Peneliti di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Wendy Tri Prabowo, S.Pi., M.Sc., mengatakan jenis kerapu yang dibudidayakan antara lain tikus, macan, dan cantang. Yang disebut terakhir merupakan salah satu jenis kerapu paling populer. Pembudidaya kerapu di Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, Badi Cahyo, S.M., menggunakan kerapu cantang sejak 2013 hingga kini. Ikan itu terbukti laku di pasar dalam dan luar negeri. Eksportir langganan kerap memasarkan kerapu produksi Cahyo ke mancanegara.
Cantang merupakan ikan hasil pemuliaan BPBAP Situbondo. Ikan yang dirilis pada 2012 itu hasil persilangan dari induk kerapu macan betina dan induk kerapu kertang jantan. Tim peneliti menyatakan kelebihan cantang yakni pertumbuhan cepat, ketahanan penyakit lebih baik, serta lebih toleran terhadap lingkungan kurang layak dan ruang sempit. Kerapu cantang memerlukan waktu 20 hari untuk mencapai ukuran 3 inci dari ukuran tebar 1 inci.
Bobot cantang 100 g menjadi 1.000 g setelah 5 bulan pemeliharaan. Ikan itu juga bertahan hidup di air payau hingga laut. Tidak heran jika para pembudidaya kerapu di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, menagandalkan cantang sebagai sumber pendapatan. Di sana para pembudidaya memelihara cantang di tambak. “Budidaya kerapu di tambak lebih menguntungkan karena biaya operasional lebih rendah, mudah dipantau, dan mudah dikontrol,” kata Wendy. (Riefza Vebriansyah)