Trubus.id—Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada berinovasi mengembangkan alat deteksi dini rheumatoid arthritis (RA) melalui teknologi termografi inframerah untuk mendeteksi persebaran suhu pada telapak tangan.
Tim yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa itu Awaliya Shabrina, Laila Nur Rizqi Tasnimiyah, Javana Avita Prameswari, Amir Fren Afrizal, dan Muhammad Irfan di bawah bimbingan Dr. Eng. Ir. Prapto Nugroho, S.T., M.Eng., IPM.
ReuMate—nama inovasi—sebagai alat pendeteksi dini RA juga menggunakan teknologi machine learning yang terintegrasi mobile app.
Awaliya dan rekan membuat prototipe diagnosis RA yang dapat digunakan kapan dan di mana saja. Musababnya menutur Awaliya keterlambatan mendiagnosis RA berpotensi menyebabkan penurunan kualitas hidup hingga kecacatan permanen.
“Salah satu penyebabnya karena diagnosis yang terlambat dan kurangnya pengetahuan dan informasi terkait penyakit ini,” ujar Awaliya dilansir dari laman UGM.
Ia menuturkan pengembangan prototipe deteksi dini RA itu bersifat non invasive dan portable serta terintegrasi dengan metode termografi inframerah dan machine learning, karena untuk meningkatkan akurasi deteksi kondisi RA pada telapak tangan.
Alat bersutan Awaliya dan rekan juga menyajikan informasi edukasi terkait penanganan dan pencegahan penyakit RA. Menurut Awailya, inovasi itu memungkinkan untuk meningkatkan akses layanan kesehatan pada daerah terpencil.
“Adanya prototipe ini bisa digunakan di berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia, termasuk di daerah-daerah terpencil karena alat ini mudah untuk dibawa,” ujarnya.
Melansir pada laman UGM berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019 mencatat 18 juta otang hidup dengan rheumatoid arthritis.
Penyakit autoimun inflamasi sistemik kronis itu dapat mempengaruhi kualitas hidup, kehidupan sehari-hari, dan kegiatan sosial, karena menyebabkan peradangan dan kerusakan struktur sendi dan tulang.
Peradangan itu seringkali menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan kerusakan sendi secara permanen. Selain itu, RA sering kali tidak diketahui gejala dan penyebabnya.
Penemuan alat deteksi dini memungkinkan intervensi lebih awal, sehingga dapat memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup penderita RA.