Trubus.id—Pembenihan nila sistem corong kali pertama diperkenalakan Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujungbatee, Bandaaceh, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sistem itu membuat jumlah produksui meningkat.
Benih nilai salin—hidup di air yang mengandung garam hingga 20 ppt, dapat diproduksi 10—15 hari. Metode corong karena dalam memproduksi benih nila, lembaga itu menggunakan corong berbahan serat kaca berdiameter 20 cm dan tinggi 60 cm sebagai wadah penetasan telur.
Bagian dasar corong melengkung sehingga tanpa sudut. Corong itu menggantikan fungsi mulut induk nila betina. Dalam memproduksi benih, yakni dengan menangkat induk betina yang sedang mengerami telur pada mulutnya.
Penangkapan menggunakan serok kasar pada lapisan pertama, lalu dibalut serok lembut di lapisan kedua. Tujuannya untuk mencegah telur atau benih yang dimuntahkan induk jatuh ke dalam air.
Menurut peneliti Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) di Sukabumi, Jawa Barat, Ade Sunarma, S.Pi., M.Si., teknik penetasan dengan sistem corong sebetulnya juga dapat diterapkan dalam memproduksi benih ikan lain, seperti patin dan lele.
Produksi Benih Nila Sistem Corong
- Serok induk betina yang mengerami telur dengan serok kasar pada lapisan pertama dan serok lembut pada lapisan kedua. Lakukan penyerokan pada pukul 09.00—10.00.
- Tumpahkan telur dari mulut induk ke dalam serok lembut.
- Keluarkan telur dari serok lembut ke dalam nampan plastik.
- Bersihkan kotoran telur yang tidak dibuahi dan larva mati atau lemah.
- Masukkan telur hasil sortasi ke dalam corong. Tingkat kepadatan telur maksimal 500—1.000 butir telur per liter air.
- Alirkan air ke dalam corong secara kontinu. Untuk nila salin tambahkan garam pada air dengan konsentrasi 10—20 ppt. Telur menetas dalam waktu 1—4 hari. Pemanenan dapat dilakukan mulai hari ketiga setelah menetas.