Akuaponik terbaru, panen empat komoditas sekaligus.

Iman Kusmanto memungut 3 telur ayam di lantai 3 rumahnya setiap pagi. Ia juga menghasilkan sayuran dan ikan sekaligus. Ketiga komoditas itu hasil budidaya akuaponik berukuran 1 m x 0,5 m dengan tinggi 1,5 m. Jika lazimnya akuaponik hanya terdiri atas ikan dan sayuran, Iman menambahkan tiga ayam petelur pada akuaponik rancangannya. Ayam menghasilkan telur dan daging.
Itulah sebabnya warga Pulomas, Jakarta Timur, itu menyebut akuponik 4 dalam satu atau four in one. Sebab, ia bisa menuai 4 komoditas sekaligus dari sebuah unit akuaponik. Iman menempatkan kandang ayam di atas kolam, sedangkan posisi rak sayuran paling atas agar mendapat sinar matahari secara langsung. Pria kelahiran Mei 1965 itu menggunakan besi siku berlubang untuk mempermudah merangkai dan menata ketinggian rak sayuran.
Pertanian terpadu
Semula Imam menghadapi masalah kotoran ayam yang mencemari kolam sehingga cepat kotor. Ayah tiga anak itu mengatasi masalah itu dengan memanfaatkan kotoran ayam untuk media pembiakan larva lalat—pakan ayam atau ikan. Ia menampung kotoran itu di sebuah wadah sesuai ukuran kandang berukuran 100 cm x 50 cm. Kotoran ayam itu mengundang black soldier fly atau lalat hitam.
Kelebihan larva lalat itu berukuran lebih besar dan kandungan nutrisinya bagus. Imam memanen larva lalat itu dan memberikan kepada ikan atau ayam. Ia juga bisa memanen kepompong untuk pakan ayam. Untuk memudahkan panen, Iman melengkapi wadah itu dengan pipa polivinilklorida berdiameter 0,5 inci. Larva mencari tempat yang kering untuk berubah menjadi kepompong sehingga akan masuk ke pipa itu.

Di ujung pipa ia meletakkan jebakan untuk memanen kepompong lalat. Ia memanfaatkan media bekas budidaya larva lalat sebagai media budidaya cacing—juga pakan ikan dan ayam. Dengan tambahan pakan itu mengurangi konsumsi pelet untuk ayam dan ikan, selain itu juga menambah nutrisi. Media bekas budidaya cacing sangat subur, sehingga bermanfaat sebagai pupuk tanaman sayuran.
Karena kalau hanya mengandalkan kotoran ikan, nutrisi untuk sayuran kurang terpenuhi. Akuaponik model Imam bak pertanian terpadu dalam skala kecil. Imam menggunakan plastik bening tebal untuk kolam budidaya ikan. “Bila menggunakan kaca atau mika harganya sangat mahal,” kata Iman. Kebutuhan oksigen ikan terpenuhi hanya dengan memerlukan 1 pompa akuarium kecil untuk sirkulasi dan filter air.
Pengairan untuk sayuran cukup sekali sehari pada pagi dan sore masing-masing selama 15 menit. Nutrisi untuk sayuran hanya murni menggunakan air bercampur kotoran ikan dari kolam dan pupuk dari kompos cacing tanpa penambahan pupuk kimia. Imam memompa air dan kotoran ikan ke rak sayuran. Sayuran akan menyerap amonia—racun bagi ikan—sebagai nutrisi. Kemudian air yang sudah bersih kembali lagi ke kolam ikan begitu seterusnya.

Menurut Fiscer Ahmad kaftaru, pegiat akuaponik di Desa Susukan, Bojonggede, Kabupaten Bogor, teknik akuaponik lebih efisien karena untuk memenuhi nurtisi tanaman cukup dengan kotoran ikan. Sistem akuaponik yang dikembangkannya hanya menambahkan probiotik pada kolam yang berfungsi untuk mengurai kotoran ikan dan sisa pakan menjadi sumber nutrisi tanaman. Selain itu akuaponik tidak membutuhkan lahan yang luas, “Yang penting sistem sirkulasi, penyaringan air, dan proses penguraian kotoran ikan berjalan baik,” kata Fiscer.
Komoditas cadangan
Menurut Kepala seksi Kerja sama, Pelayanan, dan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (KSPP BPTP) Provinsi DKI Jakarta, Dr Yudi Sastro SP MP, sejatinya amonia dari kotoran ikan cukup untuk menyokong kehidupan tanaman, terutama sayuran daun. Menurut Yudi tangki air berisi 100 ikan berbobot 200—250 g menghasilkan nutrisi yang cukup untuk sayuran daun di lahan 16 m².
“Kompos hanya menjadi penyangga kalau sewaktu-waktu sebagian ikan dipanen,” kata doktor Mikrobiologi alumnus Universitas Gadjah Mada itu. Karena diperuntukkan di lahan terbuka, Iman melengkapi perangkat akuaponik miliknya dengan kasa. Kasa untuk mengamankan sayuran dari serangan hama. Menurut Iman teknik akuaponik 4 in 1 ini solusi pertanian pada umumnya karena lebih menguntungkan. Bila salah satu produk gagal panen masih ada produk lain yang menjadi cadangan. (Muhammad Awaluddin)