Jenis lengkeng yang cocok untuk agrowisata.
Trubus — Orientasi untuk agrowisata menjungkirbalikkan pandangan pekebun terhadap lengkeng. Dulu keharusan memberikan perangsang untuk membuahkan lengkeng dianggap kelemahan. Tengok penangkar bibit lengkeng di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Isto Suwarno. Sejak 1999, Isto getol memperkenalkan lengkeng pingpong yang genjah meski tumbuh dari biji.
Seiring perkembangan, pingpong yang berbiji besar dengan daging buah tipis dan becek itu menjadi kalah populer dengan jenis lain yang muncul belakangan. Pandangan Isto terhadap lengkeng yang memerlukan perangsang pun berbalik sejak 2012. Semula hakul yakin dengan pingpong, ia banting setir menanam dan mempopulerkan itoh super—nama lain new kristal.
Hitung mundur
Keharusan aplikasi perangsang berbalik menjadi kelebihan bagi pekebun yang berorientasi agrowisata. “Pekebun yang menjadikan kebunnya tujuan agrowisata bisa mengatur pembuahan berturut-turut sehingga setiap saat ada buah,” kata direktur eksekutif Yayasan Obor Tani, Pratomo.
Yayasan Obor Tani mendorong penanaman lengkeng yang memerlukan perangsang, salah satunya new kristal. Untuk menajamkan perbedaan dengan itoh maupun kristal, Kementerian Pertanian memberi nama yang sama sekali baru kepada new kristal alias itoh super. Lantaran pohon induk tunggal (PIT) yang menjadi sumber bibit berada di Dukuh Kateki, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, jadilah disematkan nama kateki.
Lengkeng yang dikembangkan pembibit buah di Demak, Prakoso Heryono sejak 2007 itu berbuah 34 bulan pascatanam dengan produktivitas 50—70 kg per pohon (baca “Adu Unggul Lima Longan”, Trubus Februari 2015). Pekebun di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Mugiyanto, tidak keberatan dengan keharusan mengaplikasikan perangsang. Dengan cara itu, ia bisa menghitung mundur sehingga waktu panen tepat sesuai keinginannya.
Ketika reporter Trubus Sinta Herian Pawestri menemuinya akhir Februari 2019, petugas Bintara Pembina Desa (Babinsa) Borobudur Koramil 19 Borobudur Kodim 0705/Magelang itu menyatakan sedang mempersiapkan buah untuk menyambut libur Idul Fitri pada awal Juni 2019. Sebagai koordinator Kebun Lengkeng Borobudur, ia membina beberapa mitra yang tersebar di Borobudur dan beberapa wilayah lain Magelang—semua menanam kateki. Hal nyaris sama dilakukan bagian produksi Kebun Plantera Fruit Paradise, Ngebruk, Kendal, Jawa Tengah, Unggul Suroso.
Bedanya Unggul menanam 11.800 pohon lengkeng yang terdiri dari 4 jenis, yaitu BQ (bikyu), itoh, king long, dan petlong. Dengan perangsang, Unggul mengatur agar pohon lengkeng di lahan 60 ha itu berbuah bergilir. Maklum, kebun Ngebruk juga melayani agrowisata petik lengkeng. Memproduksi 470 ton lengkeng per tahun, Unggul juga memasok lengkeng untuk gerai Hortimart milik Plantera Fruit Paradise di Bawen, Kabupaten Semarang.
Pilih mutiara
Nun di Desa Nunuk, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pekebun buah H Urip Ibrahim memilih jenis berbeda. Pekebun yang mempopulerkan mangga agrimania itu memilih lengkeng mutiara asal Poncokusumo, Malang. Mutiara terbukti unggul. Biji relatif kecil dengan daging buah kering berkadar gula 23° briks (baca “Mutiara, Itohnya Poncokusumo”, Trubus Juli 2009).
Urip menanam mutiara bersamaan dengan itoh dan kateki. Ketika semua berbuah, produktivitas itoh dan kateki kalah dengan mutiara. Keunggulan lain mutiara yang membuatnya kian yakin, pohon tetap mengeluarkan tunas daun meski berbunga. “Pohon lebih cepat besar sehingga produksi pun cepat meningkat,” katanya. Itu sebabnya pria 52 tahun itu memilih memperbanyak pohon lengkeng mutiara. Dari semula hanya 52 pohon, ia menanam lagi 63 pohon di petak terpisah sehingga jumlah pohon lengkeng di kebunnya menjadi 115 batang.
Ketinggian kebun Urip di Kabupaten Indramayu hanya 200—300 m dpl sehingga mutiara perlu perangsang agar berbuah. Lantaran mutiara mampu berbunga sekaligus mengeluarkan cabang baru, Urip berani merangsang sejak pohon berumur setahun. Lazimnya pekebun merangsang lengkeng ketika umur pohon paling sedikit 2 tahun. Kini tren agrowisata berpihak kepada lengkeng yang memerlukan perangsang. Jenisnya, silakan memutuskan. (Argohartono Arie Raharjo/Peliput: Imam Wiguna & Sinta H. Pawestri)