Friday, January 17, 2025

Produksi Cabai Naik 50%

Rekomendasi
- Advertisement -

Pemangkasan meningkatkan produksi cabai hingga 50%.

Pemangkasan meningkatkan produksi cabai merah keriting mencapai 50%.
Pemangkasan meningkatkan produksi cabai merah keriting mencapai 50%.

Dedi Pamuji menanam bibit cabai keriting di guludan berlapis mulsa plastik. Petani cabai di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, itu menanam dua baris dengan jarak 60 cm x 60 cm sehingga jumlah cabai setiap guludan ada yang mencapai 230 tanaman. Poulasi total 12.000 tanaman cabai di lahan 1 ha. Setiap tanaman mampu menghasilkan 1—1,4 kg dalam satu kali musim tanam.

Padahal, biasanya petani lain hanya mendapatkan 0,8 kg cabai keriting per tanaman. Artinya Dedi memanen 200—600 gram lebih banyak per tanaman. Selain menggunakan benih berkualitas, menurut Dedi meningkatkan produksi lebih dari 50% itu karena teknologi pemangkasan. Ia mempelajari teknik pemangkasan cabai itu sejak 2006. Menurut Dedi teknik pangkas adalah memotong batang utama dan memelihara tunas.

Cegah penguapan

Dedi memotong batang utama pada tanaman berumur 20—25 hari setelah tanam (hst). Jika ia memotong lebih dari 25 hari kemungkinan tanaman sudah berbunga dan mulai masuk ke fase generatif. “Jika sudah berbunga bisa saja dipotong tapi pertumbuhan tunas akan terhambat dan tidak maksimal,” ujar pria kelahiran Purbalingga 14 Desember 1988 itu. Dedi memangkas pada pukul 14.00—15.00.

Dedi Pamuji, petani cabai di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Dedi Pamuji, petani cabai di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Itu untuk menghindari panas matahari yang menyebabkan penguapan berlebihan di bagian tanaman yang dipangkas. Ia menggunakan gunting tajam untuk memotong batang tanaman anggota famili Solancaeae itu (lihat ilustrasi: “Pangkas Rangsang Cabang” halaman 17). Pria 27 tahun itu mampu memangkas 200 tanaman dalam waktu sejam. Setelah selesai, ia selalu menyemprotkan fungisida organik.

Tujuannya untuk menghindari serangan cendawan. “Usahakan menggunakan bahan organik agar tanaman lebih sehat,” ujarnya. Ia memberikan fungisida organik—terdapat di pasaran. “Karena tanaman masih muda jadi saya memberikan setengah dosis, yaitu 5 tutup botol yang dicampur dalam 14 liter air,” katanya. Setelah 4 hari pascapangkas tunas di ketiak daun mulai tumbuh. Dedi hanya memelihara 5 sampai 7 tunas untuk produksi cabainya.

Menurut Dedi memelihara lebih dari 7 tunas akan mempengaruhi kualitas buah, seperti ukuran cabai yang lebih kecil dan kemungkinan batang utama patah lebih besar karena terlalu berat menahan cabang dan produksi buah. Ia memotong tunas yang muncul di batang paling bawah dari permukaan tanah. “Tunas paling bawah akan tumbuh ke samping sehingga akan mengganggu tanaman lainnya,” kata Dedi.

Pupuk lebih banyak

Prof Dr Ir Hadiwiyono MSi, dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Prof Dr Ir Hadiwiyono MSi, dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Dengan teknik pemangkasan maka tunas setiap tanaman cabai lebih banyak dibandingkan budidaya cabai konvensional atau tanpa pemangkasan. “Jika tidak dipangkas hanya pelihara dua tunas yaitu tunas V. Setelah dipangkas maka tunas yang dipelihara lebih banyak yaitu 5 sampai 7, sehingga pemberian pupuk juga harus lebih banyak,” ujarnya. Ia mulai meningkatkan dosis pupuk pada pemupukan ke dua.

Pemupukan pertama saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam sama seperti budidaya konvensional, yaitu 5 kg per 1.000 tanaman. Hal itu dilakukan karena pertumbuhan tanaman pada umur itu sama dengan budidaya konvensional. Pada pemupukan pertama ia mencampur 2 kg pupuk NPK, 2 kg KN03 berwarna merah, dan 1 kg boron. Pada pemupukan kedua saat tanaman berumur 30 hari mencapai 10—15 kg per 1.000 tanaman.

“Jika budidaya konvensional hanya memerlukan 10 kg per 1.000 tanaman. Namun, peningkatan dosis juga harus disesuiakan dengan keperluan dan kondisi tanaman” ujarnya. Komposisi pada pemupukan kedua adalah 3 kg NPK berimbang, 3 kg KNO3 berwarna putih, 2 kg multi KP, 1 kg boron, dan 1 kg kalsium. Selain itu Dedi biasanya menambahkan 1 kg pupuk mutiara.

