Trubus.id—Tanaman fikus memiliki daya hidup tinggi, perawatan mudah, bersahabat dengan air, tidak dicuri orang, dan bermanfaat untuk lingkungan. Beberapa fikus yang lazim berada di sumber air yakni beringin (Ficus benjamina), beringin walik (Ficus kurzii), dan gondang (Ficus variegate).
Jenis fikus kian beragam misalnya leses (Ficus albipila), beringin kimeng (Ficus microcarpa), Ficus brussi, dan karet kebo (Ficus elastica). Jenis lain ancak (Ficus rumphii), bodhi (Ficus religiosa), dan abar (Ficus saxopila).
Menurut Direktur Pusat Ficus Nasional (PFN), Eko Widodo, S.P., leses termasuk langka. Pohon yang bisa setinggi 40—45 m itu berbatang putih lurus dan cabang tumbuh langsung tegak. Akar banir leses kurang dari 5 m, ranting muda berambut sangat halus, agak rapat, dan putih.
Salah satu pendiri Pusat Ficus Nasional (PFN) dr. Ari Purnomo Adi, menuturkan bahwa di Cagar Alam (CA) Manggis Gadungan hanya ada 2 leses dan tidak ada anakannya. Semula belum ada yang bisa memperbanyak pohon yang menggugurkan daunnya secara musiman itu.
“Beruntung ada relawan yakni Mas Rudi berhasil menyemaninya. Alhamdulillah leses sudah tersebar ke wilayah lain di Pulau Jawa,” kata Eko.
Beringin kimeng menarik perhatian Eko karena memiliki varian lumayan banyak. Tanaman itu bisa disebut kimeng, dolar, elegan, preh, dan iprik di dunia pebonsai. Karakter umum beringing kimeng yakni berupa semak atau pohon setinggi 30 m.
Eko menuturkan tanaman itu termasuk hemi epifit atau terestrial. Ranting muda gundul dan sedikit berambut putih sangat halus. Yang tidak kalah menarik yakni Ficus brussi dari Papua. Eko menyenangi pohon yang bisa setinggi 13 m itu karena memiliki daun unik yang tidak seperti jenis fikus di Pulau Jawa.
Daun pohon bercabang jarang itu tersusun spiral serta berukuran panjang 40—80 cm dan lebar 30— 65 cm. Tekstur daun tanaman yang memiliki getah putih dan banyak itu seperti kulit dan kertas.
Daun F. brusii rapuh saat kering. Adapun daun dewasa tanaman yang memiliki ranting muda silindris hingga agak silindris itu berbentuk menjorong dan agak membundar seperti telur.
Eko kepincut karet kebo lantaran memiliki varian banyak. “Selain untuk tanaman konservasi juga sebagai tanaman hias. Baik yang karet kebo merah serta karet kebo hijau 2 warna atau 3 warna,” kata anggota staf Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Pengelolaan Hasil Hutan (PPHH), Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, itu.
Alasan tertarik dengan ancak, bodhi, dan abar karena ketiga tanaman itu sepintas memiliki daun yang mirip. Daun ancak tersusun spiral dan bertekstur seperti kulit. Bentuk daun dewasa membundar telur lebar dan menjorong.
Meski daun hampir sama, tetap ada perbedaan antara acak dan bodhi. Bedanya ujung daun ancak meruncing pendek atau tak ada. Selain itu pangkal daun ancak selalu menjantung, sedangkan bodhi kerap rata atau sedikit menggantung.
Untuk mengetahui jenis fikus yang sudah terdata, masyarakat bisa mengunjungi laman daring https://masficusid.wordpress.com/. Laman itu merupakan karya dosen Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Dr. Karyadi Baskoro, S.Si, M.Si.
Semua pihak tergerak mengembangkan fikus demi masa depan yang lebih bagus. Baca juga Menjaga Fikus Demi Masa Depan Terurus.