110 burung menjadi peserta. Burung paruh bengkok jenis blue and gold macaw berumur 2,5 tahun bernama Max menjadi yang terbaik di kelas large parrot. Burung juara milik pehobi asal Cirebon, Jawa Barat, Hendra Ruswanto. (Muhamad Fajar Ramadhan)
Daftar pemenang kontes klik disini