Tuesday, March 4, 2025

Karena Vanili Perlu Sandaran

Rekomendasi

Tepat memilih tajar menentukan keberhasilan memanen polong vanili.

Kebun Misbah menggunakan tajar kayu hidup.

Sebanyak 120 tanaman vanili berumur 3 tahun di kebun Aventinus Sadip merambati tiang kayu jabon, konang, dan luwi. Dua yang disebut terakhir adalah kayu lokal Pulau Flores. Tinggi tiang 2,5—3 m dengan diameter 7—10 cm. Pekebun di Desa Golopaku, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, itu menyatakan, penggunaan tiang membuat penanaman vanili fleksibel.

“Bisa tanam di mana saja dan kapan saja,” kata ayah 6 anak itu. Ia tidak khawatir soal naungan lantaran menanam di sela tanaman kayu di kebun 4 ha miliknya. Pohon kayu berbagai jenis berumur 4—10 tahun itu menyediakan cukup naungan. Sebelum rusak, jauh-jauh hari Aventinus menyiapkan tiang pengganti. Tongkat kayu berukuran sama ia tancapkan sedalam 20—30 cm berjarak 5 cm dari tiang lama.

Tumpukan bata

Vanili perlahan-lahan merambatkan akar napas ke tiang baru. Ia menggunakan cara itu sejak menanam vanili pada 2001. Jika menggunakan tajar pohon hidup, kepala Urusan Pemerintahan Desa Golopaku itu harus menanam pohon tajar dulu. Setelah pohon itu tumbuh setinggi minimal 2 m, barulah ia bisa menanam vanili. “Perlu setahun lebih lama sampai panen,” katanya. Artinya, paling cepat 4 tahun kemudian ia bisa menikmati panen.

Serabut kelapa awet dan menyediakan rambatan efektif di kebun Rudi Ginting.

Kelebihan lain menggunakan tajar tiang kayu, Aventinus tidak perlu rutin memangkas. Begitu tampak retakan atau gejala keropos, suami Maria Magdalena Mimi itu segera menancapkan pengganti. Ia memilih kayu yang utuh tanpa bekas serangan penggerek, keras, dan kering. Makin tua umur kayu, makin awet sebagai tajar.

Nun di Bondowoso, Jawa Timur, Rudi Ginting juga memanfaatkan tajar tiang. Bukan kayu, ia menumpuk bata lalu menancapkan serabut kelapa di atas tumpukan itu. Ketua Perkumpulan Petani Vanili Indonesia (PPVI) itu menyusun 4 bata berjajar, menumpukkan 4 bata lagi di atasnya, demikian seterusnya sampai tinggi tumpukan 50—60 cm. Posisi setiap lapis tumpukan bersilang dengan lapisan di bawahnya. Ia lantas menanam bibit vanili di kedua sisi tumpukan bata itu.

Pohon kelor bisa menjadi tajar hidup.

Di antara tiang penyangga, Rudi membentangkan kawat untuk menggantungkan serabut kelapa. “Serabut kelapa tahan cuaca dan menyediakan rambatan yang baik untuk akar napas vanili,” kata alumnus Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor itu. Jarak antartumpukan bata 1 m, seperti di lahan. Jajaran tajar bata itu dikelilingi mulsa jerami yang dibatasi serabut kelapa di tepi tumpukan. Jerami murah dan efektif menghambat gulma serta mempertahankan kelembapan.

Rudi menanam vanili dengan tajar bata itu dalam rumah tanam sederhana tanpa dinding. Tiang-tiang pipa PVC yang dicor semen untuk menyangga jaring peneduh 30% sebagai atap. Tiang cor itu juga bisa dipasangi sistem penyiraman untuk menyemprotkan air saat kemarau. Bangunan sederhana itu relatif murah ketimbang rumah tanam hidroponik atau tanaman hias karena tidak menggunakan dinding maupun atap permanen.

Awet

Di kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Misbah (80 tahun) memilih cara tradisional. Ia menggunakan pohon gamal atau randu sebagai tajar. Pohon-pohon tajar itu rutin ia pangkas agar naungan vanili tidak berlebih. Tajar pohon hidup itu mampu menahan vanili sampai umur belasan bahkan puluhan tahun.

Pekebun vanili di Bondowoso, Rudi Ginting.

Di kebun seluas 1.250 m² milik Misbah, tinggi maksimal batang pohon tajar dipertahankan hanya 2 m. Secara alami, vanili merambat ke atas. Itu sebabnya sebelum merambat naik, Misbah menarik lalu menjuntaikan sulur itu. Pengamatan Trubus, sebatang pohon tajar di kebun Misbah menopang hingga 5 lekukan sulur.

Menurut praktikus vanili di Bogor, Prof. Mesak Tombe, tajar vanili selain harus kuat juga tidak menjadi inang penyakit. Pohon-pohon cepat tumbuh seperti sengon, jabon, atau jati genjah juga jangan dijadikan tajar. Jenis pohon itu rakus hara sehingga menghambat pertumbuhan vanili. Pilihan tajar hidup yang baik antara lain gamal, randu, turi, atau kelor. Hindari lamtoro karena mengundang serangga perusak daun.

Pilihan menggunakan pohon hidup maupun tajar buatan kembali kepada kemampuan finansial calon pekebun. Menggunakan tajar hidup, pekebun harus menunggu 6—8 bulan. Jika memilih tajar buatan, modal awal yang pekebun belanjakan harus lebih banyak. Setiap pilihan mempunyai kelebihan dan kekurangan, tinggal menyesuaikan dengan biaya atau ketersediaan lahan. (Argohartono Arie Raharjo)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Inovasi Olahan Rumput Laut, Mi Hingga Agar Strip

Trubus.id–Usup Supriatna berhasil mengolah rumput laut menjadi produk inovatif berupa mi rumput laut dan agar strip. Mi rumput laut...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img