Karat puru mengintai sejak pembibitan. Mindi manjur mengatasinya.
Karat puru menjadi momok pekebun sengon sejak pembibitan. Pohon dewasa pun tidak luput dari ancaman cendawan Uromycladium tepperianum itu. Periset di Departemen Silvikultur Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Dr. Ir. Sri Rahayu, MP, mencatat laporan penyakit karat muncul pada 1996 di Pulau Seram, Provinsi Maluku. Pada 2005 penyakit itu menjadi wabah di sentra sengon Jawa, terutama Jawa Timur. Beberapa tahun kemudian menyusul Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Iklim lembap, sering berkabut, dan sinar matahari menjadi pemicu penyebaran karat tumor itu. “Ancamannya meningkat seiring pergeseran iklim yang menyebabkan periode panas pada musim hujan atau hujan saat kemarau,” kata Yayuk—panggilan Sri Rahayu. Alumnus program doktor Universiti Putra Malaysia itu menyatakan, kelembapan tinggi akibat hujan atau kabut plus suhu hangat sinar ma tahari mempercepat pertumbuhan cendawan. Angin menyebarkan spora cendawan dan menginfeksi pohon di sekitarnya.
Daun mindi
Serangan gall rust di pohon besar sulit dideteksi secara dini. Puru—gumpalan menyerupai tumor pada manusia—akibat cendawan muncul di dahan tinggi dan berpotensi menyebar ke pohon lain. Dampaknya, pertumbuhan pohon melambat dan membengkok sehingga nilai jual pun anjlok. Menurut Yayuk, tanpa penanggulangan, karat puru bisa merusak 60% sengon dalam satu luasan. Namun kalau serangan terjadi pada pembibitan, “Kematian bisa 100%,” katanya.
Maklum, lingkungan pembibitan yang menggunakan sungkup atau jaring peneduh cenderung lembap. Kondisi itu ideal untuk perkembangan cendawan. Kerapatan penanaman di pembibitan juga jadi pemicu. Sebatang bibit yang terpapar cendawan karat cukup untuk menulari semua bibit.
Gejala dini serangan karat di bibit adalah garis putih memanjang di permukaan daun. Akibatnya daun keriting dan kaku serta mudah rontok ketika tersentuh. Mahasiswi Program Studi Biologi Universitas Pakuan, Bogor, Fiona Azzahro dan Tri Saptari Haryani, membuktikan daun mindi Melia azedarach mampu menghalau perkembangan cendawan penyebab puru. Mereka mengamati efektivitas larutan fungisida daun mindi dengan 4 konsentrasi berbeda dalam 2 liter air. Kandungan daun mindi dalam larutan berturut-turut 100, 150, 200, dan 250 gram.
Fiona dan Tri mengangin-anginkan daun mindi segar sampai agak kering, menimbang, lalu memblender dengan menambahkan 2 liter air. Hasilnya mereka saring untuk disemprotkan ke bibit sengon. Keduanya menyiapkan larutan biang cendawan dengan populasi spora minimal 100.000 spora per cawan pengamatan. Dengan kuas, mereka mengoleskan larutan itu ke bibit sengon umur 15 hari di percabangan pucuk tunas dan semua daun. Hasilnya, spora mempenetrasi jaringan daun 48 jam pascapengolesan.
Tujuh hari pascapengolesan cendawan, seluruh bibit menunjukkan gejala serangan. Hari itu, bibit terserang disemprot larutan daun mindi seminggu sekali sampai 7 kali. Hari ke-56, hasilnya diamati. Bibit yang tidak disemprot daun mindi terserang karat di 19% bagian bibit. Penyebaran karat terkecil, 8,1%, ditemukan pada bibit yang disemprot fungisida daun mindi 200 g. Sementara itu bibit yang disemprot dengan fungisida daun mindi 250 g malah mengalami serangan karat tumor hingga 10,4%.
Asam salisilat
Fiona dan Tri menyatakan daun mindi mengandung azadirachtin, nimbin, dan nimbidin, yang semuanya bersifat antimikrob. Kandungan lain daun mindi adalah zat margosin yang mengandung belerang. Unsur serupa menjadi andalan bahan aktif fungisida komersial di pasar lantaran bersifat fitotoksik. Bahan itu bekerja menghambat pertumbuhan cendawan dengan membentuk gas. Itu sebabnya efek fitotoksik belerang agak lambat, berbeda dengan logam berat. Namun, logam berat tersimpan selamanya dalam jaringan tanaman, sedangkan gas belerang bakal lepas ke udara.
Menurut pakar pertanian di Jakarta, Ir. Yos Sutiyoso, sejatinya semua tanaman melindungi diri dari serangan cendawan dengan membentuk asam salisilat. Dalam artikel Salicylic Acid di laman Encyclopaedia Britannica, guru besar kimia di Wisconsin, Amerika Serikat, Prof. William H. Brown menyatakan belerang bahan antara untuk membentuk asam salisilat. Itu menjelaskan efektivitas daun mindi menghambat perkembangan cendawan karat tumor. Mulai sekarang, tanamlah mindi sebelum menanam sengon. (Argohartono Arie Raharjo)