Selanjutnya pemupukan ketiga ketika tanaman berumur 45 hari setelah tanam. Adapun dosis dan komposisi sama dengan pemupukan kedua. Namun, ia mengganti KN03 putih dengan yang berwarna merah. KNO3 merah mengandung 4 unsur utama yaitu nitrogen (N), kalium (K), natrium (Na), dan boron (Bo). Fungsinya untuk mempercepat pertumbuhan bunga dan buah, meningkatkan produksi tanaman, dan kualitas buah.

Sugiyono (kiri) dan Dedi Pamuji (tengah) petani cabai di Purbalingga, Jawa Tengah yang melakukan teknik pemangkasan dan pemotongan.
Sugiyono (kiri) dan Dedi Pamuji (tengah) petani cabai di Purbalingga, Jawa Tengah yang melakukan teknik pemangkasan dan pemotongan.

Menurut Dedi walaupun biaya produksi pada pembelian pupuk dan tenaga kerja meningkat, ia tetap untung. “Saya masih mendapat keuntungan dari peningkatan produksi yang mencapai 50% hingga 100%. Selain itu beberapa biaya produksi lainnya juga justru dapat ditekan seperti seperti sewa lahan, pembelian mulsa, dan pembuatan bedengan. Ketiga biaya itu bisa dikurangi hingga setengahnya,” ujanya.

Panen meningkat
Dengan cara itu, biaya produksi memang lebih besar, yakni total Rp72-juta per ha. Harap mafhum, ia meski mengeluarkan biaya tambahan seperti upah tenaga kerja untuk memangkas yang mencapai Rp 1.560.000 per ha. Dedi panen perdana ketika tanaman berumur 100—105 hari setelah tanam. Interval panen hanya 5 hari. Total jenderal Dedi memetik 1,4 kg cabai keriting per tanaman atau 50—100% lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya konvensional.

Hingga Juni 2016, Dedi baru pertama kali menerapkan teknik pangkas cabai dalam skala luas. “Sebelum ini saya hanya menanam cabai dilahan seluas 3.000 m² dengan teknik pangkas,” ujarnya. Ia mengatakan, produksi tanaman terbukti meningkat dengan menerapkan teknik sederhana. Namun menurutnya belum banyak rekannya yang berani mencoba teknik itu karena takut tanaman mati.

Pemangkasan menghasilkan 5—7 cabang di batang utama sehingga meningkatkan produksi cabai
Pemangkasan menghasilkan 5—7 cabang di batang utama sehingga meningkatkan produksi cabai

Petani lain di Purbalingga, Jawa Tengah, Sugiyono, tertarik menanam cabai dengan teknik pangkas sejak 2012. Menurut Sugiyono produksi cabai bisa meningkat signifikan. Menurut ahli Fisiologi Tanaman dari Universitas Sebelas Maret, Prof Dr Ir Djoko Purnomo MP pemangkasan itu mengakibatkan dominansi apikal atau pertumbuhan ujung pucuk ke atas terhenti. Akibatnya produksi auksin akan terhenti dan pertumbuhan lateral yang menghasilkan tunas ke samping.

Namun, kelemahan teknik pangkas adalah rawan serangan hama dan penyakit yang disebabkan oleh cendawan pada musim hujan. “Saya jarang melakukan pemangkasan jika musim hujan karena takut terserang cendawan dan akhirnya justru gagal,” kata Sugiyono. Menurut dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Prof Dr Ir Hadiwiyono MSi teknik pemotongan bagian pucuk tanaman memang merangsang pertumbuhan tunas air atau tunas yang muncul pada ketiak daun.

Pemotongan dengan teknik pangkas itu juga dapat meremajakan tanaman. “Setelah dipotong tanaman akan kembali muda atau masuk pada fase rejuvenilisasi. Itu sebabnya tanaman akan mengeluarkan tunas baru,” ujar Hadi. Menurut doktor Fitopatologi alumnus Universitas Gadjah Mada itu teknik pangkas pada cabai untuk meningkatan produktivitas tanaman itu sangat bagus dan dapat membantu petani. Namun diperlukan penelitian secara ilmiah agar lebih dapat dipertanggung jawabkan. (Ian Purnama Sari)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Rumah Kaca Nepenthes Kebun Raya Cibodas

Trubus.id–Pembukaan rumah kaca Nepenthes di Kebun Raya Cibodas menjadi salah satu langkah penting dalam upaya konservasi tanaman endemik di...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img