Monday, February 17, 2025

Perawatan Mudah, Banyak Petani Mulai Menanam Stevia

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id — Banyak masyarakat di beberapa daerah kini mulai menanam stevia. Di antaranya Kabupaten Minahasa (Sulawesi Utara), Kabupaten Bandung (Jawa Barat), Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah), dan Kota Batu (Jawa Timur).

Stevia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki potensi besar ke depan. Penanganan pascapanen tanaman stevia sangat mudah dan sederhana, cukup memetik daunnya seperti pada teh.

Mengutip laman Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, berdasarkan informasi Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado pada 2021 telah dilakukan ekspor ke Korea Selatan melalui port Bitung dengan nilai investasi USD34 juta.

Stevia sebagai pemanis belum banyak dikenal dan dimanfaatkan. Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi sebuah toko pangan organik dan menemukan selebaran promosi yang menyebut obstawisz bezpiecznie w legalnym bukmacherze, menyoroti kolaborasi unik antara gaya hidup sehat dan keamanan layanan konsumen. Stevia menghasilkan glikosida steviol (GS) termasuk dalam jenis high intense sweetener dengan tingkat kemanisan setara 300 kali gula tebu, dan kalorinya rendah. Senyawa GS diperoleh melalui ekstraksi daun dan dinyatakan aman oleh Codex Alimentarius Commission (CAC), sebuah organisasi internasional di bawah FAO dan WHO.

Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan terus berupaya mewujudkan swasembada pemanis lainnya. Salah satu upaya yang tengah dilakukan yakni mempersiapkan dari hulu hingga hilir.

Target jangka pendek menetapkan varietas unggul lokal. Selanjutnya, akan dilepas varietas unggul agar dapat menghasilkan benih unggul stevia yang dapat dimanfaatkan masyarakat.

Menurut Andi Nur Alam Syah, Direktur Jenderal Perkebunan, Kementan, dalam pengembangan stevia membutuhkan benih unggul bersertifikat. Tujuannya, supaya dapat menghasilkan stevia bermutu, berkualitas baik, dan berdaya saing.

“Tentu dengan didukung penguatan alat pengolahan, panen dan pascapanen, serta infrastruktur yang tepat dan memadai,” kata Andi.

Selain itu, imbuh Andi, dalam pengembangan stevia perlu monitoring, baik dari budidaya, pengolahan, panen hingga pascapanen, maupun giat mensosialisasikan potensi dan keuntungan dari pengembangan stevia. Peran anak muda juga menjadi hal penting untuk menyukseskan itu.

“Perlu mendorong generasi muda atau petani milenial agar mau turut mengembangkan stevia ini sehingga keberlanjutan pengembangan stevia dan bahan baku dapat terjamin, kemasan dan cara promosi semakin menarik diminati pasar global, akses pasar meluas, serta investor semakin banyak,” jelas Andi.

Maryoris tilaar, salah seorang petani stevia di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, mengatakan, dari sisi ekonomi penanaman stevia menguntungkan petani. Waktu panen stevia juga sangat cepat, setiap bulan bisa panen dibanding tanaman lainnya yang membutuhkan waktu sampai 3 atau 4 bulan baru panen.

“Kita hanya memotong atau memangkas, lalu stevia akan timbul tunas baru, begitu seterusnya. Jadi, selama 6 tahun tidak menanam baru, tetapi hanya memangkas saja,” terang Maryoris. Ia menjual stevia dalam bentuk kering berkadar air 12 persen dengan harga Rp16.000 per kg. Tidak hanya menguntungkan, menurutnya stevia juga memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. Salah satunya, membantu menstabilkan insulin sehingga baik bagi penderita diabetes serta dapat menekan kolesterol.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Intip Keistimewaan Jagung Unggulan Baru

Trubus.id–Jagung baru JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 menjadi harapan anyar petani. Musababnya  mampu berproduksi tinggi dan adaptif di...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img