Tuesday, March 4, 2025

Mengolah Limbah Kulit Kopi Menjadi Briket

Rekomendasi

Trubus.id — Lazimnya limbah kulit kopi hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk. Namun di tangan Muhamad Ravin, limbah kopi diolah menjadi briket. Ravin tertarik memproduksi briket kulit kopi karena saat panen raya limbah itu melimpah.

Ravin menjadi produsen briket di Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi, sejak Juli 2021. Kabupaten Banyuwangi termasuk salah satu sentra kopi. Perkebunan kopi terbesar di Bumi Blambangan—julukan Kabupaten Banyuwangi—yaitu perkebunan kopi Malangsari di Desa Kalibaru Kulon, Kecamatan Kalibaru seluas 2.600 hektare (ha).

Perkebunan itu mengekspor lebih dari 1.435 ton kopi ke berbagai negara. Tingginya produksi kopi menyebabkan limbah berupa kulit kopi sangat besar yakni 40 ton per tahun. Belum lagi limbah dari daerah lain yang juga sentra kopi di Banyuwangi, yaitu Kecamatan Songgon, Licin, dan Kalipuro.

Menurut Ravin meskipun selama ini limbah kulit kopi sudah diolah menjadi pupuk dan pakan ternak, tetap saja limbah kulit kopi belum terserap. Jumlahnya masih berlimpah dan dibuang begitu saja.

Menurut dosen Departemen Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, drh. Bodhi Agustono, S.K.H., M.Si., jika dibiarkan maka limbah menumpuk dan mencemari tanah karena bersifat masam. Limbah yang membusuk juga memicu timbulnya penyakit. Potensi limbah kulit kopi mencapai 50—60% dari bobot utuh.

Ravin lalu pergi ke Glenmore dan Kalibaru untuk berburu bahan baku. Di sana banyak komunitas petani kopi yang menjual limbah kulit kopi Rp1.500 per kg. “Waktu itu beli satu mobil pikap,” kata pria 24 tahun itu.

Setelah itu Ravin menjemur bahan baku hingga benar-benar kering. Jika kurang kering bahan baku berjamur dan meninggalkan bau tak sedap. Ia lalu menggiling kulit kopi menjadi serbuk agar lebih halus.

Kemudian ia menggiling kulit kopi lagi dan mencampurnya dengan kanji sebagai perekat agar bisa dikempa. Kebetulan seorang rekan mempunyai alat pengempa sederhana dan dapat digunakan untuk membuat briket.

Meski dengan alat sederhana ia sukses membuat briket berbentuk kotak berukuran 2,5 cm × 2,5 cm. Ravin mencetak lalu menjemur briket di bawah matahari selama 2 hari. “Jika mendung saya mengeringkannya dengan oven,” kata Ravin.

Setelah benar-benar kering, lalu Ravin mengemas briket kulit kopi dalam plastik dan kertas. Ravin memproduksi 10 kg briket dari 13 kg kulit kopi setiap pekan. Ia menjual briket kulit kopi Rp10.000 per kg sehingga pendapatan Ravin Rp500.000 per bulan.

“Produksinya masih sedikit karena saya dan rekan-rekan masih kuliah. Jadi, kami mengerjakannya saat akhir pekan,” tutur Ravin.

Belum lagi alat kempa yang masih sederhana sehingga membutuhkan waktu lama untuk membuat briket. Pemuda itu menjual briket secara daring dan dititipkan ke toko-toko kelontong. Selain itu ia juga menjual briket kulit kopi ke warung-warung satai dan ikan bakar.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Meningkatkan Produktivitas dan Kesehatan: Unsoed Teliti Green Super Rice dan Beras Hitam

Trubus.id–Dosen Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S., mengembangkan varietas unggul padi Green Super Rice (GSR). Menurut...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img