Trubus.id—Pasar lokal dan mancanegara menggandrungi bisnis gabus hias. Pantas saja gabus hias menajdi sumber cuan untuk Ali Abdul Latif. Penangkar gabus hias sejak 2020 itu rutin memasok 4.000—5.000 burayak gabus berukuran 3—5 cm (umur 3—4 pekan) saban bulan ke pengepul di Jakarta dan sekitarnya.
Jenisnya beragam antara lain Channa andrao, Channa asitica, dan Channa pulchra. Ibong—panggilan akrab Ali Abdul Latif—menjual gabus hias secara borongan (500—1.000 ekor per penjualan) seharga Rp5.000—Rp10.000 per ekor. Omzet Ibong dair bisnis gabus hias Rp20 juta per bulan.
Pasokan itu berasal dari 15 pasang induk tersebar di 4 petani mitra. “Terpenting ikan sehat, bergerak aktif, dan ekor tidak turun pasti terserap pasar,” kata Ibong.
Sejatnya permintaan gabus hias melebihi kapasitas produksi kolam milik ibong. Andai ada tambahan 1.000 burayak saban bulan pun pasar masih bisa menyerap. “Bisa dibilang tren gabus hias mirip tren lou han pada 2000-an, indikatornya anak sekolah dasar (SD) pun sudah mengenali gabus hias,” kata Ibong.
Tabel Kelas Gabus
Menurut Ibong biaya perawatan indukan gabus hias 5 pasang dan pembesaran burayak sekitar Rp500.000— Rp1 juta per bulan. Mayoritas biaya itu untuk pembelian pakan seperti jangkrik, cacing sutra, udang, dan artemia untuk pakan burayak.
Perawatan gabus hias memang relatif ekonomis dibandingkan dengan ikan hias lainnya. Pasalnya ikan anggota famili Channidae itu pun tetap sentosa di akuarium meski tanpa tambahan aerator sehingga lebih irit biaya listrik.