Konsumsi daun zaitun memperkuat stamina.
Trubus — Rutin menyeduh daun zaitun setiap hari selama setahun terakhir, Belyntan, merasakan perbedaan. “Secara fisik lebih tahan banting. Saat orang lain flu, saya tidak,” ujar karyawan swasta di Jakarta. Sebelumnya, perempuan berusia 26 tahun itu mudah sekali tertular flu dan cukup lama sembuh. Ia tertarik mencoba teh daun zaitun setelah tahu salah satu khasiatnya adalah memperkuat sistem imun. Rasa yang tidak sepahit teh biasa membuat Belyntan ketagihan.
Apa itu teh daun zaitun? Selama ini bagian tersohor pohon zaitun sebatas buah atau minyak. Pohon Olea sp. itu dianggap hanya cocok tumbuh di kawasan Mediterania. Produsen bahan herbal di Katulampa, Bogor, Divine Herbal, menanam zaitun di Bogor, Jawa Barat pada 2012. Daunnya yang kaku dan tebal itu mereka olah sebagai minuman seduh yang dinikmati seperti teh Camellia sinensis.
Daun Tua
Pekerja kebun Divine Herbal menanam zaitun secara tumpang sari dengan stevia. Di polibag ukuran 50 cm x 60 cm, zaitun varietas black mission tumbuh setinggi 1,5 m. “Memang tidak ada buahnya, tapi daunnya bisa kita petik. Kalau menunggu berbuah bisa sampai 6 tahun. Itupun belum tentu berbuah,” kata bagian produksi Divine Herbal, Yuldi Bongga. Berbeda dengan teh, daun zaitun yang dipetik adalah daun tua dan biasanya terletak di bawah dekat media tanam.
Pemetikan dilakukan satu tangkai sekaligus. “Kalau dipetik satu per satu helainya, nanti tidak tumbuh daun lagi. Meskipun ada anakan daun di bawahnya, tapi akan sangat lama malah kebanyakan tidak tumbuh,” kata Yuldi. Ciri tangkai siap petik, jumlah daunnya cukup banyak dan mayoritas berwarna hijau tua. Zaitun hasil setek itu dapat mulai dipanen daunnya setelah berumur 2—3 tahun.
Pemeliharaan zaitun mudah. Pekerja kebun Divine Herbal menanam pohon anggota famili Oleaceae itu dalam media tanam berupa campuran sekam, pupuk kandang, dan tanah. Setiap polibag berisi 3—4 kg media tanam. Media tanam ia tambah setiap 6 bulan. Yuldi hanya menyiram 1—2 kali sehari tergantung intensitas sinar matahari. Pupuk kandang ia tambahkan secukupnya setiap 6 bulan.
Panen ketika tanaman berumur 2—3 tahun. Setiap pohon rata-rata dapat dipetik 5 tangkai menyesuaikan kondisi tanaman. Untuk menjaga kontinuitas produksi, Yuldi memanen 2—3 kali sepekan pada pagi hari. Pascapetik, mereka menyeleksi untuk menyingkirkan daun kering kecokelatan atau berlubang. Selanjutnya daun mereka cuci 2—3 kali lalu ditiriskan. Kemudian, daun zaitun dijemur dalam rumah pengering di tepi kebun.
Rumah pengering semipermanen itu berdinding plastik ultraviolet dengan atap fiber gelombang putih. Lama penjemuran menyesuaikan penyinaran matahari. Saat terik daun hasil pemetikan pagi bisa diangkat sore harinya. Jika perlu, pekerja membalik daun 2 kali sehari agar kering merata. Prinsipnya, kadar air maksimal sekitar 5%, ditandai dengan bunyi krek ketika daun diremas.
Antioksidan
Kadar air mempengaruhi ketahanan simpan daun zaitun. Dengan kadar air maksimal 5%, daun zaitun awet simpan sampai setahun. Syaratnya, pengemasan baik dalam wadah kedap udara dan diletakkan di tempat kering. Setelah kering, daun zaitun masuk proses pencacahan dan pengemasan. Divine Herbal mengemas daun zaitun menjadi 2 macam produk, yaitu seduh dan celup.
Budidaya zaitun tidak bebas dari masalah. Pengalaman Yuldi, ulat penggerek batang menjadi hama paling berbahaya. Ulat masuk melalui satu lubang kecil di bagian bawah batang dan menyerang dari dalam sehingga sulit untuk dikenali serangannya. Serangan parah menyebabkan batang pohon tiba-tiba patah karena berlubang di bagian dalamnya. Penanganannya secara mekanik, dengan membuang satu per satu. Belalang dan burung pemakan daun juga menjadi hama yang perlu diwaspadai meskipun serangannya tidak terlalu signifikan.
Periset dari Belgia, N. Guerrero Maldonado dan rekan mengamati zaitun yang tersebar di Eropa. Mereka menemukan bahwa khasiat daun zaitun lantaran komponen antioksidan fenol dan flavonoid, di antaranya berupa oleuropein dan pinoresinol. Jenis dan kadar fenol dan flavonoid berbeda-beda tergantung faktor lingkungan, seperti iklim, cara penanaman, proses pemanenan, dan habitat tumbuh.
Sebagai perbandingan, periset di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Carin Herina dan Nadia Khairunnisa, menemukan bahwa daya antioksidan daun zaitun sedang, sementara vitamin C kuat. Konsumsi daun zaitun yang diproses secara alami tanpa penambahan bahan apa pun lebih sehat dibandingkan dengan vitamin C tablet. Apalagi manusia moderen terus-menerus terpapar radikal bebas, baik dari udara maupun asupan. (Sinta Herian Pawestri)