Trubus.id—Model pentaheliks dapat diterapkan pada bidang perkebunan seperti kakao. Artinya terjalin kolaborasi multipihak antarpelaku usaha, masyarakat, pemerintah, akademisi, dan media.
Community Development (Comdev) Manager, PT Pesona Khatulistiwa Nusantara (PKN) Iwan Suryatno, S.Hut., menuturkan pendampingan klaster kakao oleh PT PKN juga menerapkan model pentaheliks.
Menurut Iwan model itu bertujuan mengembangkan kapasitas pekebun dalam upaya peningkatan produksi kakao di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.
Iwan menuturkan, PT PKN melalui comdev melakukan pendampingan kakao sejak 2015. Total jenderal terdapat 79 petani kakao dari 8 desa di Kabupaten Bulungan pada 2023.
“Baik petani lama maupun petani kakao baru,” kata pria berumur 44 tahun itu.
Tercatat sebanyak 27.048 tanaman dan 3.063 tanaman produktif pada Desember 2023. Sementara 23.985 pohon belum berbuah.
“Pohon yang sudah berbuah itu tanam sejak 2017,” kata Iwan.
Luas tanam sekitar 22,7 ha dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Ia menuturkan, produksi kebun 1,2—1,3 ton biji kering per ha per tahun.
Pendampingan meliputi seluruh tahapan budidaya seperti penyediaan bibit, penyiapan lahan tanam, penanaman, perawatan dan peremajaan tanaman dengan sambung samping (klonisasi), serta panen dan pascapanen.
“Pendampingan itu menempatkan local community organizer (LCO),” ujar alumnus Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman, itu.
LCO mendapat pelatihan kakao seperti di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) dan di perusahaan kakao di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.
“Untuk SDM bekerja sama dengan akademisi seperti Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, IPB University, Universitas Borneo Tarakan, Universitas Kaltara, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), dan SMKN 1 Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan,” kata Iwan.
Selain mengurusi aspek hulu, ia dan tim melakukan hilirisasi. Kegiatan riset dan pengembangan produk sejak 2019. iwan menuturkan pada 2023 ada pengadaan mesin produksi yang dikelola PT Pesona Agri Khatulistiwa.
“Kapasitas biji kering yang diambil dari petani saat ini masih kurang dari 1 ton untuk produksi cokelat,” ujar IwAN. Sementara kapasitas optimal mesin 2,5 ton. PT PAK memasarkan cokelat dengan kakao 30% seharga Rp35.000 per 64 gram.