Trubus.id—Penggunaan geomembaran meningkatkan hasil panen udang vannamei hingga dua kali lipat. Itulah yang dialami pembudidaya asal Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Satrio. Ia memanen 13 ton udang vannamei dari 4 tambak seluas masing-masing 1.000 m2 dan kedalaman 1 m.
Artinya Satrio memanen 3,25 ton udang dari sepetak tambak. Ia menjual udang vannamei ukuran 60 ekor per kg seharga Rp60.000 per kg. Jadi, ia meraup omzet Rp780 juta. Pendapatan sebesar itu Satrio peroleh selama masa produksi 3 bulan setelah penebaran benur berukuran stadia pascalarva (PL) 9.
Kunci sukses panen berlipat itu salah satunya berkat penggunaan plastik geomembran berbahan high density polyethylene (HDPE). Plastik itu ia gunakan untuk melapisi tambak. “Ketebalan geomembran yang saya gunakan 300 mikrometer,” kata Satrio.
Dengan menggunakan geomembran ia bisa menebar benih hingga kepadatan 100—150 ekor per m 3 . Bahkan ada petambak yang berani menebar benur hingga 500 ekor per m3. Menurut Satrio dengan menggunakan geomembrane kepadatan populasi di tambak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tambak yang terbuat dari tanah atau tambak konvensional.
Ia menuturkan di tambak konvensional, kepadatan udang hanya separuh. “Di tambak tanah hanya mampu kepadatan 50—75 ekor per m3. Jika lebih dari itu bisa berisiko,” ujar pemilik Juragan Tambak Kronjo itu.
“Geomembran menjaga kualitas air lebih bersih sehingga udang yang dibudidayakan bisa lebih sehat, tidak terkontaminasi penyakit, dan potensi keberhasilannya lebih tinggi,” tutur pria berumur 50 tahun itu.
Salah satu produsen plastik geomembran HDPE yaitu PT Hidup Baru Plasindo dengen merek Cap Jempol. Perusahaan itu juga memproduksi geomembran polietilen densitas rendah (low desnity polyehtylen, LDPE).
Menurut salah satu tim pemasang geomembran yang bekerja sama dengan PT Hidup Baru Plasindo, Muhammad Nurtanio, perbedaan keduanya pada bahan, ketebalan, serta kesesuaian lahan. Ketebalan geomembran HDPE yaitu 300 vm dan 500 vm (0,3 mm dan 0,5 mm).
Ketebalan itu membedakan daya tahan. Semakin tebal geomembran, maka semakin awet digunakan. Ketebalan 300 vm tahan 3—5 tahun dan yang 500 vm tahan hingga lebih dari 5 tahun. “Ada juga yang ketebalannya 300 vm, tetapi tahan hingga 7 tahun. Semua itu tergantung perawatan,” tutur Nurtanio.
Plastik geomembran HDPE itu cocok digunakan di daerah pesisir dengan tanah yang keras. Tanah itu terbentuk dari lumpur, liat, dan bebatuan. “Tambak di Indonesia sebagian besar bertanah keras sehingga jenis HDPE yang paling banyak dipakai,” kata Nurtanio. Plastik itu juga dapat meredam tekanan di dasar kolam tambak sehingga plastik tidak mudah rusak atau mengganggu pertumbuhan udang. Adapun LDPE bersifat elastis sehingga cocok untuk tanah pasir karena bersifat relatif mengikuti tekanan