Trubus.id—Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Syariful Mubarok, M.Sc., Ph.D., meneliti cara mengoptimalkan pertumbuhan tanaman anggrek.
Riset itu mengenai efek kombinasi NPK dan BAP (benzyl amino purin) dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif anggrek cattleya.
Syariful menjelaskan bahwa NPK adalah pupuk majemuk yang mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium, yang berfungsi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, seperti meningkatkan ukuran daun dan tinggi tanaman.
Sementara BAP adalah zat pengatur tumbuh yang termasuk dalam golongan sitokinin, berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan tunas.
“Setelah kita aplikasikan sitokinin, mungkin biasanya dari satu tanaman hanya satu saja yang muncul, kita optimalkan menjadi tiga tunas baru. Dengan pertumbuhan tunas baru tanaman akan lebih rimbun dan potensi pembungaan akan lebih banyak,” ungkap Syariful pada siaran Kanal YouTube Unpad.
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa penelitian itu juga melibatkan kolaborasi dengan salah satu Universitas di Thailand, yang juga berfokus pada pengembangan tanaman hias anggrek. Selain itu, salah satu produsen pupuk turut berperan dalam formulasi nutrisi untuk penelitian itu.
“Jadi sekarang kita fokusnya di vegetatif, bagaimana untuk meningkatkan pertumbuhan tunas ini, setelah tunasnya banyak baru kita inisiasi pembungaan supaya cepat berbunga, nah itu komposisi pupuknya akan berbeda,” ujar Syariful.
Ia menuturkan salah satu tujuan jangka panjang dari penelitian ini untuk menghasilkan produk pupuk yang menggabungkan unsur pupuk dan zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam satu formula.
Dengan cara itu, aplikasi pupuk dan ZPT dapat dilakukan secara efektif dan efisien dalam satu kali penggunaan. Harapannya dapat membantu mempercepat proses pertumbuhan anggrek secara lebih praktis.
Anggrek Cattleya
Menurut Syariful anggrek Cattleya dipilih sebagai objek penelitian karena memiliki peminat yang tinggi dan bunga yang sangat khas—besar dan harum. Bunga Cattleya biasanya hanya mengeluarkan dua hingga tiga bunga per tangkai, namun ukurannya sangat besar.
Ia menuturkan bahwa manfaat penelitian itu salah satunya untuk membantu petani anggrek, agar tanaman mereka lebih subur dan menghasilkan lebih banyak tunas, sehingga mereka bisa memperoleh keuntungan lebih dari penjualan tanaman anggrek.
“Para petani atau penggemar anggrek sering kali mengeluhkan pertumbuhan tanaman yang lambat dan sulit berbunga,” ungkap Syariful.
Untuk prosedur penelitian ia dan tim memberikan perlakuan (treatment) yang berbeda-beda pada tanaman anggrek, antara yang menggunakan kombinasi pupuk dan zat pengatur tumbuh dan yang tidak.
Dua cara aplikasi diterapkan: pertama, dengan menyemprotkan pupuk pada tanaman. Kedua dengan langsung menempelkan kapas yang telah diberikan ZPT ke tunas anggrek. Dengan cara ini, diharapkan tunas-tunas baru dapat tumbuh lebih cepat dan lebih banyak.
Syariful menuturkan tantangan dalam penelitian itu seperti Cattleya yang membutuhkan suhu yang tidak terlalu tinggi, sehingga untuk faktor lingkungan harus memodifikasi kondisi greenhouse selama penelitian.
“Mungkin tanaman ini sedikit rewel, karena terlalu banyak air akan busuk dan kurang air akan mengkerut, itu tantangannya. Kita harus mencari lagi selain penelitian ini masih banyak penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan lingkungan tumbuhnya,” ungkapnya.
Selain itu, penelitian ini juga melibatkan mahasiswa S1 yang sudah lulus dan saat ini, penelitian tersebut sedang dikerjakan oleh mahasiswa S3. Rencana ke depan juga mencakup komersialisasi produk pupuk yang telah dikembangkan setelah memperoleh izin edar.
“Penelitian lebih lanjut mungkin juga akan melibatkan anggrek spesies lainnya, dengan harapan bisa memberikan manfaat yang lebih luas, baik untuk penggemar tanaman maupun untuk industri,” ungkap Syarifudin.
Ia menuturkan ke depannya, mungkin penelitian itu akan dilanjutkan dengan fokus pada arah generatif atau pembungaan anggrek. Setelah tanaman Cattleya mencapai usia 1,5 tahun, tahap selanjutnya adalah mempercepat inisiasi pembungaan.