Monday, March 27, 2023

Jalan Berliku Buka Pasar

Rekomendasi
Pemasaran beras organik mula-mula terkendala pemahaman masyarakat yang belum kenal keunggulan beras sehat itu
Pemasaran beras organik mula-mula
terkendala pemahaman masyarakat yang
belum kenal keunggulan beras sehat itu

Para petani beras sehat merintis pasar dengan beragam jalan.

Matahari kian meninggi, tetapi beban Hadi belum berkurang. Sudah 4 jam ia menyusuri jalanan di Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Di pundak, ia memanggul sekarung beras sehat. Di dalamnya terdiri atas 10 kemasan masing-masing berbobot 5 kg. Peluh membasahi punggung Hadi. Hampir saja ia menyerah karena belum menemukan satu pun pembeli. Saat itu ia melihat restoran besar di tepi jalan. Harapannya muncul kembali karena teringat istri dan dua anaknya di rumah.

Hadi kembali menawarkan beras sehat kepada pemilik restoran itu. Namun, ketika ia menyebutkan harga, pemilik restoran menggeleng. Itu penolakan kesepuluh yang ia terima hari itu. Menjelang senja, ia baru bisa menjual beras sehat kepada sebuah restoran. Istilah beras sehat mengacu pada beras hasil budidaya organik, tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia. Batasan lain beras sehat, sesuai hasil riset Setyo Harini dan rekan dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,  kaya antioksidan dan rendah indeks glikemik.

Itulah sebabnya konsumsi beras sehat, antara lain beras merah dan beras hitam, terbukti aman bagi diabetesi (penderita diabetes mellitus) sekalipun. Berdasarkan hasil penelitian, nilai indeks glikemik beras hitam 19,04 dan beras merah 43,30. Indeks glikemik kedua beras itu tergolong rendah. Meski menyehatkan, saat itu—ketika Hadi menjajakan beras sehat—pada 2000, komoditas pangan itu memang belum sepopuler seperti sekarang. Itulah sebabnya hari itu Hadi pulang membawa peluh, sisa beras, dan kerugian karena menjual beras di bawah biaya produksi.

Titik balik

Mustofa Muhtarom di Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, juga melakukan sistem jemput bola untuk meraih pasar. “Di mana pun ada peluang menjual, kami datangi,” ujar petani yang sudah berorganik sejak 2002 itu. Contohnya pada 2003 Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto, mengimbau pegawai negeri membeli beras langsung ke petani. Mustofa pun menyambangi kantor-kantor pemerintahan Provinsi Jawa Tengah di kompleks Taru Budaya, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang.

Tujuannya satu: menawarkan beras sehat produksinya. “Saya sudah datang jam 7, padahal kantor buka sejam kemudian,” ujar Mustofa. Sudah begitu, ia harus berbusa-busa menjelaskan keunggulan produknya kepada para pegawai dinas. Namun, masyarakat yang saat itu belum memahami pentingnya mengonsumsi beras sehat hanya mendengar sesaat, lalu pergi. “Tak semua membeli, sebagian besar sangsi,” kata ayah dua anak itu. Lagi-lagi harga mahal menjadi alasan konsumen enggan membeli.

Kegigihan Mustofa mempromosikan beras sehat baru membuahkan hasil tiga tahun kemudian. Ketika itu, serombongan pegawai dinas mendatangi lahannya. “Mereka ingin memastikan proses budidaya, apakah benar organik atau tidak,” kata Mustofa. Setelah kunjungan itu, pesanan mulai rutin datang. Mustofa sampai terkaget-kaget ketika konsumen mulai meningkat. Kini beras produksinya bukan hanya beredar di lingkungan pemerintahan Kabupaten Semarang dan wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah. Masyarakat di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya pun memetik manfaat beras sehat Mustofa.

Ayah dua anak itu kini mampu memasarkan total 8 ton beras sehat terdiri atas 4,58 ton beras mentikwangi dan masing-masing 2,04 ton beras merah dan beras hitam setiap bulan. Petani padi sejak 1998 itu menjual beras mentikwangi Rp13.000, beras merah Rp14.000, dan beras hitam Rp25.000 per kg. Jika Mustofa menyasar pegawai, Hadi memilih kalangan akademisi. Setelah ditolak restoran, ia membidik kalangan dosen berbagai perguruan tinggi di Surakarta dan Semarang.

Alasannya, “Ilmuwan tentu bisa menghargai beras sehat daripada beras konvensional,” tutur kakek 4 cucu itu. Dugaannya tepat, para dosen tertarik membeli sekaligus meneliti beras organik miliknya. Satu per satu dosen melanggani beras sehat yang ia produksi. Kini ia justru kelimpungan menerima order dari dosen dan restoran-restoran yang menjual menu sehat. Bayangkan saja, satu rumah makan meminta pasokan hingga 100 kg per bulan untuk beras merah. Padahal, ada lima restoran yang harus ia pasok. Sementara total produksi di lahan Hadi hanya 6 ton per ha.

Ekspor

Lain lagi cerita Saeful Bachri. Ketua Gabungan Kelompok Tani Sistem Pertanian Organik (Gapoktan Simpatik) Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, itu menjadi pemasok eksportir beras sehat sejak 2009. Namun, jalan menuju ekspor tidaklah mudah. Awalnya, pemasaran beras sehat beredar dari mulut ke mulut di Tasikmalaya dan sekitarnya. Cara itu dirasa kurang efektif karena penyebaran informasi terbatas. Belum lagi pengetahuan warga yang kurang mengenai beras sehat.

Bersama anggota Gapoktan Simpatik, ia menyebarkan kesadaran berorganik ke seluruh lapisan masyarakat petani dan konsumen. “Tentara pun kami ajari cara budidaya organik,” ujar Saeful. Memang tidak semudah membalik telapak tangan, Saeful Bachri dan rekan lain di Gapoktan harus meyakinkan para petani tentang manfaat menanam dan mengonsumsi beras sehat. Mengubah kebiasaan turun-menurun bercocok tanam tidak mungkin hanya dalam hitungan hari. Saeful harus membuktikan bahwa ia tidak sekedar berteori.

“Perjuangan” memopulerkan pertanian sehat membawanya berkenalan dengan Solihin Gautama Purwanegara, sesama aktivis pertanian organik. Mantan gubernur Jawa Barat periode 1970—1974 itu kemudian mempertemukan Saeful dengan PT Bloom Agro, eksportir beras sehat ke Amerika, Jerman, dan Malaysia. Sejak Agustus 2009, PT Bloom Agro rutin meminta pasokan 60—160 ton beras sehat per tahun dari Saeful. Paiman Hadi Supadmo, Mustofa Muhtarom, dan Saeful Bachri membuktikan bahwa pasar beras sehat sejatinya terbentang luas. Syaratnya satu, mampu mencari celah untuk meretas aral. (Kartika Restu Susilo/Peliput: Rizky Fadhilah)

Previous articleAlfalfa Jawa Asal Iran
Next articleAndal Serap Polutan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Mengolah Singkong Menjadi Gula

Trubus.id — Gula cair dapat mudah dibuat dari hidrolisis pati. Sumber pati pun melimpah seperti singkong. Mengapa singkong? Singkong...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img