Trubus.id—Pendampingan yang melibatkan multipihak pada budidaya meningkatkan produksi dan mutu kakao. Pekebun kakao di Desa Sajau Metun, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, Tinus Terang misalnya.
Semula Tinus gagal memanen buah kakao sejak 2017. Harap mafhum 50 tanaman Theobroma cacao itu jarang mendapat perawatan karena hasil penanaman orang tua Tinus sejak 10 tahun silam.
Kini Tinus menuai 40 kg biji kering fermentasi per bulan. Harga kakao beberapa bulan terakhir mencapai Rp60.000—Rp70.000 per kg biji kering fermentasi sejak Februari 2024. Bahkan Tinus mendapat harga jual Rp90.000 per kg biji kering pada Mei 2024.
Ia mendapat bantuan penanaman bibit kakao dari PT Pesona Khatulistiwa Nusantara (PKN). Tinus mengganti tanaman tua dengan 300 kakao jenis Sulawesi 1 dan Sulawesi 2 di lahan sehektare (ha). Panen perdana 3—5 tahun dengan 230 tanaman produktif.
“Tanaman lain ada yang terserang hama,” kata ketua Kelompok Kakao Sajau itu.
Tinus menuturkan, ada tujuh anggota Kelompok Kakao Sajau yang mulai panen dan menjual semua biji kakao kering ke PT PKN. Bantuan penanaman kakao yang didapat Tinus dan rekan menyejahterakan para pekebun. Baca juga Model Pentaheliks Kakao.